11

Kini di meja makan hanya tinggal Rissa dan Ellen, karena David dan Dion sudah berangkat beberapa menit yang lalu.

"Mami ga ke kantor?" Tanya Ellen seraya memperhatikan Rissa.

"Nggak. Mami mau nemenin kamu aja" balas Rissa seraya membereskan meja makan.

"Emangnya Mami nggak sibuk hari ini?" tanya Ellen lagi.

"Sebenarnya sih ada meeting jam 10 nanti" ucap Rissa, karena hari ini memang ada meeting sampai jam 2 siang.

"Yaudah Mami ke kantor aja, Ellen gapapa kok"

"Nggak ah, kan masih ada Papi sama Papa, udah nggak usah dipikirin"

"Tapi Mii, kan nggak baik ngecewain orang. Apalagi kalau ada yang butuh Mami nanti"

"Tapi Mami kan mau nemenin kamu. Mami masih kangen sama kamu"

"Kan Ellen nggak bakal kemana-mana"

"Jangan-jangan kamu ga suka ya Mami temenin" tuduh Rissa pada Ellen.

"Nggak gitu Mi, tapi kasian aja kan sama orang yang nanti bakalan nungguin Mami, eh taunya malah nggak dateng" ucap Ellen menjelaskan apa yang ia maksud.

"Yaudah nanti Mami berangkat, sekarang Mami mau nemenin kamu dulu. Kita nonton TV aja yuk sayang" ajak Rissa setelah selesai membereskan meja makan.

Perlahan Ellen mulai sedikit berubah. Mulai banyak bicara walaupun hanya pada orang tua Karel dan lona juga orang terdekatnya saja. Selebihnya tetap sama, ia akan berbicara seperlunya saja.

Baru saja tadi mereka selesai sarapan bersama. Waktu cepat sekali berlalu dan sekarang sudah menunjukkan pukul 11:13 siang. Setelah Rissa berangkat ke kantor, di rumah ini hanya ada Ellen, para pekerja rumah dan juga Indira yang sedang berada di kamarnya, entah apa yang dia lakukan.

Ellen bergegas ke kamarnya karena hari ini ia ingin pergi ke suatu tempat. Sesampainya di kamar ia segera mandi dan bersiap-siap.

Dress hitam di atas lutut membuat gadis itu terlihat sangat cantik, apalagi jika ia tersenyum dan memperlihatkan gigi kelincinya pasti juga akan terlihat sangat manis.

Entah kapan terakhir kalinya gadis itu bisa tertawa lepas, sampai saat ini ia hanya menunjukkan senyum tipis juga senyum manis, itupun kadang-kadang.

Ellen melakukan hal itu hanya untuk menghargai lawan bicaranya, tapi tidak ada yang tau sebenarnya senyum itu asli atau palsu, gadis itu benar-benar sangat mendalami perannya dengan baik.

Setelah bersiap-siap Ellen langsung pergi tanpa berpamitan pada siapapun termasuk Indira. Di rumah ini banyak sekali kendaraan, ada beberapa mobil juga motor. Gadis itu bisa saja menggunakan salah satunya tapi ia lebih memilih pergi naik taksi.

"Non Ellen mau kemana" teriak Bik Jum pembantu di rumah ini. Berusaha mengejar Ellen.

Bik Jum yang baru saja keluar dari dapur berteriak memanggil Ellen untuk menanyakan kemana ia akan pergi, tapi tidak di dengar karena gadis itu sudah keluar rumah lebih dulu. Saat sampai di pintu utama Bik Jum melihat Ellen yang sudah pergi dengan taksi.

...****************...

Jam istirahat kedua telah tiba. Karel baru saja akan pergi ke kantin karena saat istirahat pertama tadi dia tidak bisa istirahat karena masih belum selesai mengerjakan tugas. Jika saja tidak di kumpulkan saat ini juga Karel tidak akan repot-repot mengerjakannya.

Setibanya di kantin Karel langsung mencari keberadaan teman-temannya. Setelah menemukannya ia menghampiri meja pojok yang biasa di gunakan Keenan dan sahabatnya. Sebelum Karel dan kedua sahabatnya masuk sekolah ini, meja itu hanya di tempati Keenan dan juga keempat sahabatnya saja.

Banyak siswa dan siswi yang memperhatikan meja itu. Dimana para most-wanted berada. Apakah itu artinya jumlah mereka akan bertambah, karena tidak ada satupun yang berani menempati meja itu selain mereka.

