Bel istirahat sudah berbunyi. Semua murid keluar dari kelas. Namun seperti biasa, Indah tidak keluar dari kelas itu. Setelah semua murid keluar dari kelas, Indah mengambil roti yang diberikan Zayn padanya tadi. Gadis itu tersenyum samar menatap roti pemberian Zayn. Indah mulai membuka bungkus roti itu, lalu memakannya dengan perlahan. Matanya menatap roti yang berada di tangannya. Namun, tatapan mata itu terlihat kosong. Sesekali gadis itu menghela napas yang terlihat berat.
Sedangkan Zayn dan Yoga terlihat berjalan beriringan menuju kantin sekolah. Dua orang cowok itu terlihat semakin akrab.
"Zayn, kamu terlihat tambah perhatian pada Indah. Apa kamu benar-benar menyukai dia?" tanya Yoga menoleh pada Zayn.
"Sudah aku bilang, aku hanya merasa kasihan saja padanya. Apa setiap perhatian harus selalu diartikan sebagai cinta?" tanya Zayn membuang napas kasar.
"Tentu saja tidak. Cuma, wanita, 'kan berbeda. Mereka itu perasa dan mudah baperan. Di kasih perhatian sedikit saja langsung dibilang suka," tukas Yoga.
"Kamu sepertinya tahu betul tentang perasaan wanita?" celetuk Zayn menatap Yoga seraya memicingkan sebelah matanya.
"Aku punya seorang kakak perempuan. Jadi aku sudah hafal di luar kepala soal perempuan," sahut yoga penuh percaya diri, seolah paling tahu tentang perasaan wanita.
"Aku juga punya dua adik perempuan. Satunya suka tebar pesona dan cerewet, tapi tidak mudah baperan. Satunya lagi perasa dan berhati lembut," ujar Zayn tersenyum tipis mengingat adik sepupu dan adik kandungnya. Dua wanita cantik dalam hidupnya setelah ibunya.
"Adikmu umur berapa? Cantik nggak? Kalau cantik, boleh dong, aku jadi calon adik iparmu," cetus Yoga tersenyum seraya menarik turunkan kedua alisnya menatap Zayn penuh arti.
"Aku tidak akan memberikan adikku pada sembarang pria. Yang akan menjadi pendamping adikku harus lah pria yang benar-benar mencintai adikku setulus hati dan mampu melindunginya dalam segala situasi. Papa dan paman ku mungkin sebelas dua belas dengan bapaknya Khaira. Aku tidak yakin kamu berani menghadapi mereka," sahut Zayn tersenyum samar mengingat betapa protektif nya papa dan pamannya pada kedua adiknya.
"Maksudnya, dua adikmu itu, adik kandung dan adik sepupu?" tanya Yoga setelah berusaha memahami perkataan Zayn.
"Hum," sahut Zayn.
"BTT. Kalau kamu emang nggak suka sama si Indah, jangan PHP. Di PHP itu sakit dan akhirnya akan menimbulkan kebencian," ujar Yoga memperingati Zayn.
BTT (back to topic) artinya kembali ke pembicaraan.
"Aku bukan orang yang suka PHP," tukas Zayn.
Dua teman itu akhirnya makan di kantin. Dan lagi-lagi mereka duduk di belakang Khaira dan cempaka.
"Hai!" sapa seorang yang bersuara bariton. Khaira menatap orang yang baru saja menyapanya itu. Cowok itu duduk di depan nya diikuti dua orang lainnya.
Tiga orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Antonio, si Jabrik dan si Kribo. Semua orang yang ada di sekitar tempat itupun menatap tiga orang siswa itu. Termasuk Cempaka, Zayn dan juga Yoga.
"Eh, masih berani mendekati Khaira tuh anak,"
"Aku kira sudah menyerah, ternyata belum,"
"Mungkin kalau Khaira suka, bapaknya bakal merestui mereka,"
"Mungkin saja. Dia, 'kan, anak bupati,"
Kasak kusuk para siswa yang melihat Antonio kembali berusaha mendekati Khaira. Sedangkan Zayn dan Yoga kembali makan dengan tenang tanpa berkomentar apapun.
"Ra, kalau kamu pengen pesan makanan, minuman atau cemilan, pesan saja! Aku yang bayar," tawar Antonio dengan penuh percaya diri.
"Berarti, kami ditraktir juga, 'kan, Bos?"tanya si Jabrik penuh harap.
"Tentu saja," sahut Antonio, lalu menatap Cempaka, "kamu juga boleh pesan apa saja yang kamu mau."
Bukankah kalau ingin mendapatkan hati seseorang, maka juga harus mendapatkan hati orang-orang yang dekat dengan orang tersebut? Itulah yang dilakukan oleh Antonio saat ini. Mengambil hati Cempaka yang merupakan teman dekat Khaira. Pantang menyerah walaupun sudah diperingatkan oleh Buntala agar menjauhi putrinya.
Yoga yang mendengarnya pun menghela napas panjang seraya menggelengkan kepalanya pelan.Sexangkan Zayn tidak menunjukkan reaksi apapun.
"Terimakasih, aku punya uang sendiri," tolak Khaira secara halus tersenyum tipis.
"Orang tuaku juga masih sanggup memberi uang jajan padaku. Aku tidak perlu mengharapkan ditraktir oleh orang yang punya maksud tersembunyi," cetus Cempaka tersenyum miring menyindir Antonio.
