15

Keenan yang baru saja sampai rumah langsung berlari ke dalam untuk mencari Mama-nya. Ia sangat panik saat Rey mengatakan jika Mama-nya tersiram air panas.

"Mah. Mama." teriak Keenan seraya berlarian di dalam rumah.

"Apa sih Ken, kenapa teriak-teriak." ucap Maya yang baru saja keluar dari arah dapur.

"Mama baik-baik aja kan. Coba Ken lihat ada yang luka gak?" Keenan bertanya seraya menarik pelan tangan Mama-nya.

"Mama gapapa, cuma kesiram air panas dikit. Lagian udah di obatin sama Rey." jelas Maya agar anaknya itu tidak merasa khawatir.

"Lain kali lebih hati-hati ya, Ma. Ken gak mau Mama kenapa-napa." ucap Keenan serius seraya mengelus tangan Maya.

"Harusnya Mama yang bilang gitu sama kamu. Kamu aja pulang basah kuyup gini. Udah buruan mandi dulu sana, nanti kamu sakit." suruh Maya pada Keenan. Sepertinya anaknya ini rela menerobos hujan karena merasa khawatir padanya. Pikir Maya.

"Tapi Mama beneran gapapa? Atau mau Ken panggilin Dokter?" tanya Keenan lagi untuk memastikan.

"Gapapa Ken. Udah kamu mandi sana."

"Yaudah Ken mandi dulu" setelah itu Ken langsung pergi ke kamarnya untuk segera mandi.

Terlihat Keenan yang baru saja turun dari kamarnya dengan keadaan yang lebih segar. Ia melihat Mama-nya yang berada di dapur. Sepertinya sedang menyiapkan makan malam, membuatnya segera menghampiri sang Mama.

"Ken bantuin ya, Ma?" Keenan yang baru saja datang langsung menawarkan diri untuk membantu.

"Kalaupun Mama nolak kamu bakalan tetep maksa kan." dengus Maya karena sudah sangat hafal dengan sifat anaknya.

"Mama butuh apa biar Ken bantu?"

"Ini kamu cuci dulu sayurannya." suruh Maya yang lansung di turuti Keenan.

"Kamu tadi habis darimana?"

"Ketemu Nenek, terus tiba-tiba Rey bilang kalau Mama kesiram air panas, makanya Ken langsung pulang" jelas Keenan yang masih mencuci sayuran.

"Gimana sama cewek yang tadi ya." ucap Keenan yang tiba-tiba teringat gadis yang sempat ingin ia tolong saat di makam tadi.

"Cewek siapa? Pacar kamu?" tanya Maya dengan mata berbinar saat mendengar ucapan Keenan.

"Bukan Ma, apaan sih." balas Keenan malas. Entah kenapa Mama-nya itu selalu menyuruhnya untuk mencari pacar.

"Iya juga gapapa, Mama malah seneng."

"Emangnya dia kenapa, tumben kamu sampe kepikiran apalagi masalah perempuan" ucap Maya merasa heran.

Bahkan anak dari rekan bisnis suaminya sering datang ke rumah hanya ingin mendekati Keenan tapi anaknya itu sama sekali tidak pernah mempedulikan hal itu sama sekali.

"Gapapa Ma, udah gausah di bahas. Lagian Ken juga gak kenal."

"Ayo dong cerita. Mama kepo nih." desak Maya membuat Ken menghela nafas malas. Jika sudah begini Mama-nya tidak akan berhenti bertanya sampai ia mau menjelaskan.

"Tadi ketemu di makam. Dia kehujanan tapi ga mau neduh. Tadinya mau Ken bilangin biar dia mau neduh tapi gak jadi karena Ken udah panik waktu denger Mama kesiram air panas jadi langsung pulang." jelas Ken pada Mama-nya.

"Gimana sih Mama gak paham. Kamu jelasinnya yang bener dong." ujar Maya tidak mengerti.

"Kata pak Mamat, dia udah di sana sekitar 4 jam lebih. Dari panas sampai hujan tapi tetap ga mau pergi. Dia cuma duduk di depan salah satu makam tanpa ngelakuin sesuatu" jelas Ken lagi. Akhirnya membuat Maya mengangguk mengerti.

"Terus kenapa gak kamu samperin, kasihan tau. Gimana sih kamu" ucap Maya tiba-tiba kesal.

"Kok Mama malah marah sama Ken sih." Tanya Keenan bingung.

"Kamu kan bisa nolongin dia dulu baru pulang."

"Kan udah panik Ma." balas Ken memelas berharap agar Mama-nya tidak marah.

"Gak tau pokoknya Mama marah sama kamu."

"Ini kenapa sih kok ribut-ribut." tanya Shaka yang tiba-tiba datang ke dapur. Dia adalah Papa Keenan.

"Keenan nih Pa, ngebiarin pacarnya kehujanan." adu Maya pada suaminya.

"Bukan pacar Ken Mah" bantah Keenan. Bahkan kenal saja tidak bagaimana bisa gadis itu menjadi pacarnya.

