Makan malam bersama dengan keluarga kali ini lengkap karena Gina sudah tidak mengurung diri di kamar namun suasananya terlihat suram.
Mila yang merupakan istri dari Anton merasa canggung dengan situasinya karena tidak mengetahui yang siang tadi terjadi di rumah itu.
"Akhirnya kamu sudah tidak sedih lagi ya Gina! makan yang banyak, kamu kelihatan kurus" ucap Mila tersenyum ke adik iparnya.
"Iya kak, terimakasih sudah memperhatikan ku" jawabnya merasa canggung.
Sedangkan yang lain hanya diam tanpa senyum di wajah mereka.
"Kenapa semuanya diam? ayo makan dulu, bu sini piringnya" Mila berusaha membuat suasana tidak sepi.
"Hmph! makasih Mila! kalian juga makan jangan hanya lihat saja" ucap Dianti ibu mertuanya.
Raut wajah yang masih datar dari wajah Anton dan Raka terlihat mencurigakan hingga Mila tidak bisa mengabaikan yang terjadi.
Namun mereka tetap makan agar ibu mereka tidak merasa sedih melihat mereka.
"Bunda.. aku mau makan ayam" ucap anak Mila yang berusia 5 tahun.
"Boleh tapi jangan lupa makan sayurnya juga, ya!"
"Iya Bunda, tapi kenapa Ayah tidak makan sayul"
"Haha.. pintarnya cucu nenek! Anton beri contoh yang baik untuk anakmu!" Dianti merasa bangga melihat cucunya tumbuh dengan baik.
"Iya Bu"
Selama seminggu ini memang mereka sengaja berkumpul di rumah ibu di karenakan tidak ingin melihat kesedihan yang berlarut dari ibu mereka namun justru yang paling terpuruk adalah Gina selaku istri yang di tinggalkan suaminya.
Suami Gina adalah anak kedua dari 3 bersaudara sedangkan Raka adalah anak terakhir.
Mereka semua sudah punya rumah tersendiri dan hidup mandiri namun karena pekerjaan suami Gina yang sering keluar kota membuat Gina di minta tinggal bersama ibu mertuanya.
Setelah selesai makan malam mereka kembali ke kamar masing-masing sedangkan Raka mencoba membujuk ibunya untuk membiarkan dia menikahi Gina.
"Ada apa kamu ke kamar ibu?" tanya Dianti merasa sedikit kesal.
"Bu tolong maafkan aku! meskipun menurut ibu, ini bukan masalah besar tapi aku sudah melihat dan bahkan tidak sengaja menyentuh kak Gina, semua masalah ini bisa selesai dengan cepat jika ibu mengijinkan aku menikah dengannya" Raka mengatakannya sambil berlutut di depan ibunya.
"Raka, menikah itu bukan perkara mudah! lagian Gina juga tidak masalah, kenapa kamu bersikeras ingin menikahinya? bagaimana masa depanmu nanti! pandangan orang juga pasti buruk karena hal ini" Dianti menyentuh kepala Raka merasa sedih dengan yang terjadi.
"Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan Bu! sejujurnya aku sudah lama menyimpan perasaan yang tidak semestinya ke dia! bukan maksudku bersyukur atas kejadian ini tapi aku benar-benar ingin bertanggung jawab demi harga dirinya Bu, pasti dia merasa buruk menilai dirinya yang sudah di sentuh adik iparnya tapi aku tidak mau dia berfikir seperti itu"
Ibunya sangat terkejut mendengar pengakuan Raka yang jatuh hati kepada kakak iparnya sendiri.
Dari sekian banyaknya perempuan di luar sana justru Raka menginginkan istri dari kakaknya.
"Raka, apa kamu sadar dengan yang kamu ucapkan? bukan hal yang sulit dengan wajahmu yang tampan dan sifatmu yang baik untuk mendapatkan perempuan yang lebih baik"
"Aku sudah mencoba melupakan perasaan ini dengan mencoba dekat dengan perempuan lain tapi tetap saja perasaan ini tidak hilang sampai sekarang Bu, lantas apa yang harus kulakukan selain menginginkannya?" Raka meneteskan air matanya di hadapan ibunya.