"Jangan sombong! Ayahmu seorang dokter dan ibumu hanya ibu rumah tangga. Kalau aku minta ayahku memindahkan ayahmu ke desa terpencil kamu baru tahu rasa," ancam Antonio yang merasa punya kuasa.
"Kamu pikir dengan jabatan ayahmu, kamu bisa berbuat semena-mena terhadap orang lain? Aku jadi mual melihat wajah mu," ketus Cempaka yang semakin tidak suka pada Antonio.
"Jaga bicaramu pada bos," si Jabrik memperingati.
"Jangan sampai ayahmu benar-benar di pindahkan di desa terpencil," imbuh si Kribo.
"Cih. Pengen rasanya aku hajar anak itu beserta cecunguknya. Sombong sekali. Mentang-mentang anak bupati, lalu bisa menindas orang lain seenak jidatnya sendiri," gerutu Yoga yang merasa geram mendengar Antonio dan dua orang temannya yang mengancam Cempaka.
"Tak"
"Auwhh! Perih! Perih!" teriak Yoga seraya menggosok-gosok matanya.
Karena emosi, Yoga menusuk bakso dalam mangkoknya menggunakan garpu dengan kuat. Tapi sayangnya, tusukkan Yoga malah meleset dan kuah bakso pedas yang ada di mangkoknya malah memercik terkena matanya.
"Jangan di kucek!" cegah Zayn seraya membuka air mineral dalam kemasan botol miliknya, "sini! Buka matamu!" pinta Zayn seraya menarik tangan Yoga yang sedang mengucek matanya. Zayn berusaha membilas mata Yoga dengan air mineral yang dialirkan dari botol sedikit demi sedikit.
"Mataku rasanya panas," keluh Yoga yang menjadi perhatian para siswa yang sedang makan di kantin itu.
"Makanya, jadi orang itu jangan mudah emosi. Kalau mudah emosi, yang rugi diri sendiri," ujar Zayn memberikan tisu pada Yoga untuk mengeringkan wajahnya yang basah.
Khaira memperhatikan Zayn yang begitu sabar dan perhatian pada Yoga. Entah mengapa Khaira semakin kagum saja pada Zayn.
Suara bariton Zayn yang terdengar maskulin dan tenang itu begitu merdu di indera pendengaran Khaira.
Cempaka mengernyitkan keningnya saat melirik Khaira yang curi-curi pandang pada Zayn.
"Apa Khaira suka sama Zayn? Sebelumnya, nggak pernah Khaira curi-curi pandang sama cowok. Aku akui, Zayn memang beda dari pada cowok yang lain. Walaupun penampilannya sederhana dan dan terlihat cupu, tapi cowok itu memancarkan aura yang penuh kharisma dan wibawa. Entah bagaimana wajah aslinya di balik kacamata besarnya itu. Sepertinya sih, ganteng juga," gumam Cempaka dalam hati yang jadi ikut mengamati Zayn.
Memang sulit menyembunyikan kemilau batu permata bukan? Itulah Zayn. Walaupun penampilannya dibuat tidak menarik, tapi auranya tetap memancar.
"Khaira, jadilah pacarku! Aku akan memberikan apapun untuk kamu, asal kamu mau jadi pacarku," bujuk Antonio yang sepertinya masih belum menyerah untuk mendapatkan Khaira.
"Cih, nggak ada romantis romantisnya. Masa nembak cewek dengan cara seperti itu," cibir Yoga yang masih saja risih dengan tingkah Antonio.
"Kok, kamu jadi sensi banget, sih? Kamu lagi datang bulan, ya?" gurau Zayn tersenyum tipis untuk meredakan emosi Yoga.
"Memangnya aku cewek apa?" gerutu Yoga.
Khaira menghela napas panjang mendengar Antonio nembak dirinya. Sungguh, Khaira tidak suka dengan gaya dan sikap Antonio dari awal mereka bertemu.
"Maaf, aku ingin fokus sekolah, tidak ingin menjalin hubungan pacaran," tolak Khaira secara halus. Tidak ingin ada dendam ataupun kebencian.
"Pikirkanlah lagi! Kalau kamu mau jadi pacarku, aku bisa memberikan apapun yang kamu mau," Antonio masih belum menyerahkan untuk menjadikan Khaira pacarnya.
"Maaf, aku benar-benar tidak bisa," Khaira tetap menolak ajakan Antonio untuk pacaran. Dari aura bapaknya saat melihat Antonio, Khaira bisa melihat, kalau bapaknya tidak menyukai Antonio. Apalagi dirinya juga tidak menyukai Antonio. Mana mungkin Khaira menerima Antonio jadi pacarnya.
"Cih, jangan mentang-mentang cantik, kamu jadi sombong," Antonio nampak kesal, karena Khaira terus menolaknya.
"Banyak yang lebih cantik dariku. Aku hanya biasa saja. Lagipula, kecantikan tidak hanya dinilai dari paras dan rupa, tapi dari hatinya. Secantik dan setampan apapun wajah seseorang, kalau hati dan tingkah lakunya buruk, maka keelokan paras itu tidak akan berarti apa-apa," ujar Khaira yang memang tidak pernah membanggakan kecantikan wajahnya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Bunda windi❤ 💚
antonio gak menyerah ternyata masih aja pengen deketin khaira gak kapok dia
2024-03-24
2
Erna
antoni sdh la khaira gak mau sama kamu
2024-03-17
2
Uyhull01
smga aja indah tidak sperti ucapn Yoga,
dihhh si Antoni ini emng dya pikir Khaira haus akn harta gtu?
2024-02-23
2