10

Setelah Rissa keluar dari kamarnya, Ellen segera bergegas ke kamar mandi hanya untuk mencuci muka dan gosok gigi. Karena belum berpikir untuk melakukan kegiatan apapun jadi tidak perlu mandi. Pikir Ellen.

Masih menggunakan piyama tidurnya, kini Ellen turun ke bawah untuk sarapan dengan yang lainnya. Di meja makan sudah ada Dion, David, Indira dan juga Rissa. Pasti Karel dan Lona belum selesai bersiap siap. Pikir Ellen, karena mereka berdua belum terlihat.

Menyadari ada yang datang semua orang mengalihkan pandangannya kearah tangga, di mana keberadaan Ellen.

"Pagi sayang" sapa David, Dion dan Rissa bersamaan. Sedangkan Indira hanya menatap malas pada Ellen.

"Pagi semua" balas Ellen tersenyum manis pada mereka.

"Sini duduk, kita sarapan bareng" ucap David menyuruh Ellen duduk. Terlihat Karel baru saja menuruni tangga setelah itu duduk di sebelah Ellen. Setelahnya, Lona baru saja tiba dan berjalan ke arah mereka.

"Pagi everyone, pagi Dugong pagi juga cimol" sapa Lona pada mereka, juga pada Karel dan Ellen seraya mencubit pipi mereka berdua.

"Siapa yang kamu panggil cimol sama Dugong ha?" tanya Dion merasa heran dengan tingkah Lona yang ada ada saja.

"Ini si Ellen. Kan dia putih terus kenyal lagi kaya cimol, terus kalau Karel sih nggak ada alasan" ucap Lona santai. Membuat Karel memutar bola matanya malas.

"Adiknya cantik sama ganteng kaya gitu malah di katain kaya cimol sama Dugong, emang nggak ada yang lebih bagus apa" ucap Rissa geleng-geleng kepala.

"Kamu kenapa sih Rel, nempel mulu sama Ellen. Kasian tuh kamu tempelin terus" ucap Dion merasa jengah melihat Karel yang terus menempeli Ellen. Bahkan gadis itu kesusahan memakan makanannya.

"Kenapa sih Pi. Emangnya nggak boleh. Lagian ini kan kakaknya Karel kenapa papi yang repot"

"Ya aneh aja Dugong, kan Lo nggak pernah gitu sama gue kecuali ada maunya aja"

"Ya iyalah kan Lo bau, kalau kan Ellen kan wangi walaupun nggak mandi"

"Ehh bocah, awas aja ya kalau ada maunya sama gue, ga bakalan gue peduliin lagi"

"Bodoamat kan gue bisa minta ke kak Ellen" balas Karel seraya menjulurkan lidahnya pada Lona.

"Udah udah kalian ini ribut mulu tiap hari. Cepetan sarapan nanti telat"

Semuanya mulai sarapan dengan tenang. Ada David dan Dion yang makan seraya melihat tablet mereka masing-masing untuk memeriksa pekerjaan, juga Lona yang makan sambil bermain ponsel.

Lona yang sejak tadi bermain ponselnya tiba-tiba merasa penasaran dengan postingan Karel yang baru saja lewat di berandanya.

"Instagram Lo rame banget. Emang Lo post foto apaan?" tanya Lona penasaran

"Kepo"

"Ini lagi, kenapa nggak bisa ke buka fotonya. Wifi-nya udah di bayar belum sih Mi, kok lemot banget" ucap Lona kesal setelah itu ia bertanya pada Rissa.

"Sembarangan kalau ngomong. Ya jelas udah lah. Palingan juga lagi eror" kata Mami Rissa tidak terima.

Setelah cukup lama menunggu dan mengotak atik ponselnya, foto yang dari tadi ingin ia lihat akhirnya bisa dilihat.

"Siapa nih Rel. Pacar lo"

Karel memutar bola matanya malas, kenapa kakaknya yang satu ini sangat ingin tau. Nyebelin banget sih jadi orang. batin Karel dalam hati.

