12

Setelah menempuh perjalanan 30 menit lebih, Ellen sampai ke tempat tujuannya saat matahari tepat di atas kepala, mungkin sekitar jam 12 lebih. Gadis itu pergi ke makam Ibu dan Kakeknya. Bagas Dirgantara, kakeknya meninggal setelah setahun kepergian putrinya, yaitu Elena. Mommy Ellen. Sedangkan Neneknya sudah lama meninggal saat Mommy Ellen masih berada di bangku SMA.

Terakhir kali Ellen mengunjungi tempat ini saat usianya 11 tahun dimana saat itu ia baru saja duduk di bangku SMP. Walau sudah beberapa tahun yang lalu, ia masih mengingat dimana letak Mommy dan Kakek Neneknya di makamkan.

Gadis itu sampai di makam Mommy-nya yang bersebelahan dengan Kakek dan juga Neneknya. Tangannya memeluk sebuket bunga Daisy kesukaan sang Mommy yang sengaja ia beli sebelum datang kesini.

Ellen bersimpuh di depan makam Ibunya dan meletakkan buket bunga yang ia bawa.

"Hai Mom, apa kabar. Maaf ya, Ellen baru bisa kesini" sapa Ellen tersenyum manis. Tangannya mengusap Nisan ibunya.

"Mom pasti bahagia, kan disana ada Kakek sama Nenek yang nemenin Mom. Mom pasti udah tau gimana keadaan Ellen tanpa Ellen kasih tau. Percuma kalau Ellen ngadu juga Mom tetap ga bakal bisa peluk Ellen lagi kaya dulu"

"Kalau Ellen ngerasa capek boleh kan Mom. Ellen sebenarnya udah nggak kuat, rasanya pengen ikut Mom aja, tapi setiap kali Ellen hampir bisa ikut sama Mom, Mom pasti lempar Ellen ke dunia ini lagi. Pasti Mom yang minta sama Tuhan kan, biar Ellen tetap hidup. Jahat banget sih kan Ellen cuma mau ikut" ucap Ellen dengan kekehan.

Terlihat jelas rasa sakit yang gadis itu rasakan. Entah bagaimana bisa pundak kecil itu menopang beban seberat ini.

"Udah ah Ellen males capek-capek cerita sama Mom. Mom kan bisa lihat Ellen dari atas sana. Pasti udah tau gimana keadaan Ellen tanpa Ellen kasih tau" bagaimana bisa gadis itu tidak menangis padahal air matanya sudah penuh di pelupuk mata.

"Walaupun Ellen nggak ngomong, Ellen bakal nemenin Mom disini sampai Ellen capek" pundak kecil itu bergetar, meskipun begitu ia tetap tidak menangis.

"Ellen sayang Mom. Sayang Kakek. Sayang Nenek juga" setelah mengatakan itu Ellen hanya diam di depan makam ibunya.

Bahkan dia tidak memperdulikan panas yang ia rasakan karena matahari tepat berada di atas kepala saat siang hari.

......................

Setelah menyelesaikan meeting, Rissa langsung pulang ke rumah. Beruntung karena hari ini hanya ada satu jadwal meeting jadi ia bisa pulang lebih awal dan bisa menghabiskan waktu bersama Ellen.

Rissa sampai di rumah jam setengah 2 siang. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi ia segera masuk ke dalam. Rissa memang lebih suka mengendarai mobil sendiri daripada harus di antar oleh supir.

Saat masuk kedalam rumah ia langsung pergi ke kamar Ellen tapi tidak menemukan siapapun di sana. Bergegas keluar dan mencari di setiap sudut rumah tetap tidak menemukan keberadaan Ellen.

"Mbak Yuli lihat Ellen gak?" tanya Rissa pada salah satu pembantu di rumah ini.

"Nggak Nyonya, dari tadi Non Ellen emang nggak kelihatan. Saya pikir ada di kamar" jelas Yuli karena memang sejak tadi ia tidak melihat Ellen.

