Bab 19

Kemudian setelah itu Gina melanjutkan untuk mencoba makanan yang lainnya tapi karena terlalu banyak dia hanya bisa makan beberapa suap di setiap makanan tersebut.

"Suamiku, aku sudah kenyang" ucap Gina merasa begah.

"Hah?! kupikir kamu memang mau habisin makanan ini, istriku" jawab Raka merasa bingung.

"Haha.. mana ada suamiku! kamu kan tahu sendiri aku gak bisa makan banyak" kata Diana tertawa.

Deg!

Seketika harapan Raka hancur sudah, dia yang mengira nafsu makan Gina bertambah karena hamil nyatanya hanya karena ingin mencicipi semua menu yang ada di tempat makan itu.

"Haha.. terus siapa yang harus makan semua ini sayang?" ucap Raka merasa konyol.

"Tentu saja suamiku yang harus makan semuanya" jawab Gina sambil tersenyum.

"Aku juga gak mungkin makan ini semua" kata Raka.

"Bercanda suamiku, kalau memang gak sanggup gak usah di paksa"

"Hmph! oke"

Saat itu Raka akhirnya makan beberapa suap sampai merasa kenyang namun dia tidak bisa menghabiskan semua makanannya karena terlalu banyak.

Akhirnya mereka pun pulang kerumah setelah rasa penasaran Gina terealisasikan.

Sesampainya dirumah Raka menjadi murung karena terlalu berekspektasi tinggi dengan kemungkinan Gina hamil yang nyatanya kebalikannya.

"Suamiku, kamu kenapa?" tanya Gina merasa cemas.

"Ah! aku gak apa-apa istriku" jawab Raka.

"Aneh, kenapa Raka sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu dariku? apa yang sebenarnya dia pikirkan?" benak Gina.

Mereka masuk kedalam lalu duduk bersama di ruang keluarga sambil menonton televisi.

Raka melamun dan masih terlihat murung namun Gina berusaha membuat Raka berhenti melamun dengan menyandarkan kepalanya di bahu Raka.

"Suamiku, sebenarnya kamu kenapa?" tanya Gina kembali.

"Eum.. istriku apa kamu lelah? aku baik-baik saja" jawab Raka sambil mengelus kepala Gina yang bersandar di bahunya.

"Hmph! baiklah mungkin suamiku gak bisa menjelaskannya"

"Bukan seperti itu istriku, aku hanya terlalu berharap akan sesuatu yang nyatanya gak terjadi" jawab Raka.

"Apa itu ada kaitannya denganku? aku benar-benar minta maaf suamiku, aku masih belum bisa memberikan cinta yang kamu harapkan" kata Gina dengan ekspresi sedih.

Raka menoleh lalu menatap wajah Gina dengan menyentuh wajahnya agar menatapnya.

"Istriku, jangan merasa bersalah. Bukan itu juga yang kumaksud, aku gak akan memaksamu untuk mencintaiku karena aku yakin suatu saat kamu bisa melihat diriku dengan cara lain"

"Lalu, apa yang sebenarnya kamu pikirkan suamiku? aku gak bisa tenang kalau kamu gak seperti biasanya" tanya Gina merasa cemas.

"Sebenarnya tadi kupikir kamu hamil istriku tapi bukan berarti aku kecewa. Hanya saja aku terlalu bahagia meski itu hanya harapanku saja" ucap Raka tidak berani menatap mata Gina.

"Oh, ternyata begitu? apa suamiku sudah sangat ingin memiliki seorang anak?" tanya Gina lagi.

"Maaf istriku, bukan maksudku untuk membebanimu. Entah kapanpun itu dan meskipun tidak ada anak di pernikahan kita, aku akan tetap mencintaimu seperti saat ini" kata Raka merasa bersalah.

Gina yang tidak bermaksud membuat Raka merasa bersalah akhirnya memeluk Raka dengan erat.

"Suamiku, kenapa kamu sebaik ini? apa yang membuatmu selalu saja membuatku kagum" ujarnya sambil memejamkan matanya dalam pelukan yang hangat.

"Meskipun kamu bosan mendengarnya tapi aku benar-benar mencintaimu Gina. Aku akan terus berusaha membuatmu mencintaiku" Raka mengelus punggung Gina.

