16

Sama halnya di kediaman Dirgantara. Saat ini mereka juga sedang makan malam bersama. Entah kenapa sekarang keadaannya menjadi sepi, tidak ramai seperti biasanya. Dari tadi hanya suara dentingan sendok yang terdengar.

"Papa udah dapet Apartemen yang cocok buat kamu." Setelah kesunyian beberapa waktu lalu akhirnya David membuka suara lebih dulu.

"Really" tanya Ellen dengan mata berbinar.

"Hmm. Cuma Greenway Apartments yang paling bagus di daerah itu. Walaupun cuma 50 lantai tapi keamanannya terjamin."

"Unit apartemen kamu ada di lantai 10. Sengaja pilih yang luas, tapi sekarang masih di renovasi. Biar Mami kamu juga gak ngomel mulu." Sahut Dion seraya melirik kearah Rissa.

"Ya jelas dong. Aku kan gak mau Ellen ngerasa gak nyaman." Balas Rissa tidak mau kalah.

"I'm fine, Mam. I can share space with other people." Ucap Ellen. Membuat Rissa mengerutkan keningnya tidak suka.

"Yes or No?" Tanya Rissa tegas membuat Ellen menghela nafas pasrah.

"Okey" balas Ellen. Tidak masalah yang penting ia bisa tinggal sendiri.

"Ini lagi ngomongin apaan sih?" Tanya Karel yang tidak mengerti apa yang sedang mereka bahas.

"Kakak kamu tuh mau tinggal sendiri." Ujar Dion memberitahu seraya menunjuk Ellen dengan dagunya.

"Beneran kak." Tanya Karel pada Ellen. Membuat gadis itu mengangguk membenarkan.

"Why?" Tanya Lona yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka.

"Only want." Balas Ellen jujur. Ia memang hanya ingin merasakan bagaimana rasanya tinggal sendiri.

"Kenapa di bolehin sih." Ucap Lona sedikit keras. Ia merasa tidak suka dengan mereka yang mengijinkan Ellen tinggal sendiri.

"Nanti dia bakal pergi kalau gak di bolehin." Sahut Indira membuat Lona langsung mengalihkan pandangannya kearah Ellen.

"You are really childish." Ucap Lona tidak suka.

"Why? don't you also have an apartment?" Tanya Ellen tidak mau kalah.

"Oh jadi karena ini Lo mau tinggal sendiri." Tuduh Lona dengan suara agak meninggi.

"No. This is my own wish." Balas Ellen sedikit tidak suka.

"Gue cuma pengen tinggal sendiri Na. Emang salah ya?" Lanjut Ellen bertanya pada Lona.

"Dan gue cuma pengen kita bisa kumpul lagi Len. Emang susah banget ya buat Lo." Ucap Lona berdiri dari duduknya seraya menunjuk wajah Ellen saat bicara.

"Lo pikir gue mau kaya gini?" Tanya Ellen balik setelah bangkit dari duduknya.

"Enggak Na!" Ucap Ellen dengan suara meninggi. Setelah menyelesaikan ucapannya ia langsung pergi meninggalkan meja makan seraya menabrak pundak Lona dengan cukup keras.

"Lona udah. Kenapa malah jadi berantem gini sih." David mencoba menenangkan anaknya.

"Lona cuma mau kita sama-sama lagi Pa." Jelas Lona jujur. Memang benar apa yang ia katakan. Ia hanya ingin bersama lagi seperti dulu.

"Udah Kak. Lo gak tau gimana kak Ellen selama ini. Dia masih butuh waktu buat adaptasi." Karel merasa sedikit kesal karena sikap Lona yang mudah emosi.

"Kalau emang gue gak tau ya kasih tau biar gue ngerti." Jawab Lona yang masih tidak mau mengalah.

"Dia selama ini tuh cuma sendiri. Jadi kalau Lo mau deketin dia harus pelan-pelan biar dia bisa terbiasa." Suara Karel juga sedikit meninggi karena ikut emosi.

"Lo tuh beruntung Kak, karena kita berdua selama ini selalu bareng-bareng sedangkan Kak Ellen cuma sendiri. Dia aja gak bisa ngerti apa yang dia rasain. Sedangkan Lo minta di ngerti apa yang Lo mau." Karel menjeda ucapannya seraya menatap Lona dengan kecewa.