"Saya udah cari di mana-mana tapi nggak ada. Tolong semuanya suruh kesini Mbak, siapa tau ada yang lihat" ucap Rissa agar Mbak Yuli memanggil semua pekerja di rumah ini.

Mbak Yuli pun pergi ke belakang untuk memanggil semua pekerja di rumah ini.

"Kalian semua ada yang lihat Ellen?" tanya Rissa saat mereka semua datang.

"Tidak Nyonya" jawab mereka bersamaan"

"Ini kenapa Riss, kok rame-rame" tanya Indira yang baru saja keluar dari kamar.

"Mbak lihat Ellen nggak?"

"Bukannya di kamar"

"Nggak ada Mbak, udah aku cari bahkan setiap sudut rumah ini tetep ga ketemu"

"Maaf Nyonya, tadi saya lihat Non Ellen pergi keluar" ucap Bik Jum yang baru saja tiba dari halaman belakang.

"Tapi dia bilang ga mau pergi kemana?"

"Tidak Nyonya. Tadi mau bibik bilangin biar perginya bawa mobil aja tapi gak keburu soalnya Non gak denger waktu bibik panggil. Terus pas bibik sampe pintu Non Ellen udah pergi naik taksi"

"Dia nggak ijin sama Mbak" tanya Rissa pada Indira.

"Nggak tuh dari tadi aku ada di kamar ga ada yang nyamperin"

"Udah lama belum Bik perginya?" tanya Rissa setelah mengalihkan pandangannya kearah Bik Jum.

"Kayaknya udah satu jam lebih deh Nyonya" jelas Bik Jum membuat Rissa khawatir.

"Pergi ke rumah temennya kali" ucap Indira mencoba berpikir positif.

"Yang bener aja dong Mbak, Ellen kan baru pindah masa iya udah punya temen"

"Siapa tau aja kan. Lagian baru sebentar perginya, udah tungguin aja"

"Yaudah kalian balik kerja aja" suruh Rissa pada para pekerja rumah. Ia berharap semoga Ellen baik-baik saja dan akan segera pulang.

"Baik Nyonya"

......................

Terlihat para siswa dan siswi mulai berhamburan karena sudah jam pulang sekolah. Begitu juga Keenan dan teman-temannya.

"Kalian semua pada langsung pulang" tanya Arkan pada yang lainnya.

"Gue duluan" pamit Keenan pada yang lainnya lalu pergi begitu saja dengan motor sportnya dan setelahnya di susul oleh Bara.

"Gaada basa basinya sama sekali temen Lo, main pergi gitu aja" ucap Juna seraya melirik kearah Aksa.

"Temen Lo juga dodol" balas Aksa sinis.

"Ohh iya lupa" ucap Juna seraya menepuk jidatnya.

"Ga heran kenapa kalian bisa temenan. Soalnya sama-sama dodol" kata Andra dengan santai.

"Kurang ajar ni bocah gaada sopan sopannya sama orang tua" kesal Juna seraya memelototkan matanya pada Andra.

"Kalian bertiga juga mau langsung balik" Arkan bertanya pada Karel, Bian dan Andra.

"Kita mau cari buku bentar habis itu gue langsung pulang. Nggak tau kalau mereka berdua" Karel menjelaskan pada Arkan seraya melirik pada kedua temannya.

"Tumbenan bener Lo langsung pulang" Arkan merasa heran karena biasanya Karel tidak langsung pulang.

"Iya, biasanya juga mampir dulu ke tempat biasa" tambah Juna.

"Kepo Lo" balas Karel sewot.

"Berangkat sekarang aja nanti kesorean. Ayo" ajak Bian seraya menarik tangan Karel agar tidak terjadi perang antara Karel dan Juna.

"Kita duluan ya bang. Nanti gue balik lagi ke tempat biasa" pamit Andra pada mereka bertiga.

"Oke"

Mereka berpisah. Karel, Bian dan Andra pergi ke toko buku, sedangkan Arkan, Aksa dan Juna pergi ke tempat biasa. Yaitu warung Mang Ucup. bahkan warung Mang Ucup sudah mereka cap sebagai markas.

