3

Semua orang menjalankan hari-harinya seperti biasa. Ada Grayson, ayah Ellen yang sibuk dengan pekerjaannya. Setelah perdebatan beberapa hari yang lalu, Grayson semakin sibuk dan jarang pulang ke rumah. Walaupun dia pulang, akan sangat larut saat semua orang sudah tidur.

Ada juga Ellen, yang sibuk dengan urusannya. Beberapa kali gadis itu pernah tidak pulang ke rumah ,entah kemana perginya.

Bukankah percuma jika ia berada di rumah besar ini tapi hampir tidak pernah bertemu dengan Ayahnya sendiri.

Banyak yang berubah dari Ellen Dari dulu Ellen memang orang yang pendiam tapi sekarang ia berubah menjadi orang yang lebih dingin dan hanya bicara seperlunya saja.

Ellen baru saja masuk ke rumah. Gadis itu keluar sejak kemarin dan baru pulang siang ini. Ternyata sudah ada Grayson yang sedang duduk di ruang tamu, sepertinya memang sengaja menunggu kedatangan Ellen.

Tidak menyadari keberadaan sang Ayah, Ellen tetap melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kamar, tapi belum sampai menaiki tangga, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.

"Eleanor" panggil Grayson seperti biasa, dengan nada yang terkesan dingin.

Ellen berhenti dan membalikkan badannya kearah sang Ayah. Tidak mengatakan apapun menunggu Grayson melanjutkan ucapannya.

"Hari ini kamu akan pindah. Jam 8 malam nanti waktu penerbangan mu. Segeralah bersiap-siap." Lanjut Grayson terkesan tidak peduli.

"Ya" hanya itu yang mampu Ellen ucapkan. Setelahnya gadis itu kembali berjalan ke kamarnya.

Setelah menutup pintu kamar badannya merosot begitu saja.

"Mom, apakah yang Ellen lakukan sudah benar" ucap Ellen sembari menatap langit-langit kamar.

Perlahan air matanya ikut mengalir tapi ia segera mengusapnya karena teringat saat Ayahnya membentaknya beberapa hari yang lalu.

Gadis itu terus berpikir apakah yang ia lakukan benar atau salah. Di satu sisi ia ingin tetap bersama Ayahnya tapi di sisi lain semakin kesini keberadaannya semakin tidak terlihat oleh sang Ayah.

Ketukan pintu dari luar membuat Ellen segera berdiri dan membukakan pintu. Ternyata itu adalah Lucy.

"Apakah Nona Ellen benar-benar akan pindah" tanya Lucy setelah masuk ke kamar Ellen.

"Iya. Lagipula ada atau tidak adanya Ellen sama saja bagi Dad" jawab Ellen dengan senyum tipisnya.

Menghela nafas panjang seraya mengusap kepala Ellen. Dia tidak menyangka hidup Ellen akan seperti ini akhirnya.

"Bibi akan ikut kemanapun Nona Ellen pergi" jawab Bibi Lu penuh keyakinan.

"Tidak perlu, Bibi Lu tetap disini. Jika Bibi Lu ikut bersama Ellen, lalu siapa yang akan menjaga Dad" tanya Ellen khawatir.

Belum sempat Lucy bicara lagi, Ellen lebih dulu menyelanya.

"Ellen bisa jaga diri baik-baik, tidak perlu khawatir. Apakah Bibi Lu lupa siapa Ellen." Tanya Ellen menaik turunkan alisnya.

Baiklah jika sudah begini Lucy hanya bisa pasrah saja.

Ingatkah kalian jika gadis itu pernah menang lomba taekwondo? Bahkan masih banyak lagi lomba dan olimpiade yang pernah ia menangkan. Sayangnya semua itu tidak cukup membuat Ayahnya mau melihat kearahnya lagi.

"Tetap jaga diri baik-baik selalu hubungi Bibi dan jangan sampai sakit. Mengerti?" ucapnya memperingati Ellen yang di balas anggukkan dan senyum manis dari Ellen.

"Kapan Nona Ellen berangkat?" tanya Lucy seraya merapikan rambut Ellen.

"Nanti jam 8."

"Baiklah ayo Bibi bantu mengemas barang-barang tuan putri ini" kata Bibi Lu yang hanya di balas anggukkan dari Ellen.

Keduanya sibuk mengemasi baju dan barang-barang yang akan Ellen bawa dan akan memasukkannya ke dalam koper.

"Sebentar, biar Bibi ambilkan koper lagi." ucap Lucy memecah keheningan dari beberapa menit yang lalu.

"Tidak perlu Bibi Lu. Cukup satu koper saja."