Beberapa alasannya karena mereka adalah anak orang kaya dan mereka juga di anggap sebagai pentolan sekolah. Walaupun tidak jarang mereka juga berbuat onar, entah itu membolos atau datang terlambat.

Mereka berlima adalah anak basket yang di ketuai oleh Keenan sebagai kapten. Selain itu, Bara juga ketua OSIS di sekolah ini. Lalu jika Karel, Andra dan Bian bergabung apakah anggota mereka akan bertambah? Kira-kira itu yang di pikirkan semua orang.

Karel bingung melihat mereka yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Lo semua ngapain ngelihatin gue kaya gitu?" tanya Karel merasa aneh dengan sikap mereka.

"Woy setan kenapa diem aja! Kesambet Lo pada" tanya karel lagi, ia mulai kesal karena dari tadi tidak ada yang mau menjawab.

"Lo punya pacar?" tanya Bian tiba-tiba membuat Karel mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Kenapa ga cerita sama kita?" Tanya Aksa.

"Dikira pulang duluan eh malah pacaran" sahut Juna.

"Ninggalin temennya gitu aja. Ehh taunya malah enak enakan pacaran" sinis Andra yang juga ikut-ikutan.

"Pas istirahat pertama Lo sengaja ngehindar kan biar ga kita tanyain" tuduh Arkan membuat Karel tidak terima.

"Sembarangan. Gue tadi nggak keluar karena ngerjain tugas. Noh tanya aja si Bian sama Andra" kesal Karel seraya menunjuk Bian dan Andra dengan dagunya karena merasa kesal terus di tuduh yang tidak-tidak.

"Tadi di kelas gue tanya tapi Lo juga ga jawab apa-apa tuh" jawab Bian santai.

"Iya sok sibuk banget" tambah Andra menyahuti ucapan Bian membuat Karel melotot tidak terima.

"Pala Lo sok sibuk! Terus Lo berdua bisa ngerjain tugas darimana kalau ga gue contekin"

"Belum tentu bener kan" balas Andra santai.

"Ehh buset nyesel gue nyontekin kalian berdua. Ga bakal lagi gue kasih lihat" Karel benar-benar merasa kesal dan juga menyesal karena sudah memberikan mereka contekan.

"Yaelah gitu aja ngambek" kata Bian mengejek Karel.

"Jangan gitu dong Rel, kan cuma becanda" Andra mencoba membujuk Karel. Jika Karel ngambek, nanti siapa yang akan memberikan contekan padanya.

"Bodoamat" ketus Karel seraya memelototkan matanya karena sudah benar-benar kesal.

"Ehh bocah malah ribut sendiri. Ini kapan Karel jelasinnya" Aksa mencoba menghentikan perdebatan mereka bertiga.

"Banyak bacot Lo semua" ucap Bara kesal karena merasa terganggu dengan keributan mereka.

"Ehh babang Bara mulutnya" ucap Juna pada Bara.

"Sekali ngomong langsung tembus ulu hati" lanjut Juna lagi membuat Bara memutar bola matanya malas.

"Jelasin" ucap Keenan yang sedari tadi diam menyimak pembicaraan mereka.

"Ini lagi kembarannya kalo ngomong kekurangan kata" kata Arkan membuat Keenan mendengus kesal.

"Jelasin apa sih. Dari tadi nggak jelas banget" tanya Karel yang sejak tadi tidak paham kenapa semua temannya memojokkan dirinya.

"Jelasin Lo kemana semalem. Terus tentang postingan Ig Lo juga" tanya Aksa lagi pada Karel.

"Semalem Lo ga langsung pulang kan? Tapi nemuin cewek yang Lo posting di Ig. Iya kan ngaku aja Lo?" Tanya Juna bertubi-tubi membuat Karel paham kemana arah pembicaraan mereka.

"Kenapa pada heboh gini sih. Terus kalo emang iya kenapa coba? Ada yang salah?" Tanya Karel balik karena sudah mengerti apa yang sedang di bahas.

"Ya nggak sih. Tapi kan Lo bisa bilang dulu ke kita. Kenalin kek pacar lo, kita juga nggak bakalan nikung dia dari lo" sembur Arkan asal.

"Oke bakal gue jelasin. Iya semalem gue ga langsung pulang dan gue juga udah buru-buru jadi ga sempet bilang ke kalian. Yang Lo pada bilang emang bener, kalau semalem gue jemput dia dan satu lagi, dia bukan pacar gue. Udah kan" Karel menjelaskan panjang lebar pada mereka.

"Kalau bukan pacar lo terus siapa?" Tanya Bian bingung. Jika bukan pacarnya kenapa Karel sangat heboh sekali semalam.

