Zayn mengendarai motor jadulnya ke sekolah. Saat akan memasuki gerbang sekolah, pemuda itu melihat Khaira yang baru saja turun dari boncengan motor bapaknya. Sedangkan Indah nampak baru saja memasuki gerbang sekolah dengan sepeda bututnya.
Entah bagaimana perasaan gadis itu. Di saat hampir semua siswa memakai motor, dan sepeda yang bagus, gadis itu malah memakai sepeda butut. Zayn yakin, jika sebenarnya Indah pasti malu memakai sepeda butut seperti itu.
Selalu ada perasaan penasaran di hati Zayn setiap kali melihat Indah. Gadis pendiam dan tertutup itu seperti menyimpan banyak misteri. Dan hal itu membuat Zayn merasa tertarik untuk mengenal Indah lebih jauh.
Khaira yang tidak sengaja melihat Zayn mengendarai motornya nampak tertegun menatap ke arah Zayn. Pemuda itu terlihat gagah saat berada di atas motornya. Tubuh Zayn memang lebih tinggi dibandingkan dengan teman-temannya laki-laki di kelasnya. Tubuh Zayn juga terlihat tegap. Cuma, tidak bisa memastikan bagaikan bentuk tubuh pemuda itu, karena pemuda itu selalu menggunakan kemeja yang kebesaran.
"Ra, apa yang kamu lihat?" tanya Buntala yang melihat putrinya nampak tertegun.
"Ah, tidak apa-apa, Pak. Aku..aku hanya berpikir, apa ada buku yang ketinggalan atau tidak," sahut Khaira beralasan.
Buntala mengernyitkan keningnya menatap putri semata wayangnya. Tidak biasanya putrinya seperti itu.
"Tidak ada yang menganggu kamu di sekolah, 'kan?" tanya Buntala yang merasa khawatir melihat putrinya yang gugup.
"Mana ada yang berani menganggu aku, Pak," sahut Khaira tersenyum tipis.
"Jangan menyembunyikan apapun dari bapak. Karena pada akhirnya, bapak juga akan tahu," ucap Buntala agar putrinya selalu jujur padanya.
"Nggak ada yang aku sembunyikan, Pak," sahut Khaira lembut.
"Ya, sudah, masuk sana! Bapak pulang," pamit Buntala.
"Iya, Pak. Hati-hati di jalan," ucap Khaira menatap bapaknya yang mulai melajukan motornya.
"Iya," sahut Buntala tersenyum hangat pada putrinya.
Khaira berjalan menuju gerbang sekolah. Gadis itu teringat dengan kejadian di kantin dan di toilet sekolah kemarin. Kemarin, dirinya begitu dekat dengan Zayn.
"Hai! Gimana? Sudah siap ulangan?" tanya Cempaka mengangetkan Khaira yang sedang melamun, hingga lamunan Khaira buyar.
"Siap nggak siap harus siap, 'kan? Karena guru kita tidak akan mengadakan ulangan harian menunggu sampai kita siap ulangan," sahut Khaira tersenyum lembut.
"Iya, sih," sahut Cempaka tersenyum bodoh. Namun, tiba-tiba gadis itu berekspresi serius, "eh, kamu lihat nggak, Zayn begitu perhatian sama si Indah? Dia seperti tertarik pada Indah. Sedangkan pada mu, dia terlihat biasa saja. Walaupun... dia nampak terpesona pada kamu saat kalian bertabrakan kemarin. Tapi, sepertinya dia lebih tertarik pada si Indah dari pada padamu. Baru kali ini aku bertemu pemuda seperti Zayn," ujar Cempaka menurut pengamatannya.
"Selera orang, 'kan, berbeda-beda. Kalau semua orang menyukai orang yang sama, yang lain nggak bakal dapat jodoh," sahut Khaira tersenyum tipis. Namun jujur, dalam hati Khaira juga sepemikiran dengan Cempaka. Dan entah mengapa Khaira merasa terganggu dengan hal itu.
Di sisi lain, Zayn baru saja keluar dari parkiran dan berjalan menuju kelasnya.
