Zayn bangun pagi-pagi sekali. Pagi ini Zayn ingin ke pasar tradisional untuk membeli bahan memasak. Setelah browsing di internet, Zayn sudah menentukan akan pergi ke pasar yang mana. Pemuda itu mengendarai motornya saat hari masih gelap. Hingga akhirnya pemuda itu tiba di sebuah pasar tradisional yang ramai oleh pedagang.
Namun dalam cahaya lampu jalan dan lampu di kios-kios para pedagang, Zayn melihat sosok orang yang terasa familiar baginya.
"Gadis itu..Indah? Apakah itu Indah?" gumam Zayn saat melihat seorang gadis yang menghentikan sepedanya, kemudian menurunkan sebuah karung dari boncengan sepedanya. Karung itu adalah karung gula pasir yang biasanya berbobot lima puluh kilo. sepertinya gadis itu lumayan keberatan untuk menurunkan karung itu. Zayn pun berjalan menghampiri gadis yang mirip Indah itu. Namun ramainya orang membuat Zayn kesulitan berjalan menghampiri gadis itu.
"Brugh"
"Aduh!"
"Eh, maaf, Bu," ucap Zayn saat tiba-tiba terdorong oleh beberapa orang di belakangnya dan menabrak seorang wanita.
"Nggak apa-apa, Nak. Namanya juga di pasar. Kalau lagi rame, ya, desak-desakan begini," sahut ibu-ibu itu sama sekali tidak marah. Wanita itu ,kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
"Indah..dimana gadis yang mirip Indah tadi?" gumam Zayn yang tidak lagi melihat sosok gadis yang mirip Indah tadi.
Zayn menatap ke sekeliling tempatnya berdiri. Tapi tidak menemukan sosok yang mirip dengan Indah.
"Apa dia langsung pergi? Karung..iya, karung. Tadi dia meletakkan karung dekat pohon sana," gumam Zayn yang kemudian kembali berjalan di tengah ramainya penjual dan pembeli di pasar itu.
Saat pagi-pagi sekali, pasar tradisional memang ramai oleh penjual sayuran. Karena banyak para pedagang keliling dan juga ibu-ibu rumah tangga yang mencari sayuran segar.
Zayn melihat seorang nenek tua yang usianya mungkin sekitar tujuh puluh tahunan nampak menggelar karung besar di dekat karung yang diletakkan sesosok gadis yang mirip Indah tadi. Nenek itu membuka karung yang diletakkan gadis tadi dan mengeluarkan isinya.
Zayn berjalan semakin dekat dengan nenek-nenek itu. Setelah dekat, Zayn melihat nenek itu menjual daun singkong, daun ketela, bayam, dan juga kantong-kantong yang Zayn tidak terlalu jelas apa isinya. Karena hari masih gelap dan lampu di sekitar tempat itu juga tidak terlalu terang.
"Ini apa, Nek?" tanya Zayn pada nenek itu seraya menunjuk ke arah kantong.
"Itu jambu air, Nak. Rasanya manis dan segar. Jarang ada ulat nya. Nggak seperti buah jambu kebanyakan," ujar nenek itu mempromosikan dagangannya.
"Saya beli satu bungkus, Nek," ucap Zayn yang penasaran dengan buah jambu air itu.
"Pilih saja, Nak," ucap nenek itu.
"Yang mengantarkan karung tadi cucu nenek?" tanya Zayn beralih memilih sayur bayam jualan nenek itu, setelah mengambil satu kantong buah jambu air.
"Iya," sahut nenek itu masih mengeluarkan dagangannya dari dalam karung.
"Masih sekolah, ya, Nek?" tanya Zayn menyelidik.
"Iya. Masih SMU. Mungkin kalian seumuran," sahut nenek itu.
Zayn sedikit mengobrol dengan nenek itu seraya memilih beberapa sayuran dagangan nenek itu.
"Ciiittt"
"Dor"
"Dor"
"Dor"
"Akkh.."
"Aduh."
"Keok...keok..petok..petok..petok ."
Seisi pasar jadi riuh dengan suara teriakan dan suara ayam saat tiba-tiba ada petasan yang dinyalakan melesat seperti ular lalu meledak beberapa kali.
Semua orang menjadi panik. Suasana pasar, terutama di bagian jual beli ayam kampung jadi kacau balau. Ada beberapa ayam yang lepas karena petasan yang dinyalakan entah oleh siapa itu. Bahkan ada beberapa orang yang terluka karena aksi tidak bertanggung jawab itu. Ada yang jatuh,ada yang terinjak-injak, ada pula yang terkena petasan.
"Anak jaman sekarang jahilnya nggak ketulungan. Itu dagangan ayam orang pada kabur. Ibu-ibu pada jatuh dan terluka. Untung nggak ada yang mati jantungan," gumam nenek itu membuang napas kasar.
Untung saja Zayn dan nenek itu agak jauh dari pedagang ayam, kalau tidak, mungkin mereka juga akan terkena imbas dari petasan tadi.
"Nenek melihat orang yang menyalakan petasan tadi?" tanya Zayn yang juga sempat terkejut dengan kejadian itu.
"Iya. Tadi nenek tidak sengaja melihat ada seorang remaja yang menyalakan korek api. Dan temannya memegang sesuatu yang dibakar oleh temannya yang menyalakan korek tadi. Setelah dinyalakan langsung keluar cahaya yang melesat ke kerumunan orang-orang yang sedang jual beli ayam kampung itu. Kejadiannya cepat sekali dan nenek tidak tahu kalau yang mereka nyalakan itu adalah petasan. Dan anak-anak, itu langsung kabur," terang nenek itu lagi-lagi membuang napas kasar.
