Buntala sudah selesai menyusun barang-barang di toko sembakonya. Beberapa orang ibu-ibu yang beli gado-gado juga membeli sembako. Warung gado-gado Nawang memang ramai, karena rasa gado-gadonya memang enak. Selain enak, kebersihan juga menjadi salah satu alasan orang-orang menyukai gado-gado buatan Nawang. Gorengan dengan es juga tersedia. Warung sembako mereka juga ramai, karena harganya memang lebih miring dari toko sembako yang lain.
Mata Buntala nampak melotot saat melihat sepasang sandal ibu-ibu yang sedang membeli gado-gado naik di atas lantai keramik rumahnya. Lantai yang selalu di pel Buntala menggunakan pembersih lantai setiap hari.
Tanpa berkata apa-apa, Buntala langsung mengambil sepasang sandal jepit yang sudah mengotori lantainya itu. Dengan geram Buntala melempar sepasang sandal jepit itu sekuat tenaga.
"Plak"
"Aduh! Sialan! Sandal siapa yang sudah lancang naik ke lantai?" teriak seorang pria yang sedang lewat di depan rumah Buntala seraya mengusap kasar wajahnya yang baru saja dicium sepasang sandal jepit dengan mesra. Padahal jarak antara rumah Buntala dengan jalan di depannya sekitar sepuluh meter. Karena rumah Buntala menjorok ke dalam. Tapi sandal itu bisa melayang sampai ke jalan.
Ibu-ibu yang mendengar suara teriakan pria di depan rumah Buntala itupun langsung menoleh. Semua ibu-ibu langsung menatap sandal yang berjejer di bawah keramik. Ingin memastikan, kalau bukan sandal mereka yang sudah tebang mengenai muka pria yang tidak lain adalah Pak RT.
Ya, mereka semua sudah tahu betul dengan sifat Buntala yang akan melempar sendal yang naik di atas lantai keramiknya. Tapi yang namanya manusia, kadang bisa saja lupa bukan?
Salah seorang ibu-ibu nampak menyengir bodoh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Menyadari bahwa sandalnya lah yang telah terbang. Sudah dapat dipastikan, kalau sandalnya sudah naik ke lantai keramik Buntala. Karena itu sandalnya bisa mendarat cantik di wajah Pak RT yang kebetulan lewat.
"Untung bukan sendal saya,"
"Untung juga bukan sandal saya,"
"Untung saya tidak lupa meletakkan sandal saya di bawah keramik,"
Ujar ibu-ibu yang lain merasa lega, karena bukan sandal mereka yang telah dilemparkan oleh Buntala.
"Sial! Mimpi apa aku semalam, hingga siang ini terkena lemparan sandal," gerutu Pak RT seraya berlalu pergi setelah sempat melotot ke arah ibu-ibu yang tadi menatapnya. Sudah bisa dipastikan, dirinya apes siang ini karena kelalaian salah satu di antara ibu-ibu itu.
Sedangkan Buntala? Pria yang gila kebersihan dan kerapian itu wajahnya terlihat biasa saja. Tanpa dosa. Walaupun sendal yang dilemparkan olehnya telah mendarat cantik di wajah Pak RT. Pria satu anak itu malah sudah mengambil sapu dan kain pel. Menyapu lantainya yang kotor karena sandal salah seorang ibu-ibu tadi, lalu mengepelnya.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sandal siapa saja yang naik di atas lantai keramik Buntala pasti akan langsung terbang melayang ke jalan, jika terpergok oleh Buntala. Sudah banyak orang yang keluar dari warung Buntala dengan bertelanjang kaki. Namun, tak satupun dari mereka yang marah pada Buntala.
Dan yang terkena sandal melayang seperti Pak RT pun bukan hanya Pak RT saja. Sudah beberapa orang yang menjadi korban sandal melayang. Tapi mereka semua tidak ada yang marah pada Buntala. Mereka malah marah pada si empunya sandal yang sudah lancang menaikkan sandalnya di lantai keramik bersih milik Buntala.
Obsessive compulsive personality disorder (OCPD), itulah yang diidap oleh Buntala. Gangguan kepribadian yang merupakan kondisi di mana penderitanya memiliki kepribadian yang sangat perfeksionis dan terobsesi dengan kesempurnaan dalam semua aspek hidupnya. Mereka melakukan suatu hal secara fokus dan mendetail sebagai suatu cara untuk meningkatkan efisiensi.
Karena itu pulalah, pria paruh baya satu anak itu masih terlihat muda, sehat dan bugar dengan tubuh atletis bak iklan pakaian dalam pria. Pria paruh baya itu sangat disiplin dalam segala hal.
Begitulah manusia. Semua manusia memiliki kekurangan dan kelebihan bukan? Karena yang sempurna hanya judul lagu dan Tuhan pencipta alam semesta dan seluruh isinya.
*
Istirahat kedua jam pelajaran telah berbunyi. Para siswa pun keluar dari kelas. Namun, lagi dan lagi Indah teman sebangku Zayn hanya berdiam diri di bangkunya. Membaca buku yang dipinjamnya dari teman sekelasnya.
"Kamu tidak mau ke kantin?" tanya Zayn pada Indah.
"Tidak," sahut Indah tersenyum tipis pada Zayn.
Indah adalah gadis yang pendiam. Karena saking pendiamnya sampai-sampai dijuluki Queen of silence oleh teman-teman sekelasnya.
"Ayo, bro, kita ke kantin," ajak Yoga seraya menarik tangan Zayn. Zayn pun mengikuti Yoga keluar dari kelas mereka meninggalkan Indah sendirian di dalam kelas.
"Si Indah itu nggak lapar apa? Dia nggak pernah ke kantin dan aku lihat juga nggak bawa bekal. Padahal kita full day school," ujar Zayn yang penasaran dengan Indah.
Full day school merupakan sekolah sepanjang hari, atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Dari hari Senin sampai Jumat.
"Kamu perhatian banget sama si Indah. Jangan-jangan...kamu naksir, ya, sama si Indah?" celetuk Yoga memicingkan sebelah matanya menatap Zayn.
"Tidak. Cuma.. aku penasaran aja sama dia. Dia nggak pernah pergi ke kantin dan hanya berdiam diri di kelas mengerjakan tugas atau merangkum buku yang di pinjam dariku atau teman-teman lain. Kalau enggak di kelas, pasti membaca buku di perpustakaan. Hidupnya seperti monoton. Tapi aku yakin, dia pekerja keras. Selain itu, dia seperti minder. Dari tatapan matanya, aku bisa melihat dia menyimpan kesedihan yang mendalam. Dia juga terlihat tertekan. Entah mengapa aku merasa kasihan padanya," ujar Zayn yang duduk sebangku dengan Indah dan mengamati gerak gerik indah.
"Wiihh..bicaramu sudah seperti psikolog aja, bro," celetuk Yoga yang selalu terlihat santai tanpa beban.
"Itu hanya penilaianku saja," sahut Zayn tersenyum tipis.
Dua orang siswa itu terus berjalan menuju kantin sekolah. Suasana kantin sekolah tampak ramai, karena jam istirahat baru saja di mulai.
"Brugh"
"Akhh"
Zayn terkejut saat melewati deretan meja dan kursi kantin. Karena tiba-tiba ada siswi yang beranjak dari duduknya dan tak sengaja menabrak Zayn. Namun dengan sigap Zayn langsung memegang lengan dan pinggang siswi itu agar tidak terjatuh.
Mata Zayn dan siswi yang menabraknya itu sontak saling bersirobok ( saling bertemu pandang ). Tiba-tiba saja jantung Zayn berdegup kencang saat menatap mata bulat nan jernih gadis di pelukannya yang tidak lain adalah Khaira. Gadis cantik yang bapaknya galak, protektif dan posesif.
Khaira juga tertegun menatap pemuda di depannya. Gadis itu melihat mata di balik kacamata tebal itu terlihat tajam, hitam pekat bak langit malam yang seolah akan menenggelamkan dirinya. Entah mengapa jantung Khaira juga berdegup kencang saat bersirobok dengan mata Zayn.
Zayn, adalah siswa baru di kelasnya yang sejak hari pertama masuk kelas terlihat biasa saja saat bertemu dirinya. Tidak seperti siswa lain yang berusaha mendekati dirinya atau tebar pesona padanya.
"Hei! Sampai kapan kalian berdua akan berpose seperti itu?" celetuk Cempaka menyadarkan dua orang yang saling menatap dalam ketertegunan itu.
Sedangkan Yoga nampak tersenyum penuh arti melihat adegan di depan matanya itu.
Zayn pun melepaskan tangannya dari lengan dan pinggang Khaira. Pemuda itu memastikan Khaira tidak akan jatuh jika dirinya melepaskan pegangannya.
"Maaf! Aku tidak sengaja. Aku kurang berhati-hati. Baju kamu jadi basah," ucap Khaira yang tadi memang memegang cup plastik berisi es teh manis dan tumpah karena menabrak Zayn.
Zayn menatap kemejanya yang basah di bagian perut. Sedangkan Khaira buru-buru mengeluarkan tisu dari saku roknya hendak mengeringkan kemeja Zayn yang basah.
"Greb"
Zayn memegang tangan Khaira saat gadis itu hendak mengusap kemeja Zayn dengan tisu. Gadis itu menatap Zayn dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Tidak, perlu. Kamu keringkan bajumu saja. Aku akan mengeringkan bajuku sendiri," ucap Zayn tersenyum tipis, lalu melepaskan tangan Khaira.
Khaira tertegun di tempatnya berdiri menatap Zayn yang membalikkan tubuhnya berjalan menuju toilet.
"Zayn ini malah menyia-nyiakan kesempatan," gumam Yoga lirih seraya berjalan pergi memesan makanan.
"Hei! Khaira! Kamu kenapa?" tanya Cempaka membuat Khaira tersadar dari tertegun.
"Ah, a..aku ke toilet dulu," ucap Khaira tergagap, kemudian bergegas pergi ke toilet.
Cempaka mengernyitkan keningnya menatap punggung Khaira yang semakin menjauh. Khaira berjalan dengan memori yang terus mengingat tatapan mata Zayn. Belum lagi tangan Zayn yang memegang lengan dan pinggangnya tadi. Seumur hidup, putri kesayangan Buntala itu belum pernah di sentuh seorang pria seintens tadi selain bapaknya.
"Kenapa jantungku jadi berdebar-debar dan selalu teringat tatapan matanya?" gumam Khaira dalam hati.
...🌸❤️🌸...
Seorang bapak gila kebersihan yang istrinya jualan gado-gado dan sandal melayang karena naik keramik. Ini beneran ada.
Aku terinspirasi cerita ini dari tetangga ku di kontrakan lama. Semoga saja orangnya nggak suka baca novel, hingga nggak bakal baca novel aku ini.😂
Akan banyak kisah-kisah nyata yang bertebaran di dalam novel ini.
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Lili
astaghfirullah. ngakak aku, pas baca dicium sandal jepit dengan mesra🤣
2024-04-19
2
Angraini Devina Devina
keran cerita nya
2024-05-06
1
Ade Restu
ohh kayak mama zila yang dari animasi boboiboy yaa🤣🤣
2024-04-12
2