17

Pagi ini saat Ellen baru saja akan turun untuk sarapan. Setelah membuka pintu kamarnya ia terkejut karena melihat Lona yang juga baru akan keluar dari kamarnya. Ellen memilih diam saja, bukan karena dia masih marah pada Lona tapi memang karena sifatnya pendiam seperti itu.

"Len." panggil Lona saat Ellen melewatinya.

"Hmm." jawab Ellen seletah membalikkan badan kearah Lona.

"Maaf buat yang semalem. Gue bener-bener gak bermaksud kaya gitu." Ellen bisa melihat jika Lona benar-benar mesara menyesal.

"Gapapa. Gue juga minta maaf udah kelewatan." balas Ellen dengan senyum tipisnya.

"Gak. Lo ga salah. Bener kata Karel, harusnya gue lebih ngerti gimana Lo, bukannya malah marah-marah kaya gitu." Lona yang terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri membuat Ellen memutar bola matanya malas.

"Kalau masih Lo bahas gak gue maafin." ancam Ellen agar Lona tidak lagi mengulang kata maaf padanya.

"Yaudah sekali lagi gue minta maaf ya little Princess." ucap Lona seraya mencubit pipi Ellen. Membuat gadis itu melotot kesal.

"Geli banget." ucap Ellen bergidik ngeri.

"Terserah gue lah. Atau Lo mau gue panggil Dugong aja sama kaya Karel?"

"Bodoamat Nenek sihir." dengus Ellen. Setelah itu mulai berjalan kearah meja makan.

"Heh sembarangan. Cantik gini di bilang Nenek sihir." balas Lona setelah berjalan di samping gadis itu.

"Diem deh Kak. Buruan turun, telat tau rasa Lo." Ellen benar-benar sangat malah untuk banyak bicara, tapi orang-orang secara tidak langsung selalu memaksanya banyak bicara.

"Iya-iya. Lo mulai sekolah kapan?" tanya Lona penasaran.

"Semau gue aja." balas Ellen santai.

"Idih semau Lo. Entar ketinggalan pelajaran yang ada." ucap Lona seraya memutar bola matanya malas.

"Udah pinter jadi ga masalah." ucap Ellen seraya menaikan sebelah alisnya menatap Lona.

"Iyain yang paling pinter." dengus Lona kesal, tapi yang di katakan Ellen memang benar adanya.

Karena terlalu larut dalam pembicaraan membuat mereka berdua tidak sadar jika sudah sampai di meja makan.

"Udah baikan nih ceritanya?" tanya David seletah mereka berdua datang bersama.

"Iya soalnya gak kuat marahan lama-lama" balas Lona.

"Lo aja yang marah. Gue sih enggak." sahut Ellen.

"Yee baru juga balikan udah ngajak ribut lagi Lo." kesal Lona seraya menatap Ellen.

"Udah udah cepetan sarapan nanti telat baru tau rasa" ucap Rissa menengahi agar mereka tidak bertengkar lagi.

Semuanya makan dengan tenang hanya suara dentingan sendok dan piring yang terdengar. Satu persatu menyelesaikan acara makannya dan mulai melakukan kegiatannya masing-masing.

Dion dan David segera pergi ke kantor duluan. Indira juga bersiap siap akan keluar bersama teman temannya. Kini hanya tinggal Rissa dan mereka bertiga. Dari tadi Karel sama sekali tidak mengeluarkan suara bahkan bicara pada Ellen pun tidak.

"Gue berangkat bareng Lo. Gue tunggu di depan." ucap Karel melirik kearah Lona. Tanpa menunggu jawaban dari Kakaknya, Karel langsung keluar begitu saja.

"Tumben banget ngajakin berangkat bareng." Lona merasa heran karena Karel memang selalu berangkat sendiri.

"Mau baikan kali sama kamu. Masa iya kamu sama Ellen udah baikan tapi sama dia belum." jelas Rissa karena sangat tau bagaimana sifat anaknya itu.

"Yaudah Lona berangkat dulu. Bye Mami bye little Princess." pamit Lona pada Rissa dan Ellen tidak lupa mengecup pipi mereka bergantian.

"Loh udah di ganti nama panggilannya?" tanya Rissa penasaran.

"Ellen juga gatau." balas Ellen karena Lona sudah pergi.

