7

Terlihat mobil yang di tumpangi Karel dan Ellen sudah memasuki mansion megah milik keluarga Dirgantara. Setelah memarkirkan mobil di garasi, keduanya berjalan masuk ke dalam.

"Hellowww. Karel yang paling ganteng udah pulang" teriak Karel menggelegar setah masuk ke dalam.

Ellen langsung menyumpal telinganya yang terasa berdenging. Dari arah dapur terlihat wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda itu berjalan menghampiri Karel.

"Kan Mami udah bilang jangan teriak-teriak! Ini rumah bukan hutan" kata Rissa, Mami Karel.

"Ahh sakit Miii. Lepasin Mi, kuping Karel sakit banget nih" teriak Karel memegangi tangan Rissa yang sedang menjewer telinganya.

"Capek Mami bilangin kamu tiap hari tapi ga pernah kamu dengerin" balas Mami tanpa melepaskan telinga Karel.

"Iya Mi iyaa. Karel janji ini yang terakhir tapi lepasin dulu. Ada yang mau Karel tunjukin ke Mami" kata Karel memelas, karena demi apapun telinganya terasa mau putus.

"Halah itu pasti cuma alasan kamu aja kan, biar Mami lepasin. Kamu itu ga pernah mau dengerin Mami, biarin aja sampe telinga kamu putus, biar ga bisa denger sekalian!"

Ellen hanya diam menatap mereka tanpa mau membantu Karel. Bahkan Rissa juga belum sadar jika ada orang lain selain mereka berdua. Karena kasihan Rissa pun melepaskan telinga Karel.

"Awas aja kalau besok di ulangin lagi" ancam Mami dengan mata melototi Karel.

"Dari tadi kek di lepasin, kan Karel ga sabar mau nunjukin sesuatu ke Mami" dumel Karel dengan mengusap usap telinganya.

"Mau nunjukin apa? Awas aja kamu kalau ngerjain Mami" merasa tidak percaya karena berulang kali Karel selalu mengatakan hal yang tidak penting.

Kamudian Karel menujuk kearah pintu dengan matanya agar Rissa melihat apa yang Karel tunjukan.

Rissa mengalihkan pandangannya kearah pintu. Setelahnya ia diam mematung melihat siapa yang ada berdiri di sana. Kembali mengalihkan pandangannya ke arah Karel seolah meminta penjelasan apakah yang ada di depannya ini nyata atau tidak.

"Rel, Mami kok k-kaya l-lihat kak Ellen a-apa Mami s-salah lihat ya." Tanya Rissa terbata-bata.

"Nggak Mi, Mami ga salah lihat ini emang kak Ellen." Kata Karel seraya mengangguk meyakinkan Maminya.

Kini Rissa kembali mengalihkan pandangannya ke arah Ellen. Dengan langkah pelan ia berjalan mendekat. Setelahnya ia menangkup kedua pipi Ellen dengan tangan gemetar dan air mata yang mulai mengalir.

"I-ini b-beneran Ellen, anak Mami?" masih belum percaya, Rissa kembali menanyakan hal yang sama berulang kali.

"Iya Mi ini Ellen, masa Mami lupa sih" kata Ellen menggenggam tangan Rissa yang berada di pipinya.

Rissa langsung mendekap tubuh Ellen dan memeluknya dengan erat. Ellen membalas pelukan Rissa tidak kalah erat.

Walaupun hanya wajah datar yang ia tunjukkan, bukan berarti ia tidak senang, tapi memang karena keadaan yang telah merubahnya menjadi seperti ini.

"Ellen kemana aja nak? Kenapa ga ada kabar sama sekali?" Tanya Mami setelah mengurai

pelukannya.

"Ellen baik baik aja kan?" Lanjutnya dengan mengusap pipi mulus Ellen.

Ellen tersenyum tipis, tangannya bergerak mengusap air mata Rissa.

"Iyaa. Ellen baik baik aja, udah Mami jangan nangis lagi, Ellen ga suka lihat Mami nangis kaya gini"

Bagaimana tidak menangis, Ellen sudah Rissa anggap seperti anak kandungnya sendiri, yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar selama bertahun-tahun dan kini malah berada di hadapannya secara tiba-tiba.

Rissa merasa sangat bersyukur karena anak yang sangat ia sayangi telah kembali. Setelah memastikan hal yang ia lihat benar-benar nyata, Rissa memanggil semua orang yang ada di rumah ini.

"Papi, Mas Dafid, Mbak Indira" teriak Rissa memanggil anggota keluarga lainnya. "Piii cepetan kesini Piii" terlihat satu persatu dari mereka mulai berdatangan.

"Ada apa sih Mi, kok teriak-teriak" tanya Dion, suami Rissa dan juga ayah Karel.

"Kamu kenapa Ris kok teriak-teriak, mana kenceng banget lagi" tanya Dafid, ayah Ilona.

"Iyaa bikin kaget aja kamu" kali ini Indira yang bicara. Istri Dafid sekaligus ibu Ilona.

Rissa bergeser ke samping agar mereka bisa melihat Ellen yang sedari tadi ada di belakang tubuh Rissa.