"Dia itu-"

Belum sempat Karel meneruskan ucapannya, tiba-tiba ponselnya berdering dan nama Ellen tertera di layar.

"Halo kak, kenapa" tanya Karel setelah mengangkat panggilan tersebut.

"Jangan bilang siapapun kalau gue kakak sepupu Lo, termasuk ke temen-temen Lo dan ga usah tanya kenapa. Gue tau, pasti Lo udah mau bilang ke temen-temen Lo kan? kalau aja gue ga telfon Lo duluan!" setelah mengatakan hal panjang lebar itu, Ellen langsung menutup telponnya.

"Uhukk uhukk" Karel sampai tersedak karena terkejut. kak Ellen cenayang apa gimana sih kok bisa tau. Batin Karel dalam hati.

"Ehh kenapa Lo Dugong" tanya Juna seraya menepuk pundak Karel.

"Ada masalah? Kenapa muka Lo kaget gitu" tanya Aksa khawatir.

"Nggak ada kok, tadi gue cuma kaget aja" jelas Karel agar mereka tidak merasa khawatir.

"Kaget kenapa Lo bocah" tanya Arkan pada Karel.

"Kepo Lo monyet" balas Karel tidak terima karena di panggil bocah.

"Udah cepetan lanjutin yang tadi. Kalau bukan pacar lo terus siapa" tanya Andra lagi karena masalah tadi belum selesai mereka bahas.

Karel bingung harus menjawab apa karena Ellen tidak bilang lebih dulu tentang hal ini. Nanti kalau dia salah bicara bagaimana, tapi kalau tidak di jawab pasti mereka tidak akan membiarkannya lolos begitu saja. Karel sangat pusing memikirkan hal ini. Semoga saja jawabannya tidak salah.

"Woy. Malah bengong kaya orang dongo"

"Gue itu udah kenal dia dari kecil. Waktu umur 5 tahun dia diajak pindah sama orang tuanya terus baru balik lagi. Jadi pas dia bilang kalau bakal pindah kesini lagi gue langsung jemput dia, makanya semalem gue buru-buru" Ucap Karel mencoba menjelaskan pada mereka.

"Dia dia mulu. Emang siapa sih namanya" tanya Juna kesal karena sejak tadi yang di bicarakan hanya dia dia saja.

"Kak Ellen" ucap Karel memberitahu mereka.

"Cantik nggak Rel" tanya Arkan dengan mata berbinar. Biasalah jiwa-jiwa playboy-nya kumat jika sudah membahas perempuan.

"Cantik banget, kaya cimol lagi" perkataan Karel sontak membuat mereka tertawa.

"Ngelawak Lo, maksud Lo bulet kaya cimol gitu?" Tanya Juna masih dengan sisa tawanya.

"Gendut dong" sahut Aksa ikut bertanya.

"Ehh goblok. Maksud gue itu putih terus kenyal kulitnya. Bukan gendut" jelas Karel membuat mereka mengerti.

"Tapi beneran cantik ga Rel?" Arkan masih saja bertanya tentang hal yang sama.

"Kan gue udah bilang kak Ellen itu cantik. Cantik banget malah" ulang Karel lagi. Lama-lama merasa kesal juga menghadapi Arkan yang matanya jelalatan.

"Kalau gitu deketin sama gue dong Rel" pinta Arkan penuh harap membuat Karel memutar bola matanya malas.

"Gue saranin mending ga usah deh bang. Makan hati yang ada" kata Karel memperingati Arkan karena mengigat jika Ellen sangat susah di dekati.

"Elah Rel, baru juga minta di deketin udah Lo omongin kaya gitu" gerutu Arkan tidak terima.

"Emang kenapa Rel?" Tanya Bian penasaran.

"Dingin banget orangnya. Cuek, kaya ga peduli sekitarnya" jelas Karel karena tidak ingin temanya berpikir yang tidak-tidak padanya.

"Sama dong kaya Keenan sama Bara" celetuk Juna asal seraya menunjuk mereka bergantian.

"Iya. Terus kalo mereka bikin geng kayaknya bakal keren banget tuh" saran Aksa menimpali celetukan Juna.

"Terus nama gengnya para kulkas berjalan" tambah Arkan

"Terus kalau deket mereka berasa kaya di kutub Utara" sahut Bian lagi. Sontak membuat mereka semua tertawa kecuali Keenan dan Bara.

"Stress" umpat Keenan dan Bara bersamaan seraya memutar bola matanya malas menghadapi tingkah konyol sahabatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!