"Apa sudah sering terjadi hal seperti ini, Nek?" tanya Zayn yang baru kali ini mengalami kejadian seperti ini.
"Kalau nenek, sih, tahunya baru hari ini. Soalnya nggak setiap hari nenek ke pasar. Kalau ada yang bisa di jual baru ke pasar," sahut nenek itu.
Sungguh-sungguh kejadian yang benar-benar tidak terduga. Iseng menyalahkan petasan di tengah keramaian pasar dalam suasana pagi yang masih remang-remang. Benar-benar nggak punya akhlak. ( Ini kejadian nyata ).
Setelah membeli jambu dan sayuran dari nenek itu, akhirnya Zayn meninggalkan nenek itu dan berkeliling pasar membeli beberapa sayuran lain, daging, dan juga jajanan pasar yang baru dilihat Zayn.
Zayn bergegas pulang setelah merasa tidak ada lagi yang ingin dibeli. Apalagi saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Aku harus cepat-cepat pulang. Kalau tidak, aku akan terlambat berangkat ke sekolah," gumam Zayn yang melajukan motornya agak cepat. Beruntung suasana jalan masih lenggang, karena masih pagi.Jadi, Zayn tidak terjebak dalam kemacetan lalu lintas.
Setelah tiba di rumah, Zayn bergegas memasukkan bahan masakannya ke dalam lemari es, lalu makan bubur sumsum yang dibelinya di pasar tadi. Selesai sarapan, Zayn langsung membersihkan diri dan bersiap pergi ke sekolah.
*
Zayn sedikit berlari menuju kelasnya. Saat baru saja duduk, bel pelajaran dimulai pun berbunyi.
"Tumben, Zayn hampir terlambat masuk kelas," gumam Khaira dalam hati.
Sedangkan Indah hanya menatap Zayn dengan tatapan penuh tanda tanya. Begitu pula dengan Yoga yang baru kali ini melihat Zayn hampir terlambat masuk kelas.
Pelajaran di mulai dan mata pelajaran di jam pertama adalah geografi. Indah nampak mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh guru mapel ( mata pelajaran ). Sedangkan Zayn hanya mendengarkan saja tanpa mencatat apapun.
"Okey. Kita akan mengadakan ulangan. Siapkan kertas satu lembar dan tutup buku kalian," ucap guru mapel geografi itu.
"Eh, kok, dadakan, sih, Pak?"
"Jangan hari ini, Pak,"
"Kan, belum belajar, Pak,"
"Beri kesempatan untuk belajar, dong, Pak,"
"Hasilnya nggak bakal bagus, kalau dadakan seperti ini, Pak,"
"Materinya, 'kan, belum habis, Pak, kok sudah ulangan, sih?"
Sontak para murid langsung protes mendengar akan di adakan ulangan dadakan itu. Mereka merasa belum siap untuk ulangan. Jangankan ulangan dadakan, ulangan harian yang sudah diberi tahu satu minggu sebelumnya saja pas hari H ulangan belum siap juga. Ya, itulah para siswa.
Bel tanda istirahat pun berbunyi. Para siswa pun mengemasi buku mereka dan bersiap untuk istirahat.
"Teman-teman, ini aku ada buah jambu," ucap Indah seraya meletakkan sekantong jambu air di atas meja, lalu membukanya.
Seisi kelas pun berkerumun mengambil buah jambu yang dibawa oleh Indah itu dan mengucapkan terimakasih pada Indah. Ya, sebenarnya teman-teman sekelas Indah juga selalu berusaha berinteraksi dengan Indah. Mereka tidak pelit, jika Indah ingin meminjam buku mereka.
Mereka juga selalu mengajak Indah, jika mereka berencana pergi kemanapun setelah pulang sekolah. Pergi ke kolam renang bersama, atau ke bazar sekolah bersama. Namun Indah selalu menolak ajakan mereka.
Mereka memaklumi sifat Indah yang pendiam dan sama sekali tidak mengucilkan Indah. Namun Indah seperti tenggelam dalam dunianya sendiri.
"Kamu punya pohon jambu seperti ini di rumah?" tanya Zayn mengambil dan mengamati buah jambu yang dibawa Indah.
"Hum," sahut Indah mengangguk kecil tersenyum tipis.
"Jambu ini sama seperti jambu yang aku beli dari nenek-nenek tadi. Apa benar yang aku lihat di pasar tadi pagi adalah Indah," gumam Zayn dalam hati.
"Zayn, ayo ke kantin! Makasih, Indah, buah jambunya," ucap Yoga yang mengambil buah jambu di atas meja, lalu langsung menarik tangan Zayn. Sedangkan Indah hanya mengangguk kecil seraya tersenyum tipis.
Zayn yang hendak bertanya lagi pada Indah pun tidak jadi bertanya. Kedua orang itu keluar dari kelas menuju kantin.
"Eh, itu bukannya Khaira, ya? Apa yang akan dilakukan Antonio? Kenapa dia menarik tangan Khaira?" ucap Yoga yang membuat Zayn menatap ke arah mana Yoga menatap.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Rifa Endro
habis kamu hari ini Antonio
2024-03-25
2
Bunda windi❤ 💚
indah mungkin hanya tinggal sama nenek nya dan kehidupannya serba kekurangan x ya,, antonio jangan macam-macam kau maunya apa sih masih aja nekat
2024-03-24
2
Dwi Atma
daun singkong dan daun ketela itu beda yaaa?🙄
2024-03-01
2