Sebelum kedatangan Ellen, Karel setiap hari memang selalu mampir ke markas, tapi karena ia sudah janji akan mengajak Ellen jalan-jalan, jadi ia ingin langsung pulang. Semuanya tidak berjalan mulus seperti yang Karel pikirkan karena ia harus membeli buku terlebih dahulu.

......................

Keenan yang baru saja sampai rumah sudah di beri tatapan sinis oleh tantenya yang memang sejak tadi ada di ruang keluarga.

"Puas kamu bisa jadi pewaris perusahaan utama. Memang apa sih yang bisa di banggain dari kamu? Emang sih pinter, tapi Rey lebih dari segalanya di bandingkan kamu"

Reynand Azfer Ivander. Cucu pertama keluarga Ivander. Kakak sepupu Keenan. Berbanding terbalik dengan sang ibu, Rey tidak gila harta ataupun kekuasaan sama seperti Ayahnya.

Ia justru sangat menyayangi Keenan. Memang pada awalnya perusahaan utama akan di wariskan padanya, tapi Rey sendiri yang meminta sang Kakek untuk mengalihkannya pada Keenan.

Tentu saja semua orang terkejut dengan permintaan Rey. Bukan tidak setuju jika Keenan yang mengambil alih perusahaan utama. Kakeknya pun tau pada dasarnya kedua cucunya sangat cerdas bisa di andalkan.

Hanya saja Keenan memang masih terlihat main-main karena itu Tantenya tidak terima. Jika Keenan mau belajar ia pasti bisa lebih baik daripada Rey, sama seperti Ayahnya. Bahkan perusahaan yang di pegang Ayah Keenan jauh lebih maju di bandingkan dengan perusahaan yang di kelola Ayah Rey.

"Pasti kamu kan yang minta sama kakek kamu biar jadiin kamu pewaris" tuduh Dita seraya menunjuk Keenan.

"Mbak Dita jangan asal bicara ya. Apa lagi jelek jelekin anak aku" ucap Maya yang baru saja datang dari taman belakang.

"Kenapa kamu nggak suka? Emang bener kan kalau dia yang minta sama kakeknya"

"Mama apaan sih. Ini bukan salah Ken atau siapapun. Semua ini emang kemauan Rey, lagipula Ken emang jauh lebih pantes daripada Rey" ucap Rey yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Lebih pantes dari mananya. Nggak jarang dia bolos sekolah, sering keluyuran. Yang kaya gitu yang kamu bilang jauh lebih baik daripada kamu" balas Dita tidak suka dengan apa yang anaknya katakan.

"Emang cuma sisi itu yang Ken lihatin ke semua orang dan cuma Rey yang tau gimana Keenan yang sebenarnya. Jadi Mama jangan pernah lagi ngomong yang nggak-nggak sama Ken"

"Terus aja belain adik kamu ini. Jelas-jelas dia udah rebut hak kamu. Kenapa masih aja di belain" ujar Dita merasa kesal dengan pemikiran anaknya.

"Di mana-mana cucu pertama yang harus jadi pewaris" lanjut Dita lagi seraya menatap sinis kepada Keenan.

"Terserah Tante mau ngomong apa. Kalau Tante masih belum bisa terima lebih baik Tante bicarain sendiri sama Kakek" setelah mengatakan hal itu Keenan langsung pergi ke kamarnya.

"Dasar ga sopan" kesal Dita karena merasa perkataannya di abaikan oleh Keenan.

"Aku masih menghormati Mbak, jadi tolong jangan kelewatan lagi. Aku ga akan tinggal diam kalau Mbak berani nyakitin hati Ken lagi." sebenarnya Maya adalah orang yang sabar tapi jika ada yang berani menyakiti orang-orang yang ia sayang tentu saja tidak akan tinggal diam.

"Aku kecewa sama Mama" Rey juga pergi meninggalkan Mama-nya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!