Bab 12

Rutinitas mereka berjalan seperti biasanya sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Setelah merayakan kenaikan jabatan Raka sebelumnya kini Raka sudah terbiasa dengan jabatan barunya dan melakukan pekerjaannya dengan baik.

Sedangkan Toko Bunga Gina juga sudah menunjukkan perkembangan yang baik, saat ini sudah berlalu sekitar 3 bulan sejak toko itu di buka dan sekarang Gina sudah memiliki 2 karyawan untuk membantunya.

Di sisi lain mereka juga menyempatkan waktu untuk bertemu di hari libur agar lebih mengenal satu sama lain karena pernikahan mereka yang sudah dekat.

Meskipun Gina masih belum terbiasa menerima perhatian dari Raka namun dia berusaha untuk menerima semuanya dengan baik.

"Kak! ayo kita jalan sekarang" ucap Raka di depan pintu kamar Gina.

"Iya sebentar" jawab Gina yang sedang bersiap.

Hari itu rencananya Gina dan Raka akan pergi kencan.

"Maaf lama ya Raka" ucap Gina.

"Gak apa-apa kak! Bu kami pamit pergi dulu ya" kata Raka.

"Iya, Hati-hati dijalan" jawab Dianti.

Mereka pun pergi dengan menggunakan mobil Raka yang baru dibelinya setelah naik jabatan dan adapun alasannya juga karena untuk memudahkannya saat akan pergi bersama ibunya dan juga Gina.

Mereka berdua pergi ke pusat perbelanjaan dimana Raka berniat ingin membelikan Gina pakaian dan yang lainnya.

"Kak! kita mampir dulu ke toko itu ya" ucap Raka menunjuk toko baju untuk wanita.

"Oke"

Gina menuruti Raka karena tidak tahu bahwa tujuan Raka ingin membelikan untuk Gina.

Raka mengenggam tangan Gina saat berjalan bersama di mall tersebut.

Sebenarnya Gina belum terbiasa dengan sentuhan fisik yang di lakukan Raka namun dia berusaha tenang menerimanya.

"Kak, coba yang ini! sepertinya cocok untuk kakak" ucap Raka.

"Hah?! sebenarnya ini untuk siapa Raka?" jawab Gina merasa bingung.

"Kakak coba dulu, ya?" Raka mengarahkan Gina mendekat ke kamar pas.

"Ta, tapi Raka"

Dengan senyum hangat di wajahnya, Raka bersemangat untuk membelikan beberapa baju untuk Gina.

Sedangkan Gina merasa terbebani dengan apa yang Raka berikan namun dia tetap berusaha menerimanya.

Gina mencoba baju itu dan keluar untuk mendapatkan penilaian dari Raka.

Dengan perasaan malu, Gina keluar dari kamar pas.

"Raka! gimana, bukannya ini kurang cocok?" tanya Gina menahan dirinya yang tidak percaya diri.

Raka terpukau melihat Gina mengenakan pakaian yang tidak pernah Gina pakai sebelumnya.

"Raka?" Gina memanggil Raka kembali.

"Ah! cocok sangat cantik!" jawab Raka yang tersadar setelah melamun menatapnya.

"Benar kah? tapi sepertinya"

"Ini kak! coba yang ini juga"

Belum sempat selesai bicara, Raka langsung mengambil beberapa pakaian yang sepertinya cocok dengan Gina atas rekomendasi penjualnya.

Gina mencoba semua baju yang di sarankan oleh Raka dengan tetap mempertanyakan pendapat Raka namun semua kata yang keluar dari mulut Raka hanya ada jawaban yang sama yaitu cocok dan sangat cantik.

Bagi Gina rasanya percuma menanyakan ke Raka karena jawaban yang keluar pasti sama.

"Tolong bungkus semua yang sudah di coba istriku" ucap Raka dengan percaya diri.

Gina menyenggol lengan Raka dengan sikunya setelah mendengar Raka menyebutnya sebagai istrinya.

"Kenapa?" jawab Raka sambil tersenyum.

"Kenapa kamu bilang aku istrimu?" bisiknya ke telinga Raka.

"Haha.. memang benar kan?" Raka tertawa senang menggoda Gina.