"Zayn!" panggil Yoga membuat Zayn menoleh.
"Kenapa kamu lesu gitu?" tanya Zayn setelah melihat wajah Yoga yang terlihat kuyu.
"Aku capek habis pindahan," sahut Yoga nampak lesu.
"Habis pindahan aja sudah terlihat macam habis kerja rodi. Memangnya seberapa banyak barang kamu?" sahut Zayn menghela napas panjang seraya menggelengkan kepalanya pelan.
"Barangnya, sih, sedikit. Tapi, nyari kontrakannya sulit," sahut Yoga sambil berjalan beriringan dengan Zayn.
"Iya, sih, nyari kontrakan memang sulit," sahut Zayn yang juga sudah pernah mengalaminya. Untung ada uang dan anak buah ayahnya yang membantunya memperbaiki kontrakannya. Kalau tidak, pasti akan sulit mencari kontrakan yang sesuai dengan keinginannya.
"Btw, aku nggak nyangka kamu bisa baca puisi sekeren kemarin," puji Yoga dengan wajah yang berubah menjadi antusias.
"Biasa saja. Itu karena aku suka membaca buku apapun," sahut Zayn yang selalu merendah.
"Tapi, aku baru pertama kali.mendengar puisi itu. Dan rasanya membuat nyeri bagai tersayat saat kamu membacanya. Aku seolah tenggelam dalam kesendirian, kesunyian, dan penyesalan yang mendalam. Walaupun bahasanya sulit dimengerti," ujar Yoga sesuai dengan apa yang dirasakannya kemarin.
"Jika kamu merasa seperti itu, berarti kamu menghayati puisi itu. Puisi itu sudah lama. Tahun 1973. Karya Sutardji Calzoum Bachri, seorang penyair kontemporer terkemuka Indonesia. Berkat dedikasinya terhadap perkembangan syair di Indonesia, ia dijuluki sebagai Presiden Penyair Indonesia dan diberi gelar Datuk Seri Pujangga Utama. Selain itu, ia merupakan pelopor penyair," jelas Zayn.
"Sudah lama, ya. Bacaan Indah berbobot juga, ya? Aku bahkan baru tahu kemarin dan hari ini tentang puisi itu," ujar Yoga jujur.
"Anak jaman now emang nggak terlalu suka baca buku-buku sastra yang menurut mereka bahasanya sulit dipahami. Ya, memang seringkali ada tambahan pesan-pesan tersirat yang tidak selalu langsung mudah dipahami begitu saja. Tapi, menurutku memahami setiap katanya adalah sebuah tantangan," sahut Zayn yang tidak pilih-pilih dalam membaca buku.
"Kamu benar. Jaman sekarang, pada males baca yang begituan. Pengen yang gamblang dan to the point aja. Males mikir. Termasuk aku," sahut Yoga menyengir tanpa dosa.
Sedangkan Zayn hanya tersenyum tipis seraya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
Zayn dan Yoga akhirnya tiba di kelas mereka. Saat akan masuk ke dalam kelas, Zayn melihat Indah yang sudah duduk di bangkunya dan nampak serius membaca buku.
"Zayn, kamu tertarik sama si Indah?" tanya Yoga pelan saat melihat ke arah mana tatapan mata Zayn.
"Iya, aku tertarik padanya. Dia itu seperti penuh misteri. Membuat aku penasaran," sahut Zayn jujur.
"Awas jatuh cinta!" ujar Yoga memperingati.
"Jatuh cinta? Aku belum pernah merasakannya yang namanya jatuh cinta," sahut Zayn tersenyum tipis.
"Kamu ini aneh. Bukannya suka sama Khaira yang cantik, tapi malah suka sama si Indah yang pendiam dan misterius," celetuk Yoga dengan suara pelan.
Zayn hanya diam dan langsung menuju bangkunya yang berada di sebelah Indah. Sedangkan Indah nampak masih fokus membaca.
"Nih buat kamu," ucap Zayn memberikan sebungkus roti pada Indah.
"U..untukku?" tanya Indah dengan ekspresi tak percaya.