Mendengar setiap kata yang di ucapkan oleh Raka kali ini Gina merasa semakin berdebar.

"Suamiku, apa kita akan terus di posisi ini?" tanya Gina mulai merasa pegal.

"Istriku, apa kamu mau ke tempat yang lebih nyaman?" kata Raka tersenyum.

"Eum.. iya aku mau" jawab Gina dengan cepat.

Raka mengajak Gina ke kamar tidur mereka karena Raka merasa lelah dan sudah ingin tidur memeluk istrinya sedangkan Gina berfikir bahwa mungkin Raka akan melakukan sesuatu dengannya setelah membahas soal kehamilan.

Mereka akhirnya berbaring di ranjang dengan saling berpelukan.

"Istriku, aku mau tidur seperti ini" ucap Raka memeluk Gina.

"Eum.. iya suamiku" jawab Gina dengan suara lirih.

Gina pun merasa mengantuk berada dalam pelukan hangat suaminya yang akhirnya membuatnya tertidur lelap.

"Padahal aku yang ngantuk tapi malah kamu yang tidur istriku" benak Raka sambil tersenyum menatap wajah istrinya yang tertidur lelap dalam pelukannya.

Malam itu pun berlalu dengan pengalaman baru bagi mereka dan mereka pun tidur dengan berbagi kehangatan tubuh dengan saling berpelukan satu sama lain.

Raka yang sangat mencintai Gina, sudah merasa puas dengan keadaan yang sekarang meski belum mendapatkan cinta dari Gina.

Dia hanya bisa berharap suatu hari Gina akan memberikan cintanya yang hebat itu untuk Raka.

Keesokan harinya.

Gina berniat pergi ke toko bunganya yang dekat dengan rumah ibu mertuanya karena ada hal yang harus dia bicarakan dengan karyawannya.

Hari itu pesanan di toko bunganya sangat banyak hingga dia pun harus turun tangan membantunya.

"Suamiku, apa aku boleh ke toko bungaku?" tanya Gina ke Raka.

"Tentu saja boleh sayang" jawab Raka dengan senyum.

Setiap kali Raka memanggil Gina dengan sebutan sayang membuat Gina tidak terbiasa namun ada yang aneh dengan dirinya.

Ada perasaan yang menggebu dalam dirinya yang semakin aneh saat melihat senyuman dari wajah Raka yang tampan itu.

Gina tidak sadar bahwa dia sedang melamun menatap suaminya.

"Istriku, kenapa kamu diam?" tanya Raka merasa bingung.

"Ah! maaf sayang" jawab Gina keceplosan.

Gina tidak sengaja mengatakannya karena yang ada di pikirannya saat itu adalah panggilan sayang dari Raka.

"Apa? coba katakan sekali lagi!" ucap Raka terkejut namun senang.

"Ya? apa? aku gak tahu maksudmu apa Raka, cepat nanti kamu terlambat" Gina tersipu malu dan menghindar dengan pergi ke dapur.

"Haha" Raka tertawa puas mendengar istrinya memanggilnya dengan kata sayang.

Raka menjadi bersemangat melihat tingkah Gina yang menggemaskan.

Dia pun bersiap untuk berangkat bekerja dengan senyum di wajahnya yang tak lepas saat memikirkan istrinya.

Akhirnya dia berangkat kerja setelah berpamitan dengan istrinya seperti biasanya.

Sedangkan Gina juga bersiap setelah Raka berangkat karena hari itu dia harus pergi ke toko bunganya.

"Huft.. kenapa aku tadi panggil Raka sayang? padahal aku gak pernah seperti ini, apa yang sebenarnya aku pikirkan?" gumam Gina.

Kali ini pikiran Gina menjadi campur aduk dengan dirinya yang menjadi aneh setiap melihat dan memikirkan Raka.

Dia merasa takut akan jatuh cinta dengan Raka meski sepertinya sekarang dia merasakan ketulusan Raka yang mencintainya namun dia masih ragu dan tidak ingin berfikir bahwa itu cinta.

Dia mengira semua itu hanya sebatas rasa terimakasih karena sudah di perlakuan sebaik mungkin oleh Raka dan alasan berdebarnya mungkin karena merasa gugup saat bersamanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!