13

Sesampainya Keenan di kamar ia langsung membanting pintu kamarnya dengan keras. Tantenya sekarang benar-benar berubah. Dulu dia tidak gila harta tapi sekarang entah dapat pengaruh buruk darimana dia bisa menjadi seperti ini.

Semua ini juga bukan keinginannya. Jika saya bukan Rey sendiri yang memintanya. Jadi mau tak mau Keenan menyetujuinya walaupun terpaksa.

Reynand mengejar Keenan ke kamarnya untuk melihat apakah adiknya itu baik-baik saja atau tidak. Rey sendiri tidak tau apa yang harus dia lakukan dan pada akhirnya malah melibatkan Keenan dalam masalahnya.

Tokkk Tokk Tokk

"Ken buka pintunya. Ini gue" teriak Rey di balik pintu kamar Keenan.

"Kenn buka pintunya atau gue dobrak" setelah mengatakan itu beberapa detik kemudian pintu kamar Keenan terbuka.

Reynand masuk ke dalam kamar Keenan tidak lupa menguncinya. Adiknya itu memang pintar mengatur ekspresi wajah. Walaupun wajahnya terlihat datar tapi Rey tau jika adiknya sedang tidak baik-baik saja dan ini karenanya.

"Sorry ya, gara-gara gue Lo jadi di salahin kaya gini"

"Sorry gue gabisa nepatin janji kita waktu kecil. Waktu itu gue bilang bakal manjain Lo, bakal jadiin Lo raja dan biarin gue aja yang kerja, terus Lo yang habisin duitnya" ucap Rey kembali mengingat masa kecil mereka tapi Ken masih tetap diam tidak mengatakan apapun.

"Maaf gue gabisa nepatin itu semua. Coba aja gue nggak penyakitan" lirih Rey penuh penyesalan.

"Ngomong lagi gue tonjok Lo bangsat" maki Keenan seraya menarik kerah baju Rey.

"Harusnya gue yang jadi pelindung buat Lo. Gue udah belajar bisnis sejak kecil biar Lo ga di tuntut ini itu sama Kakek. Tapi gue gagal." ucap Rey penuh penyesalan.

"Kalau Lo gak mau usaha Lo sia-sia, Lo harus fokus sama pengobatan Lo! Terus balik lagi kesini buat lindungin gue." bentak Ken yang masih memegang kerah baju milik Reynand.

"Atau Lo mau nyerah aja dan biarin gue sendiri disini. Itu mau Lo." lanjut Ken setelah itu ia melepaskan kerah baju Rey sedikit kasar.

"Gue mau sembuh Ken, tapi gue gak yakin." ucap Rey lirih. Rasa ingin sembuh sangat besar tapi rasa takut itu tetap ada.

"Kalau Lo sampai ninggalin gue sendirian, gue gak bakal pernah maafin Lo"

Setelah mengatakan itu Keenan pergi meninggalkan Rey. Berjalan ke arah lemari untuk mengambil baju dan segera ke kamar mandi untuk mengganti seragam sekolahnya.

Saat Keenan selesai berganti baju, Rey masih ada disini untuk menunggunya. Keenan tidak memperdulikan itu, ia mengambil jaket lalu memakainya. Saat ingin keluar, Rey sudah menghadangnya lebih dulu.

"Mau kemana?" tanya Rey.

"Keluar."

"Gue temenin."

"Gak perlu?"

"Lo marah sama gue, Ken?" tanya Rey lirih.

"Iya gue marah sama Lo dan gue bakal benci banget kalau Lo sampe pergi ninggalin gue dari dunia ini."

Setelah mengatakan itu Keenan langsung pergi meninggalkannya begitu saja. Rey tau adiknya pasti merasa kecewa karena ia belum menjalani pengobatan dengan teratur, tapi jika Rey melakukan berbagai pengobatan itu apakah akan membuahkan hasil, apakah ia akan sembuh atau apakah semua itu akan sia-sia saja. Sepertinya ia harus memikirkan ini baik-baik.

Awalnya keadaan mereka baik-baik saja tapi sekarang menjadi berantakan seperti ini. Entah sejak kapan Rey mulai merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya bahkan ia juga sempat pingsan beberapa kali.