"Beneran?" tanya Shaka sengaja ingin menggoda putranya.

"Bukan Pah, Papa kaya gatau Mama aja." balas Keenan teteap membantah.

"Kapan-kapan ajak kesini dong pacarnya." goda Shaka lagi membuat Keenan mendengus.

"Papa sama aja kaya Mama." ucap Ken kesal.

"Tapi jangan pernah nyakitin hati perempuan. Apalagi di biarin kehujanan." goda Shaka lagi. Setelah mengatakan itu Papa-nya perlahan berjalan meninggalkan dapur.

"Pahh" teriak Keenan membuat mereka tertawa. Bahkan Papanya masih bisa mendengar teriakan anaknya itu.

......................

Akhirnya waktu makan malah telah tiba. Kini semua anggota keluarga sudah lengkap untuk makan malam bersama. Di meja paling ujung ada Kakeknya. Tempatnya seolah menunjukkan jika ia adalah pemimpin di rumah ini.

Mereka semua makan dengan tenang. Hanya ada suara dentingan sendok sampai salah satu di antara mereka membuka suara.

"Kamu beneran mau kuliah di Kanada, Rey?" perkataan Rio sontak membuat mereka mengehentikan acara makannya. Bahkan Keenan langsung menatap kearah Rey.

"Kamu mau pindah kuliah Rey?" tanya Papa-nya.

"Iya Pah, tapi aku baru sempet bilang ke Kakek aja."

"Kok mendadak?"

"Kenapa tiba-tiba gini. Emangnya kenapa kamu pindah segala." Dita merasa tidak senang dengan keputusan anaknya.

"Sebenarnya ini keinginan Rey dari dulu, awalnya belum yakin tapi sekarang Rey beneran mau pindah kesana. Boleh kan Kek?" jelas Rey. Setelah itu ia bertanya pada sang Kakek.

"Kanada cukup bagus. Kalau kamu udah yakin kenapa nggak." jawab Kakeknya. Jika sang Kakek sudah setuju tidak akan ada yang berani menentang.

"Terus kamu bakal ninggalin Mama gitu?" tanya Dita merasa sedih.

"Kan cuma sebentar Ma, lagian Rey pergi kan buat belajar. Percaya sama Rey, waktu cepet banget berlalu pasti gak akan kerasa" hibur Rey seraya mengelus tangan Dita.

"Emangnya kamu gak suka kuliah di sini?"

"Gak gitu Mah, Rey cuma mau jadi yang lebih baik lagi. Please ijinin Rey ya."

"Kamu beneran mau banget?" tanya Dita memastikan.

"Iyaaa Mama."

"Yaudah deh mama ijinin." ucap Dita pasrah.

"Makasih ya Mah." karena terlalu senang Rey sampai memeluk Mama-nya.

"Inget, kamu harus tetep jaga diri di sana." ucap Shaka.

"Jaga kesehatan juga terus jangan lupa ngabarin." sahut Maya ikut menimpali.

"Pasti." balas Rey seraya menganggukkan kepalanya mengerti.

Keenan yang sedari tadi hanya memperhatikan memperhatikan mereka berbicara tanpa mengatakan apapun. Ia sedang berpikir apa tujuan Rey sebenarnya, kenapa tiba-tiba dia ingin pindah kuliah.

Setelah makan malam selesai mereka berkumpul di ruang keluarga kecuali Keenan dan Reynand. Mereka berdua memilih langsung pergi ke kamar. Keenan tidak pergi ke kamarnya dan malah iku masuk ke kamar Reynand.

"Maksud Lo apa. Mendadak mau pindah kuliah?" tanya Ken setelah memasuki kamar Rey.

"Gue udah pikirin baik-baik, gue mau sembuh. Gue bakalan berobat biar bisa nyelametin Lo dari tuntutan Kakek. Gue udah cari tau kalau di Kanada salah satu tempat terbaik untuk berobat jadi gue bakalan kesana." jelas Rey membuat Ken membulatkan matanya tidak percaya.

"L-lo serius?" bicaranya sampai terputus-putus karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Mana mungkin gue ninggalin Lo sendiri. Apalagi dari dunia ini." balas Rey seraya mengangkat sebelah alisnya.

Keenan langsung memeluk Rey dengan erat. Dia ingin Rey berobat bukan karena ingin terbebas dari Tuntutan Kakeknya, tapi karena dia sangat menyayangi Rey, hanya dia yang dari dulu selalu menemaninya dan selalu ada untuknya.

"Makasih udah mau berjuang" ucap Ken setelah melepaskan pelukannya.

"Gue titip Mama Papa sama Lo ya. Kalau Kakek kayaknya gausah deh. Kan dia bisa jaga dirinya sendiri." ucap Rey dengan kekehan.

"Dasar cucu durhaka Lo." ucap Ken seraya memukul lengan Rey.

"Kaya Lo nggak aja" Rey juga membalas memukul lengan Ken. Setelah itu mereka berdua tertawa bersama karena sudah membicarakan sang Kakek.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!