"Dia ngerasa seneng atau sedih pun gak bisa ngungkapin dengan bener. Dan Lo mau tau kenapa? Karena hatinya udah kaya mati rasa. Gue yang jemput dia di Bandara, gue yang tau gimana keadaan dia pertama kali. Bisa Lo banyangin setelah bertahun-tahun Lo gak pernah lihat orang yang Lo sayang, terus pas Lo lihat dia lagi, tapi dia cuma diam dengan tatapan kosong dan gue jadi orang yang ngerasa paling gak guna karena gak bisa nepatin janji gue ke Mommy Elena buat jagain kak Ellen." Lanjut Karel seraya menggelengkan kepalanya pelan karena merasa kecewa pada dirinya sendiri.

"R-rel." Lidah Lona terasa kelu sampai tidak bisa bicara.

"Dia ngeluh sakit aja masih bisa ketawa Kak. Dia ngeluh capek tapi tetep gak mau berhenti buat istirahat dan gue gak bisa ngelakuin apapun pas dia ngeluh ke gue." Ucap Karel lagi. Bahkan saat bicara tentang Ellen, ia tidak bisa menahan air matanya.

"Gue sayang banget sama kak Ellen. Jadi tolong, siapapun jangan buat kak Ellen pergi lagi dari Karel." Lanjut Karel seraya menatap kearah mereka semua. Setelah itu ia langsung pergi dari meja makan.

"Mah, aku gak maksud buat Ellen kaya gitu." Sesal Lona dengan air matanya yang sudah mengalir sejak Karel menjelaskan tadi.

"Gapapa Na, kami ngerti kamu cuma pengen lebih dekat lagi sama adik-adik kamu, tapi bener kata Karel. Semuanya harus pelan-pelan." Ucap David. Meskipun ia merasa kecewa dengan sikap putrinya tapi niat Lona sebenarnya baik.

"Kamu kan tau dari kecil Ellen emang cuek banget anaknya, kalau mau sesuatu dia pasti susah banget buat ngungkapin. Udah gausah di pikirin lagi ya." Ujar Rissa mencoba memenangkan.

"Sekarang biarin Ellen sendiri dulu, kalau udah tenang kamu minta maaf sama adik kamu itu. Udah jangan sedih lagi." Lanjut Dion ikut menghibur Lona. Agar gadis itu tidak semakin merasa bersalah.

"Tidur gih udah malem." Suruh sang Mama yang langsung di turuti Lona.

" Hmm. Lona ke kamar dulu." Lona pergi ke kamarnya setelah mendapatkan anggukkan dari mereka.

Sesampainya di depan kamarnya, Lona melihat Karel yang sedang berdiri di depan kamar Ellen. Berulang kali mengetuk pintu dan terus berusaha memanggil nama gadis itu.

Lona memutuskan untuk masuk ke kamarnya, biarkan Karel saja yang membujuk Ellen. Lona pikir karena mungkin Ellen masih belum mau bertemu dengannya.

Karel terus mengetuk pintu kamar Ellen sampai gadis itu membuka pintu kamarnya.

"Kenapa" tanya Ellen kesal. Bagaimana tidak kesal, Karel sepertinya memang sengaja mengetuk pintu kamarnya seperti memukul kendang.

"Are you okey?" Lihatlah anak ini, bagaimana bisa dia bertanya tanpa merasa bersalah.

"Hmm"

"Gue tidur sama Lo ya" ucap Karel mencoba masuk ke kamar Ellen.

"Gak. Udah sana gue mau tidur" balas Ellen seraya mendorong Karel agar tidak masuk ke kamarnya.

"Tapi Lo beneran gapapa kan"

"Iyaa" jawab Ellen masih berusaha sabar.

"Beneran" memang bocah ini suka sekali mengganggu.

"Kiri atau kanan" tanya Ellen sudah mulai kesal seraya melipat lengan bajunya.

"Kaborrr" teriak Karel heboh dan berlari sekuat tenaga untuk menghindari Ellen.

"Bocah setan" teriak Ellen kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!