Setelah Keenan mengantarkannya untuk memeriksakan diri, ternyata sebuah kenyataan pahit menghampirinya. Reynand terkena salah satu penyakit mematikan membuatnya dan Keenan merasa tidak percaya.

Apalagi saat semuanya terungkap, penyakit Rey sudah cukup parah. Sejak saat itu Keenan selalu memaksa Rey agar menjalani pengobatan yang teratur tapi Rey selalu berpikir jika semua itu tidak akan mengubah apapun.

Karena itu Keenan marah padanya. Bahkan sampai sekarang Ken masih saja menghindari Rey.

...----------------...

Setelah mengendarai motor sportnya dengan kecepatan tinggi, kini Keenan sampai di sebuah makam. Tujuannya kesini untuk mengunjungi sang Nenek yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu.

Hanya Neneknya yang berani membela dan menentang saat sang Kakek terlalu menuntut pada kedua cucunya.

Dulu saat masih ada Neneknya, Rey dan Ken bisa melakukan apapun tanpa takut di marahi sang Kakek karena Kakeknya pasti tidak bisa menolak permintaan istrinya.

Tapi sekarang sosok pembela dan pelindung itu sudah tidak ada lagi. Orang tua Rey maupun orang tua Ken tidak ada yang berani menentang perintah sang Ayah.

Saat Keenan masuk ke area makam ia melihat penjaga yang biasa membersihkan makam ini sedang berdiri di dekat pohon.

"Pak Mamat" panggil Ken pelan seraya menepuk pundak Pak Mamat.

"Ehh Den Keenan, baru kesini lagi" tanya Pak Mamat setelah menoleh kearah Ken.

"Iya, Pak Mamat ngapain disini. Mau bersih-bersih ya" Keenan bertanya pada Pak Mamat.

"Bukan Den. Bapak lagi nungguin Neng yang disana" jelas pak Mamat seraya menunjuk kearah seorang gadis yang bersimpuh di salah satu makam.

"Udah 4 jam lebih dia di sana. Takutnya nanti kenapa-napa" lanjut Pak Mamat lagi.

"Kenapa gak di suruh pulang aja Pak"

"Tadi udah bapak suruh pulang. Katanya sebentar lagi, tapi sampai sekarang tetap gak pulang-pulang. Mana udah dari siang sampai mau hujan kaya gini. Kasian bapak lihatnya" jelas Pak Mamat yang tadi sempat menghampiri gadis itu.

"Bapak lanjutin aja kerjaannya, nanti dia juga bakal pulang kok" ujar Ken mencoba menenangkan. Lagipula Pak Mamat masih punya pekerjaan takutnya nanti malah membebaninya.

"Yaudah bapak permisi dulu. Aden kalau udah selesai langsung pulang ya, takutnya nanti kehujanan"

"Iya Pak, makasih ya"

"Si Aden mah makasi mulu kan bapak gak ngasih apa-apa. Yaudah bapak permisi dulu" ucap Pak Mamat tersenyum seraya menepuk pundak Keenan setelah itu pergi dari sana.

Keenan mengenal Pak Mamat karena sering datang kemari. Bahkan ia sudah menganggap pak Mamat seperti Kakeknya sendiri karena sikap hangat pak Mamat membuat Ken merasa nyaman. Inilah sifat aslinya. Keenan terlihat dingin diluar tapi hangat di dalam bagi orang yang bisa merasakannya.

Terlihat gadis bertubuh mungil dengan balutan dress berwarna hitam. Posisinya masih membelakangi Ken karena ia masih berdiri di tempat pak Mamat tadi. Membuatnya bisa melihat rambut sepinggang berwarna coklat yang terlihat bergoyang-goyang karena tertiup angin.

Keenan berjalan melewatinya karena makam sang Nenek ada di ujung sedangkan gadis itu ada di tengah-tengah makam. Kini Keenan bisa melihat wajah gadis itu.

Cantik. Satu kata yang bisa Keenan ucapkan tentang gadis itu. Pundak kecil itu terlihat begitu rapuh, apalagi tatapan matanya yang kosong.

Berusaha tidak memperdulikan gadis itu lagi, Keenan menyadarkan dirinya jika ia datang kemari untuk mengunjungi Neneknya.

"Nenek apa kabar" sapa Ken seraya mengusap Nisan sang Nenek.