"Mami gak ke kantor?" lanjut Ellen bertanya pada Rissa.

"Mami ke kantor kalau ada meeting aja. Yaudah Mami mau beresin ini dulu."

"Ellen bantuin." ucap Ellen langsung bangkit dari duduknya.

"Thank you little princess." balas Rissa seraya menoel hidung Ellen.

"Kok Mami ikut ikutan sih." dengus Ellen kesal dengan bibir yang mengerucut.

"Suka suka Mami dong." jawab Rissa dengan nada sinis yang di buat-buat membuat Ellen terkekeh.

"Riss, Mbak mau keluar dulu ya. Udah ada janji sama teman-teman Mbak." pamit Indira yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Iya Mbak, hati-hati." balas Rissa membuat Indira mengangguk. Setelah itu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Mami gamau jalan-jalan juga?" Tanya Ellen penasaran. Sepertinya Rissa memang jarang sekali keluar rumah.

"Gak ah. Mami di rumah aja mau cerita cerita sama kamu." balas Rissa membuat Ellen mengangguk mengerti.

"Tapi Ellen mau mandi dulu."

"Yaudah Mami tunggu di halaman belakang ya."

"Okey."

......................

Sedangkan di dalam mobil Lona saat ini hanya ada keheningan. Bahkan sebentar lagi sampai di sekolah Karel, tapi masih belum ada yang bersuara.

"Lo gak turun. Udah sampe." ucap Lona saat mobilnya sudah berhenti di depan sekolah Karel.

"Maaf buat semalem. Gue udah kelewatan banget sama Lo." ucap Karel menyesal.

"Gapapa gue ngerti kok. Gue juga mau bilang makasih karena udah nyadarin kalau gue salah." jawab Lona tersenyum manis.

"Tetep aja gue udah kelewatan pasti Lo sakit hati kan sama gue."

"Awalnya sih iya tapi setelah gue pikir-pikir lagi gue emang pantes di gituin."

"Gue bener-bener ga bisa kalau udah nyangkut kalian berdua. Kak Ale yang bukan siapa-siapa aja gue sayang banget apalagi kalian." jelas Karel jujur membuat Lona tersenyum haru.

"Terharu gue. Eh iya udah lama ga ketemu sama Ale, gimana dia."

"Baik. Dia satu sekolah lagi sama gue."

"Kapan-kapan ajak main kerumah, kangen gue sama tuh anak."

"Kapan-kapan aja deh." balas Karel membuat Lona mengangguk.

"Temen-temen Lo nungguin tuh. Udah sana keluar." ucap Lona saat melihat teman-teman adiknya sudah menunggu.

"Yaudah gue sekolah dulu." ucap Karel setelah itu keluar dari mobil dan menghampiri teman-temannya.

"Belajar yang bener." ucap Lona setelah membuka kaca mobilnya.

"Ehh kak Ona. Lama ga ketemu makin cantik aja." sapa Arkan menggoda Lona.

"Sorry ga punya uang receh." ucapan Lona sontak membuat mereka semua tertawa.

"Jahat banget sih." kata Arkan dengan wajah sedih yang di buat-buat.

"Belajar sana yang bener. Dasar Playboy cap badak."

"Gue duluan ya. Bye adik-adik setan." pamit Lona segera menancap gas untuk pergi ke kampusnya.

"Ganteng-ganteng gini di katain setan." ucap Arkan mendengus.

"Udah buruan masuk." suruh Keenan pada teman-temannya seraya berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Eh bocah tumben Lo di anterin?" tanya Juna pada Karel.

"Habis berantem."

"Terus apa hubungannya." tanya Juna bingung.

"Emang dasar otak cetek. Berangkat bareng sekalian minta maaf."

"Gitu aja gak tau." ucap Aksa ikut memojokkan Juna.

"Iya tuh huuu." ucap Arkan, Bian dan Andra bersamaan, mereka juga ikut-ikutan mengejek Juna.

"Bacot Lo pada." umpat Keenan kesal

"Ampun pak boss." ucap mereka semua kecuali Bara.

Mereka semua berjalan masuk ke dalam sekolah setelah itu berpisah di lorong untuk pergi ke kelasnya masing-masing dan akan berkumpul kembali di kantin saat jam istirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!