"Iya. Aku tadi beli dua karena pas beli satu nggak ada kembaliannya," jawab Zayn tersenyum tipis.
"Kamu bisa menyimpannya untuk nanti. Kamu anak kost, harus pintar mengatur keuangan, agar uang kamu cukup sebelum mendapatkan kiriman dari orang tuamu," ujar Indah tersenyum tipis.
Zayn tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Indah. Ternyata gadis itu berpikir ke depan.
"Nggak apa-apa. Uangku nggak akan habis cuma karena memberimu sebungkus roti. Terimalah pemberian kecil dari temanmu ini," ujar Zayn masih dengan senyuman di bibirnya.
"Terimakasih," ucap Indah tersenyum hangat, pada akhirnya menerima pemberian Zayn.
Sejujurnya, Zayn merasa kasihan, karena Indah tidak pernah pergi ke kantin untuk membeli makanan. Zayn juga tidak pernah melihat Indah membawa bekal selain air minum. Sedangkan Zayn melihat sendiri gadis itu ke sekolah mengendarai sepeda. Pasti capek, haus dan lapar, karena pulang pergi naik sepeda. Itulah yang dipikirkan oleh Zayn. Walaupun Zayn belum tahu seberapa jauh jarak rumah Indah ke sekolah ini.
Sedangkan Khaira yang baru masuk kelas bersama Cempaka melihat Zayn memberikan roti pada Indah.
"Dia perhatian sekali pada Indah," gumam Khaira dalam hati. Walaupun Khaira sering mendapatkan makanan dan minuman dari teman-teman lelaki yang menyukainya, tapi entah mengapa saat melihat Zayn memberikan sebungkus roti pada Khaira, gadis itu jadi ingin berada di posisi Indah.
Sedangkan Cempaka juga melihat apa yang dilakukan Zayn barusan. Khaira dan Cempaka pun duduk di bangku mereka.
"Ra, ini buku kamu. Terimakasih, ya," ucap Indah tulus seraya menyerahkan buku bacaan salah satu mata pelajaran pada Khaira. Khaira pun menghadap ke belakang ke arah Indah.
"Sama-sama," sahut Khaira tersenyum lembut seraya menerima buku yang diberikan oleh Indah. Indah memang sering meminjam buku dari teman-temannya, tapi memang paling sering meminjam buku milik Khaira.
Zayn menatap Khaira yang tersenyum tipis. Gadis itu benar-benar cantik meskipun tanpa make-up. Setahu Zayn, Khaira juga tidak sombong. Berteman baik dengan siapapun, walaupun yang paling dekat dengan Khaira adalah Cempaka.
Zayn menghela napas panjang setelah Khaira kembali menghadap ke depan. Entah mengapa hati Zayn merasa senang hanya karena melihat gadis bermata bulat nan jernih itu tersenyum tipis.
"Eh, jari tangan kamu kenapa?" tanya Zayn saat tanpa sengaja melihat jari Indah yang di balut kain.
"Ah, ini terkena sabit," sahut Indah tersenyum sendu menatap jari tangannya.
Zayn mengernyitkan keningnya mendengar jawaban dari Indah. Jari kelingking Indah terkena sabit? Entah apa yang dikerjakan gadis itu, hingga jarinya terkena sabit.
"Kenapa tidak di balut dengan plaster luka?" tanya Zayn lagi.
"Ah, aku tidak sempat beli," sahut Indah dengan wajah tertunduk.
Khaira yang duduk di depan bangku Zayn dan Indah pun bisa mendengar pembicaraan dua orang temannya itu. Lagi-lagi Khaira merasa terusik dengan perhatian Zayn pada Indah. Entah mengapa Khaira juga tidak mengerti.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Puspita Rini
boleh gk sih kalo jodohnya Zain indah aja,kasihan indah kyaknya beban hidupnya berat bnget
2024-02-11
23
Susetiyanti RoroSuli
awal awal percintaan zayn
2024-05-16
1
Rifa Endro
tanda2 cemburu mungkin mb
2024-03-25
2