Akhirnya Raka selesai membelikan pakaian untuk Gina yang cukup banyak dan membantu membawakannya.

Setelah itu dia melihat toko tas dan sepatu, dia pun langsung masuk ke toko itu bersama dengan Gina.

"Kamu mau beli tas untuk ibu?" tanya Gina.

"Tentu saja tapi untuk calon istiku juga! permisi, tas yang cocok untuk istriku yang seperti apa ya?" ucap Raka.

Gina tidak terbiasa dengan candaan Raka yang membuatnya teringat dengan Abi yang selalu memanggilnya dengan sebutan istriku.

Di saat mereka sedang memilih tas dan sepatu, datanglah seorang wanita yang tampak kesal dengan kedekatan mereka.

"Pak Raka?" ucap wanita itu.

"Anita? sedang apa disini?mau beli tas juga?" tanya Raka.

"Saya sedang jalan dengan teman saya tapi tidak sengaja melihat bapak disini jadi saya kesini"

"Begitu ya?"

Anita menatap tajam ke Gina seolah musuhnya apalagi penampilan Gina yang terlihat sederhana.

"Omong-omong, ini siapa pak?" tanya Anita.

"Kenalin, ini istriku" jawabnya dengan bangga.

"Istri?" ucap Anita terkejut.

"Raka!" Gina tidak mau ada kesalahpahaman di kantor Raka jika rekan kantornya tahu.

"Hmph! maksudku calon istriku" jawab Raka.

Seketika itu ekspresi Anita berubah menjadi terlihat kesal.

"Wah, selamat ya pak! saya tunggu undangannya" ucapnya sambil melirik Gina.

"Iya sebentar lagi aku kasih undangannya"

"Kalau begitu saya pamit duluan ya pak Raka" ucap Anita merasa kecewa.

Raka dan Gina melanjutkan memilih tas sambil berbincang.

Gina merasa Raka sangat antusias dan bahagia dengan pernikahan yang akan mereka langsungkan nantinya meskipun Gina belum merasakan perasaan yang sama dengannya.

"Raka! apa gak masalah kalau rekan kantormu tahu?" ucap Gina.

"Memangnya kenapa kak? mereka harus tahu kalau kakak istriku" jawab Raka.

"Hmph! begitu ya!"

"Iya, kakak gak perlu khawatir karena calon suamimu ini orang yang sangat bangga bisa bersamamu kak" ucap Raka sambil merangkul Gina.

"Terimakasih Raka"

Gina selalu merasa bersalah terhadap Raka yang tulus mencintainya namun dia masih belum bisa membuka hatinya.

Setelah berbelanja mereka berjalan menuju ke tempat makan karena sudah merasa lapar seharian berbelanja banyak barang.

Pernikahan mereka akan berlangsung sekitar sebulan lagi karena desakan dari warga yang tidak mau terus salah paham dengan tindakan mereka saat berdua karena di pikiran mereka selalu mengarah ke hal yang negatif seperti saat kejadian itu berlangsung.

Kejadian yang seharusnya hanya salah paham namun tidak di percaya sehingga membuat Raka dan Gina terpaksa menikah demi menjaga nama baik keluarga.

"Kak! kalau lelah kita duduk dulu sebentar disini" ucap Raka menyentuh tangan Gina.

"Iya, sepertinya aku sudah gak bisa keliling mall lagi" jawabnya merasa lelah.

Mereka duduk di restoran untuk makan dan berbincang sebentar sebelum pulang kerumah.

Rencananya setelah itu mereka akan memilih undangan pernikahan dan souvenir yang akan mereka beli.

Karena tempatnya yang jauh mereka memutuskan untuk duduk sebentar disana sebelum pergi.

Rencananya mereka hanya mengundang keluarga dan teman dekat karena Gina tidak ingin acara yang berlebihan namun masih di bilang lebih dari sederhana karena permintaan dari Raka yang ingin memberikan yang terbaik untuk pernikahannya nanti.

Namun karena Gina sudah pernah menikah membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak ingin pernikahannya terlalu meriah dan Raka cukup menghargai pendapat dari Gina.

Mereka pun akhirnya pergi ke tempat yang sudah mereka bahas sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!