"Pasti tidak akan muat. Lihat saja semua baju ini." Ucap Lucy seraya menunjuk baju di atas tempat tidur Ellen.

"Aku hanya akan membawa seperlunya saja. Kenapa Bibi mengeluarkan semuanya." Balas Ellen seraya menggelengkan kepalanya.

"Semua baju yang Bibi keluarkan masih baru. Jadi Bibi pikir Nona Ellen akan membawa semuanya." ucap Lucy dengan polosnya membuat Ellen kembali menggelengkan kepalanya.

"Bahkan koper ini saja tidak akan muat menampung semua baju ini." balas Ellen seraya menunjuk baju-baju yang Lucy keluarkan.

"Biar aku saja yang memasukkannya kedalam koper." putus Ellen karena waktunya tidak banyak lagi.

Ellen memasukkan barang apa saja yang akan ia bawa. Beberapa pasang sepatu dan tas juga yang lainnya. Untuk baju ia hanya membawa semuat kopernya saja.

Setelah kurang lebih satu jam selesai mengemasi semua barangnya dan Lucy juga sudah pergi dari kamar Ellen beberapa menit yang lalu.

Kini gadis itu juga sudah selesai bersiap siap untuk segera pergi ke Bandara. Semuanya cukup terburu-buru karena jarak rumah ke Bandara lumayan jauh.

Keluar dari kamar tidak lupa menutupnya kembali. Kini Ellen memandangi semua yang ada di rumah ini. Mulai dari kamar sampai lantai bawah, hingga tibalah ia di ruang tamu. Di sana sudah ada Grayson dan juga Lucy yang sedang menunggu Ellen.

Menghela nafas panjang, Kini Ellen mendekati Grayson tidak lupa memasang senyum manisnya.

"Dad, Ellen pergi dulu. Terimakasih untuk semuanya. Jangan lupa tetap jaga kesehatan, jangan terlalu sibuk Bekerja, jangan pulang larut malam, makan dengan teratur, tidur tepat waktu dan tolong jangan sakit." Ucap Ellen panjang lebar dengan suara lirihnya.

Perlahan berjalan mendekat ingin memeluk Ayahnya, namun baru selangkah Ellen maju Grayson malah berjalan mundur seolah tidak mau memeluk Ellen. Matanya sudah berkaca-kaca, kini Ellen beralih mendekati Bibi Lu.

"Ellen pergi dulu ya" ucap Ellen berusaha tetap tersenyum.

"Biarkan Bibi ikut. Bibi tidak akan bisa tenang jika tidak berada di dekat Nona Ellen" kata Lucy yang sudah berlinangan air mata.

"Tetap disini, Ellen titip Dad" balas Ellen seraya memeluk Lucy dengan erat.

Melepas pelukannya kini Ellen beralih menghapus air mata Lucy. "Ellen pergi sekarang ya, nanti bisa ketinggalan pesawat."

Lucy tidak berhenti menagis, Bagaimanapun Dia yang merawat Ellen dari kecil. Rasanya sangat tidak rela jika harus membiarkan Ellen pergi darinya.

Mundur beberapa langkah, kini Ellen menatap Grayson dan Lucy bergantian.

"Ellen pergi dulu, jaga diri kalian baik-baik dan sampai bertemu kembali." Pamit Ellen dengan melambaikan tangannya yang hanya di balas oleh Lucy.

Setelah itu ia keluar dari rumah tanpa menoleh lagi ke belakang. Walaupun ingin rasanya melihat ke belakang karena teriakan Lucy yang memohon agar Ellen tidak pergi, tapi Ellen tetap melanjutkan langkahnya. Jika berbalik bisa saja ia berubah pikiran karena tidak tega dengan tangisan Lucy.

Setelah keluar dari rumah Ellen langsung masuk ke mobil dan membiarkan Supir memasukkan kopernya. Selama perjalanan ke Bandara Ellen hanya diam menatap jalanan dengan tatapan kosong. rasanya sangat lelah dan menyesakkan.

Sesampainya di Bandara Ellen segera mengurus berbagai keperluan untuk Penerbangannya. Setelah menunggu setengah jam lebih kini Pesawat yang di tumpangi Ellen telah lepas landas menuju Indonesia.

"Selamat tinggal Los Angeles" batin Ellen dalam hati seraya memejamkan matanya.

Selama di pesawat Ellen hanya memejamkan mata. Semuanya bercampur aduk, Ada rasa sesak tapi juga ada rasa lega. Mungkin Ellen pikir, sekarang ia akan lebih dekat dengan Ibunya, karena dulu Mommy nya memang di makamkan di Indonesia.

Terpopuler

Comments

Yusuo Yusup

Yusuo Yusup

Aduh, terharu banget!

2024-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!