20

Di mobil Karel masih terjadi keheningan sejak beberapa menit yang lalu. Ellen masih sibuk dengan ponselnya dan Karel yang fokus menyetir.

"Lo langsung pulang atau mau ikut gue dulu?" tanya Ellen yang sedari tadi hanya diam.

"Emangnya mau kemana?"

"Mall, beli perlengkapan sekolah."

"Ikut dong. Masa iya soal ginian gue gak ikutan. Namanya nolak rejeki." jawab Karel dengan mata berbinar.

"Pd banget bakal gue bayarin." dengus Ellen seraya memutar bola matanya malas.

"Kata Mami, kalau jadi orang itu jangan pelit Kak. Apalagi sama adiknya." jelas Karel saat mengigat kembali kata-kata Mami-nya.

"Terserah Lo deh Dugong." balas Ellen malas.

"Ganteng gini di bilang kaya Dugong. Lo mending jangan deket-deket Kak Lona deh. Nanti ketularan anehnya." apa yang Karel katakan sama sekali tidak masuk akal bagi Ellen.

"Diem deh Rel, pusing gue. Mending Lo nyetir aja yang bener." kesal Ellen seraya menatap tajam Karel.

"Baiklah yang mulia ratu Elsa." kali ini ia akan benar-benar diam karena Ellen terlihat sangat menakutkan.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari setengah jam akhirnya mereka berdua sampai di salah satu Mall terbesar di Jakarta.

Mereka berdua langsung masuk ke dalam. Karel sedari tadi hanya mengekori kemanapun Ellen pergi.

"Lo beli tas sama sepatu juga Kak?" tanya Karel bingung.

"Hmm."

"Gue sempet lihat di koper Lo ada beberapa tas sama sepatu, terus ngapain Lo beli lagi?" heran Karel karena ia sempat melihat tas dan sepatu Ellen yang cukup banyak.

"Semuanya bermerk."

"Terus masalahnya?" tanya Karel masih tidak mengerti.

"Gue mau cari yang biasa."

"Gue kira cuma Kak Lona aja yang aneh, ternyata Lo lebih parah." Karel menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan pemikiran kedua Kakaknya.

"Di saat banyaknya cewek lagi sibuk pamer barang branded dan Lo malah milih barang biasa." lanjut Karel lagi dengan tatapan tidak percaya.

"Lo niat nemenin gue belanja gak sih?" tanya Ellen kesal karena Karel begitu banyak bicara.

"Ya niat lah. Buktinya sekarang lagi sama Lo." balas Karel tanpa dosa.

"Yaudah gausah banyak nanya." kesal Ellen dan langsung berjalan meninggalkan Karel.

"Marah-marah mulu nih orang." gerutu Karel seraya berjalan mengikuti langkah gadis itu.

"Gue denger ya Rel." ucap Ellen seraya menatap tajam Karel. Membuat bocah itu langsung menutup mulutnya sendiri.

Keduanya sibuk mengelilingi Mall untuk mencari berbagai kebutuhan Ellen di sekolah barunya nanti. Beberapa puluh menit kemudian Ellen merasa jika barang yang di butuhkan sudah selesai ia beli.

...(Barang-barang yang di beli Ellen)...

Setelah selesai berbelanja mereka berdua memutuskan untuk pergi makan terlebih dulu di salah satu tempat yang ada di Mall itu. Selesai memesan makan kini mereka berdua menunggu sampai pesanannya datang.

"Lo mau apa?" tanya Ellen pada Karel.

"Apanya?" jawab Karel balik bertanya karena tidak mengerti apa yang di maksud Ellen.

"Beli aja yang Lo mau." ucap Ellen seraya menyodorkan Black Card-nya pada Karel.

"Beneran Kak?" tanya Karel dengan mata berbinar.

"Yaudah kalau gak mau." balas Ellen seraya menarik Black Card-nya kembali.

"Rejeki gak boleh di tolak. Yaudah gue pergi dulu, nanti gue balik lagi." ucap Karel segera menarik Black Card Ellen sebelum gadis itu memsukannya kembali ke tas.

"Gak pake lama."

"Siap Kakak cantik." ucap Karel setelah itu dia langsung pergi untuk membeli apa yang ia mau.

Ellen memainkan ponselnya lagi sembari menunggu pesanannya datang. Ia baru ingat jika belum memberitahu Kakek dan Neneknya jika dirinya sekarang pindah ke Indonesia.

Bahkan gadis itu langsung mengganti SIM Card-nya dengan yang baru setelah tiba di Indonesia dan sampai sekarang belum mengaktifkan SIM Card-nya yang lama. Kakeknya pasti berpikir saat ini Ellen masih bersama Ayahnya. Jadi ia akan memberitahu Kakeknya nanti saja. Pikir Ellen.

"Permisi, ini pesanannya Kak." ucap seorang pelayan yang baru saja menghampiri meja Ellen.

"Makasih."

"Sama-sama. Selamat menikmati. Kalau begitu saya permisi."

Makanan yang mereka pesan sudah tiba tapi Karel belum juga kembali. Tidak mau ambil pusing kemana adiknya itu pergi. Ellen memilih makan lebih dulu karena sudah merasa lapar.

"Kak Ellen." panggil Karel dengan suara pelan.

"Udah?" tanya Ellen.

"Iya udah."

"Terus ngapain masih berdiri di situ. Cepet duduk." Suruh Ellen yang langsung di turuti Karel.

"Emm." Karel bergumam dan bergerak gelisah di kursinya seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Apa?" tanya Ellen pada Karel karena tau jika adiknya itu ingin mengatakan sesuatu tapi takut.

"Gue tadi beli laptop keluaran terbaru soalnya pas minta sama Mami gak di bolehin."

"Terus?"

"Gue habisin uang Lo 25 juta buat beli laptop itu. Maaf ya Kak, tapi mau gimana lagi, gue pengen banget soalnya, lagian laptop gue udah sering eror tapi Mami gak mau beliin yang baru."

"Hmm." gumam Ellen seraya mengangguk anggukkan kepalanya mengerti.

"Lo gak marah?"

"Gak. Ngapain juga." Jawab Ellen enteng.

"Gue udah habisin uang Lo 25 juta dalam beberapa menit doang, Kak. DUA PULUH LIMA JUTA. Masa Lo gak marah sih."

"Gak lah ngapain marah. Udah anggep aja hadiah dari gue."

"Makasih ya Kak. Lo bener-bener Kakak terbaik yang pernah gue punya." ucap Karel senang sampai memeluk Ellen.

"Lepasin. Gue mau makan." ucap Ellen seraya mendorong Karel agar melepaskan pelukannya.

"Hehehe maaf." lihatlah bocah tidak tau diri ini malah cengengesan tidak jelas.

"Cepet makan. Gue capek mau cepet-cepet pulang."

"Siap yang mulia ratu."

Mereka berdua lanjut makan dengan tenang. Setelah itu mereka langsung pulang karena sudah hampir malam dan juga sudah merasa lelah. Apalagi Karel, sepulang sekolah langsung menemani Ellen berbelanja.

Sesampainya di rumah Ellen dan Karel langsung masuk ke dalam. Tidak terasa mereka sudah pergi terlalu lama dan baru sampai rumah saat jam setengah tujuh malam. Ternyata semua orang sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Kita pulang." teriak Karel saat tiba di ruang keluarga.

"Darimana Lo berdua? Kenapa gak ngajak gue?" tanya Lona.

"Ikut kak Ellen belanja." jawab Karel dengan wajah bahagianya.

"Kok gak ngajakin gue sih Mol." ucap Lona sedikit kesal.

"Kata Karel Lo sibuk." Ellen tidak bohong, sebelumnya ia juga ingin mengajak Lona tapi kata Karel, Lona sedang sibuk.

"Kamu juga kan baru pulang Na. Kapan-kapan kan bisa pergi lagi." David mencoba membujuk anaknya agar tidak kesal lagi.

"Ellen, itu kenapa adik kamu senyum-senyum terus dari tadi?" tanya Dion heran saat melihat anaknya terus saja tersenyum.

"Eh Dugong, kesambet Lo?" tanya Lona merasa aneh dengan adiknya itu.

"Itu apaan yang kamu peluk?" tanya Rissa seraya menunjuk barang yang sedari tadi Karel peluk.

"Kepo yaa?" tanya Karel membuat semua orang menatap malas kearahnya.

"Kalau di tanya itu jawab yang bener." dengus Dion kesal. Entah darimana anaknya itu mendapat sifat songong seperti ini.

"Karel di beliin laptop sama Kak Ellen." jawab Karel seraya menunjukkan laptop yang di belikan Ellen tadi.

"Karel kan Mami udah larang kamu beli laptop! Kenapa sekarang malah minta sama Kakak kamu!" ucap Rissa memarahi Karel.

"Emang kenapa sih Mi?" tanya Dion bingung.

"Papi tau gak berapa harga laptopnya? 25 juta Pi. Lagian laptop dia masih bisa di pake." jelas Rissa membuat mereka akhirnya mengerti kenapa Rissa memarahi Karel.

"Kamu juga, kenapa pake di beliin. Jangan terlalu manjain adik kamu Len." kesal Rissa seraya menatap Ellen.

"Gapapa Mi." Ellen mencoba menenangkan Rissa.

"Pasti kamu kan yang minta sama Kakak kamu?" Rissa kembali memarahi Karel.

"Enggak Mi. Tadi Kak Ellen sendiri ngasih Black Card-nya ke aku terus nyuruh aku buat beli apa yang aku mau. Beneran, Karel gak bohong." jelas Karel merasa tertekan karena terus di marahi.

"Udah Mi, gapapa. Anggep aja ini hadiah Ellen buat Karel." karena kasihan dengan adiknya itu, Ellen menarik pelan tangan Rissa untuk menenangkan wanita paruh baya itu.

"Tapi-" belum sempat Rissa bicara lagi, Ellen lebih dulu memotongnya.

"Beneran Mi, gapapa." Ellen berusaha meyakinkan seraya mengelus pelan tangan Rissa.

Mau tak mau akhirnya Rissa hanya bisa menghela nafas pasrah. Setelah itu kembali duduk di tempatnya.

"Terus buat gue mana?" tanya Lona merasa iri pada Karel.

"Adiknya baru selesai di marahin terus kamu mau ikut ikutan di marahin juga?" baru saja mendudukkan dirinya, Lona malah membuat Rissa merasa kesal lagi.

"Mol, jangan pelit dong. Masa cuma Karel doang sih." rayu Lona pada Ellen.

"LONA!" teriak David memperingati putrinya.

"Next time." ucap Ellen tanpa suara membuat Lona tersenyum puas.

"Yaudah Ellen mau mandi dulu."

"Habis itu turun lagi, Kita makan malam dulu."

"Maaf Mi, Ellen gak ikut makan, soalnya tadi Ellen sama Karel udah makan dan sekarang masih kenyang. Gapapa kan?

"Gapapa sayang. Yaudah kamu mandi sana."

"Okey."

Terpopuler

Comments

Risy Risyda

Risy Risyda

update ya author
ceritanya jangan di hapus ya

2024-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!