"Jangan bosen ya karena Nana sering kesini" ucap Keenan dengan kekehan.

Nana adalah panggilan Ken saat kecil. Dulu Keenan sangat tidak suka jika di panggil seperti itu tapi sekarang ia merindukan panggilan itu apalagi dari Neneknya.

Semenjak kepergian sang Nenek tidak ada lagi yang memanggilnya dengan nama semasa kecilnya. Panggilan itu membuatnya bisa merasa jadi dirinya sendiri. Tidak perlu berpura-pura kuat seolah menerima keadaan.

Seperti saat kecil. Jika di panggil dengan nama itu ia tidak perlu malu mengadu dan merengek saat menginginkan sesuatu atau sedang merasa tidak baik-baik saja.

Karena itu setelah kepergian Neneknya, Ken berubah. Sifatnya begitu dingin dan hanya berbicara seperlunya.

Jujur saja dia selalu mengharapkan panggilan itu hanya untuk meringankan bebannya. Tidak masalah panggilan itu di ucapkan dari orang tuanya atau siapapun.

Ken hanya ngin merengek dan mengadu saat Kakeknya terlalu keras padanya tapi di satu sisi Ken juga tidak ingin membebani orang tuanya.

"Nana capek. Nana marah tapi gak tau mau marah sama siapa. Kakek jauh lebih parah setelah Nenek pergi. Sering nuntut Nana ini itu. Kakek juga berani mukul Nana. Apalagi dengan kondisi Rey sekarang. Rasanya Nana udah gak kuat Nek" adu Ken di hadapan makam sang Nenek.

"Kenapa Rey harus sakit. Emang Tuhan gak sayang ya sama Nana. Tuhan udah ambil Nenek sebagai pelindung Nana, apa sekarang Tuhan juga bakal ambil Rey juga"

Keenan benar-benar merasa tidak kuat dengan semua ini. Tidak jarang sang Kakek memukulnya karena tidak bisa mengerjakan apa yang Kakeknya suruh.

"Nana udah minta sama Tuhan biar gak ambil Rey. Nenek juga bantuin bilang sama Tuhan ya. Kepergian Nenek aja udah berat bagi Nana, jadi tolong jangan bawa Rey juga" hanya itu harapan Ken saat ini. Semoga saja Tuhan mau mendengarkannya.

Ken terus berbicara dan berharap sang Nenek bisa mendengarnya. Hanya di sinilah tempatnya bisa mengadu dan merengek walaupun tidak pernah mendapatkan balasan apapun dari lawan bicaranya.

"Nana sayang sama Nenek. Nana pamit pulang dulu ya. Kayaknya juga udah mau hujan" ucap Ken dengan kepala mendongak keatas menatap langit yang tampak gelap karena mendung.

"Nana pulang ya Nek" pamit Ken sekali lagi. Tidak lupa ia mengusap Nisan Neneknya.

Keenan mengalihkan pandangannya, ternyata gadis itu belum juga pulang bahkan dirinya sendiri sudah selesai mengunjungi Neneknya.

Tetesan air membasahi wajahnya, membuat Keenan mengalihkan pandangannya keatas, ternyata hujan sudah mulai turun. Ia bergegas mencari tempat untuk meneduh.

Keenan meneduh di tempat yang memang sudah di sediakan di makam ini untuk jaga-jaga saat hujan datang. Ia memperhatikan gadis itu yang masih belum beranjak meskipun badannya sudah basah kuyup karena hujan.

Karena merasa tidak tega Keenan ingin menghampirinya, tapi sebelum ia beranjak dari tempatnya tiba-tiba ponselnya berdering.

"Kenapa" tanya Keenan pada orang di sebrang sana. Ternyata Rey yang menghubunginya.

"Mama kesiram air panas" ucap Rey di sebrang sana. Yang di maksud adalah Mama Keenan. Sejak kecil Rey memang memanggil tantenya itu dengan sebutan Mama.

Keenan tidak mengatakan apapun. Ia langsung berlari begitu saja setelah mematikan panggilannya.

Tidak perduli ia akan basah kuyup karena hujan. Sekarang yang dia pikirkan hanya Mamanya sampai melupakan niatnya untuk menghampiri gadis yang masih terguyur hujan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!