"Kepo banget sih Lo. Emang Lo nggak bisa ngenalin kalau itu kak Ellen. kalau emang bener pacar gue emang kenapa" jawab Karel kesal kenapa Lona selalu saja ingin tau.

"Masalah buat Lo" lanjut Karel ketus dan memelototkan matanya.

"Biasa aja dong Dugong, nggak usah melotot. Lepas tuh mata tau rasa Lo"

"Kalian ini kenapa sih ribut mulu tiap hari. Di rumah nggak ada ketegangan sama sekali kalau ada kalian. Mamah jual baru tau rasa kalian" kini giliran Indira yang memarahi mereka, karena sepertinya Rissa sudah tidak sanggup lagi.

"Udah cepet habisin sarapannya. Terus cepetan berangkat" kata David tegas tidak ingin di bantah.

Jika David atau Dion yang sudah dalam mode serius mereka berdua tidak akan berani membantah lagi. Dengan cepat Lona dan karel menghabiskan sarapannya dan segera berangkat.

"Yaudah Lona sama Karel berangkat dulu" kata Lona mewakili Karel berpamitan pada para orang tua mereka.

"Gue sekolah dulu ya kak, nanti kalau pulang gue ajak Lo jalan-jalan" pamit Karel pada Ellen yang hanya di balas deheman oleh Ellen.

"Bye kak Cimoll" teriak Karel sambil berlari setelah mengecup pipi Ellen.

"Gue juga berangkat dulu ya. Nanti kalau gue udah nggak sibuk gue ajakin Lo jalan-jalan deh" pamit Lona pada Ellen. tidak lupa Lona juga mengecup pipi Ellen, setelahnya ia pun berangkat.

Kini di ruang makan hanya tinggal mereka berlima. Biasanya David dan Dion akan berangkat pagi-pagi sekali, tapi karena jadwal hari ini tidak ada meeting pagi jadi mereka masih belum berangkat sekalian ingin menghabiskan waktu bersama Ellen sebelum berangkat ke kantor.

Ellen menatap mereka bergantian. Terlihat David dan Dion yang masih memainkan tabletnya, ada juga Rissa yang masih sibuk dengan sarapannya dan juga Indira yang sedang bermain ponselnya.

"Emmm" Ellen ingin membuka suara tapi masih ragu.

Sepertinya David menyadari jika Ellen ingin mengatakan sesuatu tapi masih ragu-ragu.

"Kenapa sayang, ada yang mau kamu omongin?" tanya David setelah meletakkan tabletnya.

"Emm. Pah, sebenarnya Ellen mau tinggal sendiri. boleh nggak?"

"Emangnya kenapa? Kamu nggak mau tinggal disini?" tanya David

"Kamu nggak suka ya disini?" tanya Rissa merasa sedih.

"Atau jangan-jangan karena Mama Indira?" tebak David, siapa tau Ellen merasa tidak nyaman karena sikap Indira. Batin David dalam hati.

"Bukan kok Pah, ini emang kemauan Ellen sendiri" elak Ellen tidak agar semua orang tidak menyalahkan Indira.

"Udah bagus diem aja. Nanti kalau tinggal sendiri terus kenapa-kenapa malah nyusahin" sahut Indira ketus.

"Mbak, ngomongnya jangan gitu dong" balas Rissa mencoba memperingati Indira.

"Nggak usah dengerin Mama kamu, sebenarnya dia itu khawatir tapi gengsi aja" ucap David berusaha menenangkan keadaan.

"Kenapa Nak, kamu nggak nyaman disini?" tanya Dion.

"Ellen nyaman kok disini, tapi emang Ellen pengen aja tinggal sendiri. Gapapa kan?"

"Nanti kalau terjadi sesuatu sama kamu gimana? Kan nggak ada yang ngawasin" ucap Rissa khawatir.

