14

Rissa mulai merasa cemas karena sekarang sudah jam 3 lebih tapi Ellen belum juga pulang. Sedangkan Indira juga sama tapi dia berusaha bersikap biasa saja.

"Ini udah hampir jam 4 sore loh Mbak, Ellen kok belum pulang juga." tanya Rissa cemas.

"Coba kamu telfonm" saran Indira.

"Aku lupa belum punya nomornya" ucap Rissa frustasi. Kenapa ia bisa lupa minta nomor Ellen.

"Karel pasti punya, coba telfon aja."

Rissa pun segera menelfon Karel. Rissa tau biasanya anaknya itu memang selalu pulang terlambat karena mampir dulu ke warung Mang Ucup atau main dulu kerumah salah satu temannya.

"Halo Rel, kamu dimana?"

Di satu sisi Karel saat ini masih berada di toko buku sepulang sekolah tadi. Karel yang sedang mengantri di kasir tiba-tiba ponselnya berdering.

Ternyata itu adalah Mami-nya, tumben sekali menelfon biasanya Karel tidak pulang pun di biarkan saja karena rumah bisa tenang jika tidak ada Karel atau Lona. Karel pun segera menjawab telpon dari sang Mami.

"Halo Mi, kenapa kok tumben banget nelfon Karel." tanya Karel saat sambungannya terhubung.

"Halo Rel, kamu dimana?"

"Karel lagi di toko buku sama Bian sama Andra juga, emang kenapa"

"Kak Ellen nggak ada di rumah Rel, tadi kata Bik Jum dia pergi keluar nggak pamit sama siapa-siapa." ucap Rissa membuat Karel kaget.

"Ini udah hampir 4 jam tapi kakak kamu belum pulang juga. Mami takut dia kenapa-napa." lanjut Rissa lagi. Karel yakin Mami-nya itu sedang menahan tangis.

"Karel pulang sekarang." rasa khawatir tiba-tiba menghampirinya.

"Lo berdua aja yang bayar gue balik duluan." pamit Karel pada Bian dan Andra.

"Kenapa Rel, ada masalah sama Mami?"

"Gaada, gue duluan ya."

Karel langsung pergi setelah berpamitan pada kedua temannya. Ia mengendarai motor sportnya dengan kecepatan tinggi seperti orang kesetanan.

Yang ada pikirannya saat ini hanya Ellen. Dimana kakaknya itu berada, apakah terjadi sesuatu padanya atau tidak. Karel benar-benar tidak bisa memikirkan hal lain saat ini.

Sesampainya di rumah Karel langsung berlari ke dalam dan segera menghampiri Rissa yang sedang mondar mandir di ruang tamu. Sedangkan Indira hanya diam saja.

Walaupun sudah menutupi kekhawatirannya ia tetap tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya, terlihat dari duduknya yang tidak nyaman dengan kali yang terus di gerakkan.

"Gimana Mi, kenapa kak Ellen bisa ilang?" tanya Karel yang baru saja sampai dengan nafas memburu.

"Mami juga gatau Rel, tadi kata Bik Jum, Ellen pergi naik taksi." ucap Rissa sudah menahan tangis.

"Mah gimana, Ellen udah ketemu?" tanya Lona yang baru saja sampai. Sebelumnya ia memang di kabari oleh Indira tentang masalah ini.

"Coba kamu telfon sekarang. Ini udah 4 jam lebih tapi Ellen belum pulang."

"Nggak aktif Mi nomornya." sudah Karel coba berkali-kali tapi nomor Ellen tetap tidak aktif.

"Mami telfon Papi kamu dulu buat cari Ellen." Rissa meraih ponselnya untuk menghubungi suaminya.

"Percuma, mereka kayaknya lagi meeting. Barusan aku coba telfon Mas David tapi nggak di angkat" ucap Indira memberitahu karena tadi ia juga mencoba untuk menghubungi David.

"Terus gimana dong Mbak, ini Ellen belum pulang juga." Rissa sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi ia benar-benar takut terjadi sesuatu pada Ellen.

"Kamu tenang dulu. Lagian dia kan baru balik ke Indonesia. Kita pikirin dulu baik-baik dimana tempat yang bakalan dia tuju." ucap Indira mencoba menenangkan.

Mereka pun sibuk dengan pikirannya masing-masing. Beberapa detik kemudian Rissa dan Indira saling tatap sepertinya mereka memikirkan hal sama.

"Makam Elena/ makam Mbak Elena" ucap Rissa dan Indira bersamaan.

"Ayo buruan kita cari kesana. Ayo Rel" ajak Rissa seraya menarik tangan Karel. Rasanya ia benar-benar tidak tenang sebelum menemukan Ellen.

"Mami sama Mama mending di rumah aja. Biar aku sama kak Lona yang pergi cari kak Ellen, lagian ini udah mau hujan kayaknya" cegah Karel menarik pelan tangan Mami-nya.

"Nggak. Pokoknya Mami mau ikut. Udah ayo berangkat sekarang" Rissa masih kekeuh ingin ikut mencari Ellen.

"Bener yang Karel bilang Riss, mending kita di rumah aja, nanti kalau Ellen tiba-tiba pulang kita kan nggak tau." jelas Indira membuat Rissa akhirnya mau mendengarkan untuk tetep berada di rumah.

"Yaudah buruan kalian cari sekarang. Mami nggak mau tau pokoknya harus ketemu."

"Kita berangkat dulu. Ayo kak." pamit Karel setelah itu ia langsung mengajak Lona pergi.