"I-ini" Dion dan Dafid tidak bisa melanjutkan kata-katanya setelah melihat Ellen.

"Iya Pii, Ellen kembali. Anak kita udah pulang" jelas Rissa yang kembali menangis. Dafid dan Dion berjalan mendekat, memeluk Ellen bergantian.

"Kamu kemana aja nak? Kenapa gak ngasih kabar sama sekali. Semuanya sedih karena

Kamu pergi. Emang Ellen ga kasihan sama kita semua" tanya Dion lembut seraya mengusap kepala Ellen.

"Papa takut Ellen kenapa kenapa. Kenapa kamu tega banget bikin semua orang sedih" kini David yang bertanya dengan menggenggam tangan Ellen.

"Maaf. Tiba-tiba Daddy ganti semua hp orang yang ada di rumah dan mutusin buat pindah rumah. Ellen juga ga tau apa alasannya. Sekali lagi maafin Ellen." Jelas Ellen menggenggam tangan David dan Dion.

"Gapapa sayang, yang penting sekarang kamu baik-baik aja dan kembali lagi ke sini. Papa udah seneng" ucap David mengusap kepala Ellen. Kini Ellen mengalihkan pandangannya pada Indira sang sedari tadi hanya diam.

"Ma" sapa Ellen, perlahan berjalan mendekati Indira .

"Saya bukan Mama kamu" ketus Indira membuat Ellen menghentikan langkahnya.

"Indira" panggil David memperingati Indira, yang hanya di anggap angin lalu.

"Dia pasti di usir sama Ayahnya"

"Jaga mulut kamu Indira" kata David mencoba memperingati istrinya.

"Kenapa? Emang bener kan apa yang aku bilang. Mungkin Grayson udah sadar kalau anaknya itu pembawa sial." Bicara santai tanpa rasa bersalah, sepertinya Indira tidak menyukai keberadaan Ellen.

"Cukup Indira!!" Bentak David. "Jangan kelewatan kamu" lanjutnya mencoba menghentikan istrinya.

"Mbak Indira kenapa sih. kenapa bicara seperti itu sama Ellen." Rissa ikut geram dengan kelakuan Indira.

"Salahnya dimana?" Tanya Indira enteng.

"Mbak dulu kan juga sayang sama Ellen. Sayang banget malah, tapi kenapa sekarang Mbak Indira jadi kaya gini?"

"Iya itu dulu, sebelum dia jadi anak pembawa sial"

"Sudah, cukup Indira!! Jangan buat aku marah!" ucap David dengan suara yang mulai meninggi.

"Harusnya kalian sadar kalau dia yang udah buat Elena pergi" Bentak Indira.

"Hidup dan mati itu takdir Mbak, jadi tolong jangan kelewatan kalau ngomong" balas Rissa mencoba menyadarkan Indira.

"Itu semua emang takdir tapi secara tidak langsung dia memang penyebab Elena pergi"

"Semua tau bagaimana kejadiannya, kenapa masih menyalahkan Ellen dengan omong kosongmu itu" balas David dengan tatapan tajam dan nada penuh penekanan.

"Lihat aja, bentar lagi dia akan bawa pengaruh buruk di keluarga ini" ucap Indira ketus dengan tatapan meremehkan pada Ellen.

"Cukup!! Gak usah bicara yang enggak-enggak sama kak Ellen" bentak Karel tidak terima.

"Kejadian juga kan. Baru juga beberapa menit dia di rumah ini tapi pengaruh buruknya udah menyebar" ujar Indira sinis.

"Rel, cepat minta maaf sama Mama Indira" suruh Rissa pada Karel.

"Enggak Mi. Mama Indira udah kelewatan sama kak Ellen dan Karel ga terima itu"

"Rell" panggil Ellen lembut memperingati Karel.

"Tapi kak-"

"Relll" panggil Ellen lagi.

"Oke gue bakal minta maaf" Karel mengalihkan pandangannya ke Indira.

"Maaf" Karel kembali menatap Ellen. "Ini pertama dan terakhir kalinya gue lakuin ini. Dan tolong kak, jangan halangin gue. gue gak mau gagal lagi buat jagain Lo." Karel kembali mengalihkan pandangannya pada semua orang.

"Siapapun yang berani nyakitin kak Ellen akan berhadapan sama Karel" setelah mengatakan itu, Karel pergi ke kamarnya di lantai atas.

Saat ingin menaiki tangga, ia berpapasan dengan Ilona. Dari tadi Ilona sedang tidur tapi karena keributan yang terjadi membuatnya terbangun. Jadi ia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Aduh Lo apa apaan sih Rel" kesal Lona karena Karel dengan sengaja menabrak bahunya.

"Bilangin ke Mama Lo, jangan pernah nyakitin kakak gue lagi, karena gue ga bakal takut buat hadapin dia" setelah mengatakan itu Karel benar benar pergi ke kamarnya dan dengan sengaja ia membanting pintu kamar sekeras mungkin.

Karena penasaran Ilona ingin bertanya pada Mama nya. Dan apa yang Karel katakan tadi? Mama nya menyakiti Kakak nya. Bukankah ia kakak Karel. Kenapa anak itu sangat aneh. Pikir Ilona.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!