"Kan nggak ada yang bakal nyakitin Ellen, Mami nggak usah takut"

"Mami takut kejadian itu terulang lagi sayang" ucap Rissa dengan mata berkaca-kaca.

Kejadian dimana Ellen di culik dan mengakibatkan Elena meninggal karena menyelamatkan gadis itu. Semua orang merasa trauma dengan kejadian itu dan membuat Rissa merasa khawatir jika membiarkan Ellen sendirian.

"Tapi disini kan nggak ada yang kenal sama Ellen"

"Maksud kamu, kamu mau kita semua nggak ngakuin kamu begitu" tebak Dion.

"Nggak gitu Pi, semua yang lihat Karel sama Ellen pasti ngira kalau kita temenan, lagian emangnya kalian mau ngasih tau siapa Ellen sama orang sembarangan? Nggak juga kan" jelas Ellen panjang lebar.

"Kalau ada yang nanya bilang aja kalau Ellen sama Karel udah kenal dari kecil, jadi kalian nganggep Ellen kaya anak kalian sendiri. Boleh ya Pi. Boleh ya Pah" lanjut Ellen menatap David dan Dion bergantian dengan puppy eyes nya.

"Jangan di bolehin Pi, Mami nggak ngizinin pokoknya" tolak Rissa tetap tidak membiarkan Ellen pergi lagi.

"Nanti malah nyusahin kalau kenapa-napa Pah, udah suruh diem disini aja" tambah Indira yang juga ikut-ikutan.

"Pii, boleh yaaa? Pahh? Kalau nggak boleh Ellen pindah sama kakek Liam aja deh" ancam Ellen membuat mereka semua terdiam untuk beberapa detik.

"Papa bakal cariin apartemen yang bagus buat kamu" ucap David. Walaupun tidak tinggal serumah setidaknya dia bisa tetap melihat Ellen.

"Dan terjamin keamanannya" lanjut Dion ikut setuju.

"Tapi-"

"Iya atau nggak" tanya Dion tegas.

"Yaudah iya makasih ya Pah, makasih Pi"

"Pi, apa apaan sih. Pokoknya mami nggak setuju. Nanti kalau terjadi sesuatu sama Ellen gimana" kata Rissa tidak terima.

"Terus kamu mau kalau Ellen pergi lagi karena nggak nyaman disini" ucapan Dion membuat Rissa bungkam.

"Aku sama Dion bakal pastiin keamanan Ellen, udah kalian jangan khawatir lagi" ucap David berusaha menenangkan.

"Siapa juga yang khawatir. Aku cuma nggak mau repot aja kalau misalnya dia kenapa-napa" ucap Indira memutar bola matanya malas.

"Kalau sayang bilang aja, kenapa harus begitu. Emangnya kamu nggak pengen meluk Ellen" goda David pada istrinya.

"Apaan sih ngaco banget ngomongnya" ketus indira, karena kesal ia langsung pergi ke kamarnya begitu saja.

"Nggak usah dipikirin, Mama kamu tuh sebenernya kangen sama kamu tapi gengsi aja" kata David berusaha menjelaskan, karena ia tahu bagaimana sifat istrinya itu.

"gapapa kok Pah, Ellen ngerti" balas Ellen tersenyum manis

"Apartemennya harus yang besar terus yang luas, aku nggak mau kalau Ellen sampai harus kesempitan atau nggak nyaman" ucap Rissa pada akhirnya memilih untuk mengalah.

"Kos juga nggak papa kok Mi"

"Nggak!! Pokoknya Mami nggak ngizinin kalau kamu ngekos. Apartemen aja sebenernya Mami nggak bolehin, ini malah mau ngekos" ucap Rissa dengan suara yang lumayan keras.

"Kita bahas nanti aja, sekalian aku sama mas David bakal nyoba cari tempat yang cocok. Yaudah kalau gitu kita berangkat ke kantor dulu" kata Dion berusaha mengakhiri pembicaraan ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!