Karel dan Lona tiba di makam saat hujan deras. Tidak peduli jika akan basah karena kehujanan, mereka langsung berlari ke dalam untuk mencari keberadaan Ellen.

Mereka berdua mendadak berhenti melangkah saat melihat seorang gadis yang bersimpuh di depan sebuah makam dengan keadaan basah kuyup. Keduanya kembali melangkah untuk mendekati gadis itu.

"Ellen" panggil Lona tapi Ellen tidak mendengarnya.

"Kak" Ellen tidak menyahut lagi saat Karel memanggilnya.

"Kak, kenapa hujan hujanan" panggil Karel lagi seraya memegang pundak Ellen sampai membuat gadis itu terkejut.

"Lo gila ya! Gak lihat hujan kaya gini. Kenapa gak neduh!" bentak Lona dengan suara serak seperti menahan tangis.

"Kak udah." Karel memegang tangan Lona berharap bisa menghentikan gadis itu agar tidak memarahi Ellen.

"Apa Rel? Mau belain." tanya Lona menatap Karel. Setelah itu mengalihkan pandangannya kearah Ellen.

"Jangan karena selama ini kita pisah terus Lo bisa seenaknya aja." bentak Lona seraya menunjuk wajah Ellen.

"Kalau Lo emang mau main hujan bilang! Biar gue temenin, tapi gak gini caranya! Semua orang panik nyariin Lo tau gak!"

"Gue, Karel sama yang lain gak mau Lo kenapa-napa! Kita semua sayang sama Lo! Jadi bisa tolong hargain" lanjut Lona lagi. Dari tadi gadis itu sama sekali tidak menurunkan nada bicaranya pada Ellen.

"Maaf" hanya itu yang mampu Ellen ucapkan.

Apakah seperti ini rasanya di khawatirkan? Apakah seperti ini rasanya di marahi karena takut terjadi sesuatu pada kita?

Setelah sekian lama Ellen bisa merasakan hal ini lagi. Walaupun Kakek dan Neneknya sangat menyayangi gadis itu, tetap saja mereka tidak bisa memastikan keadaan Ellen dengan keseluruhan karena mereka tidak tinggal bersama.

Kini gadis itu bisa merasakan kasih sayang ini lagi walaupun dari saudaranya. Jujur saja ini sangat berharga bagi Ellen.

"Udah kak, lebih baik kita pulang sekarang. Badan kak Ellen udah dingin banget." ucap Karel menenangkan Lona. Apalagi melihat kondisi Ellen saat ini.

"Urus aja Kakak kesayangan Lo" setelah mengatakan itu Lona pergi meninggalkan mereka berdua.

"Udah gak usah di dengerin. Ayo pulang." Karel mencoba menenangkan Ellen setelah itu mengajaknya pergi dari sana.

Karel menuntun Ellen untuk memasuki mobil. Setelah keduanya duduk di kursi belakang, Lona langsung menjalankan mobilnya tanpa mengatakan apapun.

Menarik pelan tubuh Ellen agar bisa ia peluk. Ellen tidak menolak, ia membiarkan Karel memeluknya. Karel merasakan jika tubuh kakaknya sangat dingin membuatnya berpikir sudah berapa lama Ellen kehujanan sampai bisa seperti ini.

Lona melihat mereka dari kaca spion membuatnya menghela nafas kasar. Tidak seharusnya ia marah, tapi bagaimana lagi. Dia tidak bisa melihat orang-orang yang ia sayang merasa sakit. Lona kelepasan karena takut terjadi sesuatu pada Ellen apalagi sampai sakit karena terlalu lama kehujanan.

Mereka tiba di rumah. Setelah memarkirkan mobilnya Lona langsung turun tanpa mengucapkan apapun. Setelah itu di susul Ellen dan Karel yang kini berjalan masuk ke rumah.

"Lona Ellen dimana. Udah ketemu kan" tanya Rissa saat melihat Lona yang baru saja memasuki rumah.

Lona tidak berhenti ataupun menjawab. Ia langsung pergi begitu saja ke kamarnya. Membuat Rissa dan Indira merasa bingung. Mereka berdua mengalihkan pandangannya saat melihat Karel dan Ellen masuk. Membuat Rissa segera berlari menghampiri mereka.

"Kamu gak papa kan sayang. Kamu dari mana aja. kenapa gak bilang dulu kalau mau pergi" tanya Rissa bertubi-tubi.

"Maaf Mi"

"Terus kenapa kalian bisa kehujanan kaya gini" tanya Rissa heran. Bukankah mereka naik mobil.

"Gapapa Mi, tadi pas Kak Ellen udah ketemu kita jalan-jalan dulu sebentar, terus kehujanan" Karel berbohong agar mereka tidak merasa khawatir.

"Beneran. Gak bohong kan?" tanyanya lagi untuk memastikan. Membuat Ellen dan Karel menganggukkan kepalanya.

"Terus kak Lona kenapa?" tanya Indira merasa aneh dengan perubahan sikap putrinya.

"Kecapekan kali Mah, udah gak usah dipikirin." Karel sampai harus berbohong lagi untuk menjawab pertanyaan mereka.

"Yaudah kalian mandi dulu terus ganti baju. Takutnya nanti demam." Suruh Rissa karena sudah tidak tega melihat keduanya kedinginan.

"Iya Mi" jawab Karel mewakili Ellen. Keduanya pergi ke kamarnya masing-masing untuk segera membersihkan diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!