18

Suasana kantin terlihat sangat ramai setelah beberapa menit bel istirahat berbunyi, membuat siswa siswi sibuk mengantri dan mencari tempat duduk agar bisa mengisi perut mereka yang sudah terasa lapar, kecuali Keenan dan teman-temannya yang sudah duduk tenang di tempatnya.

"Kalian udah pesen makan?" tanya Karel yang baru saja tiba di kantin bersama Bian dan Andra.

"Nungguin Lo bertiga." dengus Juna.

"Yaudah biar gue sama Andra aja yang pesen. Kalian mau apa?" tanya Bian pada yang lainnya.

"Kita mie ayam tiga siomay dua terus minumnya es teh semua." ucap Aksa memberitahu Bian.

"Gue bakso. Minumnya samain aja." ucap Karel.

"Oke gue pesenin dulu. Ayo Ndra." ajak Bian pada Andra seraya menarik bajunya membuat Andra mendengus kesal.

Setelah memesan makanan yang mereka inginkan, Bian dan Andra kembali ke tempatnya. Beberapa menit kemudian pesanan mereka sudah di antarkan dan merekapun mulai makan.

"Lo nanti pulang bareng siapa Rel?" tanya Juna.

"Bareng gue aja." sahut Bian.

"Oke." balas Karel.

"Ehh gak jadi deh. Gue minta jemput Kak Ellen aja deh. Siapa tau dia mau." lanjut Karel setelah berpikir beberapa detik lalu. Baru terpikirkan olehnya untuk minta jemput Kakaknya saja.

"Cewek yang kemarin" tanya Keenan.

"Iya." balas Karel pada Keenan.

"Yaudah diem dulu, mau gue telfon." lanjut Karel lagi.

"Loudspeaker Rel." suruh Arkan membuat Karel memutar bola matanya malas, walaupun begitu ia tetap menurutinya.

Karel pun mengotak atik ponselnya untuk menghubungi Ellen tidak lupa mengaktifkan pengeras suara seperti yang Arkan minta. Sampai panggilan ketiga gadis itu baru mengangkatnya.

"Halo Kak." sapa Karel saat sambungannya terhubung.

"Kenapa?" sahut Ellen dengan malas.

"Nanti pulang sekolah jemput gue ya." ucap Karel menjelaskan apa ia inginkan.

"Gak." balas Ellen singkat.

"Ayo dong Kak, sebentar doang." Karel masih berusaha membujuk Ellen. Lagipula hanya sebentar kenapa Kakaknya itu tidak mau. Apakah dia takut hitam. Pikir Karel.

"Lo berangkat sama siapa?" tanya Ellen membuat mata Karel berbinar. Dia berpikir sudah bahwa Ellen pasti mau menjemputnya.

"Sama Kak Lona." jawab Karel merasa senang.

"Yaudah minta jemput Lona aja." ucapan Ellen langsung membuat Karel menganga tidak percaya. Ini benar-benar tidak sesuai ekspetasinya.

"Tadi dia chat gue kalau beres kuliah ada pemotretan, jadi gak bisa jemput." jelas Karel, karena sebelumnya Lona memang sempat mengabarinya jika ia tidak bisa menjemput Karel.

"Males keluar." balas Ellen malas.

"Ayo dong Kak, bentar doang." berbagai cara Karel lakukan agar bisa membujuk gadis itu dan pada akhirnya membuat Ellen menghela nafas malas.

"Hmm." balas Ellen pasrah, walaupun di tolak berapa kali Karel pasti akan tetap memaksanya.

"Okey. Nanti jemput gue jam empat ya, soalnya mau latihan basket dulu."

"Hmm."

"Sayang Kak Ellen banya-" ucapan Karel terpotong karena Ellen memutuskan panggilannya begitu saja.

"Banyak-banyak" ucap Karel melanjutkan ucapannya sontak membuat teman-temannya tertawa karena orang di sebrang sana sudah memutuskan panggilannya sebelum Karel menyelesaikan ucapannya.

"Ketawa Lo pada!" teriak Karel seraya memelototkan matanya pada para sahabatnya.

"Kasian banget di cuekin." ejek Aksa.

"Ternyata Lo gak bohong kalau tuh cewek bener-bener cuek." ucap Arkan mengingat apa yang Karel katakan beberapa waktu lalu.

"Gak ada gunanya juga gue bohongin orang." jawab Karel kesal.

"Tapi suaranya merdu banget." kata Arkan mengingat bagaimana suara Ellen.

"Pala Lo merdu. Ketus gitu merdu darimana." balas Juna merasa heran pada pemikiran temannya ini.

"Mending Lo belajar sama gue deh, yang jelas-jelas ahlinya masalah cewek." dengan PD-nya Arkan malah menyombongkan diri.

"Iya ahli banget sampe seminggu bisa ganti lebih dari lima cewek." Sahut Andra malas.

"Jangan suka mainin hati orang." ucap Keenan mengingatkan.

"Kena karma baru tau rasa." tambah Bara.

"Tau tuh! Mending berhenti sebelum terlambat." Bian ikut ikutan menasehati Arkan.

"Gue bakal berhenti main-main kalau udah dapet yang cocok." balas Arkan tidak mau kalah.

"Jodoh cerminan diri sendiri." ucap Bara.

"Kelakuan Lo kaya gini, bisa jadi jodoh Lo juga. Bahkan bisa lebih parah." Celetuk Juna dengan wajah sok meyakinkan.

"Lo semua gitu banget sama gue." keluh Arkan.

"Makanya berubah." Ucap Bara kesal.

"Setelah ketemu orang yang cocok." Balas Arkan lagi yang masih tidak mau mengalah.

"Kelamaan goblok." Ucap Juna kesal seraya menoyor kepala Arkan.

"Udah biarin aja yang penting kita udah ngingetin." ucap Karel mencoba mengakhiri pembicaraan ini.

Semuanya pun melanjutkan makan dengan tenang karena sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi. Saat mereka akan kembali ke kelas tiba-tiba ada seorang gadis yang mendekati mereka, ahh lebih tepatnya mendekati Keenan.

"Ken, udah mau balik ke kelas ya?" tanya gadis itu pada Keenan.

"Hmm."

"Nanti pulang sekolah gue boleh pulang bareng Lo gak?" tanya gadis itu lagi.

"Gak bisa. Gue latihan basket pulang sekolah."

"Gapapa gue tungguin" balas gadis itu penuh harap.

"Ehh Mel, Ken itu gak mau pulang bareng Lo. Gitu aja masa gak ngerti." ucap Juna blak blakan.

"Udah jelas-jelas Keenan gak suka sama Lo tapi kenapa masih Lo kejar sih." tambah Aksa juga ikut menimpali.

"Apaan sih. Gue kan lagi ngomong sama ken bukan sama kalian." kesal gadis yang di ketahui bernama Melisa itu.

"Ehh pea kita cuma ngasih tau." ucap Arkan mulai kesal karena Melisa tetap ngeyel.

"Perasaan gak bisa di paksa." ucapan Bara sangat pedas tapi sama sekali tidak berlaku pada Melisa.

"Makanya sadar diri." ucap Karel ikut ikutan.

"Udahlah ayo ke kelas." putus Keenan. Percuma saja menjelaskan pada gadis itu.

Setelah itu Keenan dan yang lainnya langsung pergi meninggalkan Melisa begitu saja.

"Ken!" teriak Melisa kesal karena tidak pernah di pedulikan oleh Keenan.

"Udahlah Mel, bener kata Bara kalau perasaan gak bisa di paksa." ucap Rena, teman Melisa yang baru saja datang bersama dua temannya yang lain.

"Gak bisa! Pokoknya Keenan harus jadi milik gue gimanapun caranya." ucap Melisa tetap kekeuh.

"Harusnya kita tuh saling dukung. Lo juga gak mau berhenti ngejar-ngejar Bara kalau Lo lupa." ucap Jihan mengingatkan Rena.

"Bener tuh Ren. Lo juga gitu, emangnya Lo gak nyadar." lanjut Fara yang ikut ikutan memojokkan Rena.

"Udahlah ngapain malah kita yang ribut. Mending kita ke kelas aja." kata Nara berusaha menengahi agar mereka tidak bertengkar.

Kelima gadis itu juga termasuk golongan orang kaya. Apalagi Melisa, orang tua gadis itu terlibat kerja sama dengan orang tua Keenan. Membuatnya merasa jika hanya dia satu satunya gadis yang dekat dengan Keenan.

Beberapa kali juga gadis itu datang ke rumah keluarga Ivander, saat Ayahnya datang untuk membahas pekerjaan. Itu salah satu alasan Melisa agar bisa bertemu dengan Keenan dan terus berusaha mendekatinya. Seringkali Keenan sengaja keluar rumah saat Melisa datang karena sudah terlalu malas walau hanya berdekatan dengan gadis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!