"Baiklah, ibu mengijinkan mu menikah dengan Gina tapi bukan hal yang mudah karena Gina sangat mencintai Abi kakakmu itu, lihat saja keadaannya yang sekarang! ibu harap kamu pelan-pelan saja hingga dia mau membuka hatinya!"
Dengan berat hati Dianti menuruti keinginan anaknya yang terdengar tidak masuk akal namun memang seperti itu adanya.
"Terimakasih Bu, aku pasti bisa membuat kak Gina mau menikah denganku" Raka mencium tangan ibunya dengan perasaan yang senang.
Dalam benak ibunya "Ayah kenapa nasibku seperti ini? Abi sudah pergi menyusul mu dan sekarang anak bungsu kita menginginkan hal yang tidak seharusnya! apa keputusan ku tepat, membiarkannya berbuat sesuai keinginannya?"
Raka keluar dari kamar ibunya untuk kembali ke kamarnya.
Di sisi lain Mila tidak tahan dengan sikap suaminya yang diam dari sejak mereka makan malam.
Brak! Mila menggebrak meja kerja suaminya.
"Sayang! apa yang kamu lakukan? apa kamu senang melihat suamimu jantungan?" Anton sangat terkejut di kagetkan istrinya.
"Suamiku! sebenarnya apa yang terjadi saat aku keluar tadi siang?" Mila menyentuh wajah suaminya dengan kedua tangannya agar menatapnya.
Sentuhan istrinya yang selalu tiba-tiba membuat Anton berdebar tak terduga.
"Istriku! lepas dulu ya, wajahmu terlalu dekat! kita bicarakan dengan tenang, ya?" Anton mencoba melepaskan sentuhan istrinya.
"Aku tahu kamu seperti apa suamiku? Aku tidak akan bisa tenang sebelum kamu jujur" Mila dengan agresif duduk menghadap di pangkuan suaminya.
"Haa!! istriku, kalau kamu begini, aku tidak bisa menjawabnya" Anton mulai panik dengan tindakan istrinya.
Perasaan yang gelisah sebelumnya terlupakan karena rayuan istrinya.
"Baiklah! aku tahu kamu pasti diam jika aku tidak melakukan hal seperti itu, jadi jelaskan apa yang terjadi" Mila menatap tajam suaminya dengan berpegangan di pundak suaminya.
"Ya, tapi kamu turun dulu ya sayang! dari mana kamu belajar hal seperti ini?" Anton menurunkan tangan istrinya.
"Oke suamiku" Mila tersenyum lalu turun dari pangkuan suaminya.
Anton mengajak istrinya duduk berdua di tepi ranjang mereka dan menceritakan semuanya dengan jelas.
Mila tidak menyangka ada kejadian seperti itu di rumah namun dia merasa cukup bangga dengan sikap Raka yang seperti pria sejati.
"Jadi kenapa suamiku gelisah? bukannya sebelumnya kamu juga merasa bangga dengan sikap adikmu?" Mila mencoba mencari tahu apa yang sedang di pikirkan oleh suaminya.
"Apa menurutmu ini masuk akal sayang? kalau kamu jadi aku, apa kamu merasa tenang membiarkan adik yang tinggal satu-satunya menikahi istri kakaknya yang meninggal?"
"Memang bukan hal yang mudah jika hanya dari ucapan saja tapi aku tahu suamiku bukan orang yang berpikiran sempit! menurutku Raka mungkin mempunyai pemikirannya sendiri sampai mau bertanggungjawab meskipun karena hal yang menurut orang lain sepele tapi apa kamu memikirkan sudut pandang dari Gina?" Mila mencoba membuat Anton berfikir lebih memikirkan posisi Gina.
"Hmph! aku tidak sampai berfikir kesana" jawab Anton mulai terbuka pikirannya.
"Gina adalah orang yang sangat memikirkan harga dirinya, pasti sekarang dia berfikir bahwa dia bersalah atas semuanya dan dia pasti merasa tubuhnya telah ternoda meskipun hanya karena sentuhan tidak sengaja dari adik iparnya apalagi Raka sudah melihat tubuhnya dengan jelas" Mila berkata panjang lebar mengutarakan pendapatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments