Bab 18

Di hari berikutnya sesuai dengan janji semalam Raka mengajak Gina ke tempat makan di pinggir jalan yang ramai itu.

Gina sangat antusias dan merasa senang saat berkeliling jalan itu dengan membonceng motor dengan Raka.

"Istriku, pegangan yang kencang" ucap Raka menyentuh tangan Gina yang sedang memeluknya.

"Eum.. iya" jawab Gina.

Karena Raka memintanya untuk berpegangan erat akhirnya Gina mau menurutinya.

Namun kali ini Gina merasakan hal yang ganjal karena dia merasa berdebar namun dia masih tidak tahu kenapa dirinya bereaksi seperti itu.

Gina mengabaikan hal yang sudah dirasa aneh itu dengan bersikap seperti biasanya.

"Wah.. Raka lihat! antriannya panjang banget" ucap Gina menunjuk tempat makan itu.

"Iya.. rupanya sudah seramai itu, gimana istriku? apa kamu masih mau kesana?" tanya Raka.

"Hmph! iya, aku mau tapi suamiku gak masalah antri disana?" Gina balik bertanya.

"Asal istriku mau, aku gak apa-apa. Yasudah, istriku turun disini aja, aku parkir ke sebelah sana''

Raka menurunkan Gina tepat di depan tempat makan itu sedangkan dia mencari tempat untuk parkir motornya.

"Gina sepertinya penasaran banget, kenapa dia tersenyum seperti itu? gimana kalau para serangga di sekitarnya itu melihatnya?" gumam Raka yang melihat istrinya dari kejauhan saat memarkir motornya.

Banyak pria di sekitar Gina yang meliriknya sedangkan tatapan Gina terus tertuju ke arah penjual makanan tersebut.

Raka merasa kesal karena banyak mata yang melihat senyuman dari istrinya yang cantik itu. Dengan cepat Raka bergegas menghampiri istrinya.

"Istriku..." Raka memanggil istrinya dengan suara yang kencang hingga banyak yang mendengar.

"Suamiku, kenapa panggil aku dengan suara keras seperti itu?" ucap Gina merasa malu.

Dia merangkul pinggang Gina agar mereka yang melihat tahu bahwa Gina sudah punya pasangan.

"Gina, apa kamu tahu banyak yang melihat senyumanmu itu? aku gak rela berbagi hal seperti itu, kamu hanya boleh tersenyum di depanku" kata Raka merasa cemburu.

"Haha.. suamiku, apa kamu cemburu? padahal mereka bukan sengaja melihatku, lihat! mereka sedang fokus melihat antrian" jawab Gina tertawa mendengarnya.

"Istriku ini terlalu polos! apa kamu tahu apa yang ada di pikiran mereka? istriku ini sangat cantik, pasti mereka tertarik denganmu" kata Raka dengan bangganya.

"Yasudah, anggap saja begitu! tapi aku kan milikmu suamiku" Gina menyentuh tangan Raka yang merangkul pinggangnya.

Raka sangat kegirangan mendengar ucapan Gina yang mengatakan bahwa dia adalah miliknya. Seketika itu dia menjadi lebih bangga dengannya karena sudah mendapatkan pengakuan dari istrinya itu.

"Ternyata Gina berfikir seperti itu? kupikir dia hanya terpaksa dengan pernikahan ini, tapi sepertinya dia tahu bahwa dia sudah menjadi milik ku" benak Raka sambil tersenyum senang.

Gina membalas senyuman Raka dengan senyum manis dari bibirnya yang indah berwarna merah muda.

Mereka mengantri untuk membeli makanan yang membuat Gina penasaran. Sembari menunggu Raka terus menjaga istrinya dari pandangan pria lain yang terkadang menatap ke arah Gina.

Bahkan Raka sengaja menutupi wajah istrinya dengan berdiri di depannya.

"Suamiku sebenarnya apa yang ada apa? kenapa dari tadi gak bisa diam?" tanya Gina yang merasa heran.

"Aku hanya sedang bosan saja istriku, Ah? sepertinya giliran kita sebentar lagi, benarkan? aku akan mengantri di belakang mu saja" jawabnya setelah selesai memperhatikan sekelilingnya.

Gina merasa bingung melihat tingkah Raka yang tidak seperti biasanya.

Hingga akhirnya tiba gilirannya mereka memesan makanan tersebut.

"Suamiku apa aku boleh mencoba semua menu disini?" tanya Gina penasaran.

"Boleh tapi siapa yang habisin makanannya nanti?" jawab Raka.

"Hmph! rahasia" kata Gina tersenyum mencurigakan.

Raka akhirnya memesan semua menu yang di jual disana dan mereka pun menunggu kembali hingga makanannya datang.

Ada sekitar 8 menu yang ada disana termasuk dengan minumannya.

Gina bermaksud untuk mencoba semuanya karena tidak mudah untuk mendapatkan makanannya yang mengharuskan orang mengantri panjang untuk bisa membelinya.

"Istriku, apa kamu yakin mau makan semuanya?" tanya Raka merasa heran.

"Eung.. kata suamiku makanannya enak kan? aku mau mencicipi semuanya.. hehe" jawabnya dengan tertawa kecil.

"Aneh, bukannya istriku selalu makan sedikit? kenapa dia membeli makanan sebanyak itu? Jangan-jangan...?" dalam benak Raka dengan penuh haru menatap istrinya.

Dia mengira mungkin Gina hamil hingga nafsu makannya berubah drastis. Raka sangat senang membayangkan jika benar Gina hamil anaknya.

"Istriku, apa ada yang gak nyaman? atau kursinya gak kokoh? mau tukar saja? kamu harus hati-hati, gimana nanti kalau jatuh" ucapnya dengan kekhawatiran yang berlebihan karena ekspektasinya.

"Gak perlu suamiku, memangnya kenapa tiba-tiba begitu?" tanya Gina merasa bingung.

"Jaga-jaga saja istriku! hmph! makanannya masih lama, kamu yang sabar ya" kata Raka sambil menyentuh punggung tangan istrinya.

Gina merasa Raka sangat perhatian dengannya sedangkan dia tidak bisa sepenuhnya memberikan hatinya yang belum bisa mencintainya.

Dia menatap Raka yang sedang menyentuh tangannya dengan berfikir bahwa Raka termasuk orang yang baik mirip dengan Abi meski ada banyak sifat yang berbeda dari keduanya.

Gina merasa nyaman berada di dekat Raka namun dia masih memasang garis di hubungan mereka hingga tidak bisa membalas cinta tulus yang Raka berikan.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya makanan yang di pesan sudah jadi dan sudah di depan meja mereka.

"Wah.. kelihatannya enak" ucap Gina memandang makanan di depannya.

"Iya, coba saja sekarang istriku tapi pelan-pelan, makanannya masih panas" kata Raka memberikan sendok dan garpu untuk Gina.

"Oke" Gina lalu memcoba satu persatu makanan tersebut.

Raka dengan senang melihat istrinya makan dengan lahapnya dan masih membayangkan jika benar istrinya sedang hamil.

Dia terus tersenyum memandangnya dengan menyangga kepalanya dengan tangannya.

"Lho, kenapa suamiku gak makan?" tanya Gina.

"Aku lihat kamu makan saja sudah kenyang, istriku" jawabnya sambil tersenyum.

"Uhuk.." Gina terkejut hingga sedikit tersedak.

"Istriku kenapa? cepat minum ini dulu" Raka memberikan air minum melihat istrinya tersedak.

Glug.. Glug.. Glug...

Gina minum minuman yang diberikan oleh Raka.

"Pelan saja sayang, kenapa kamu semangat sekali? padahal aku bisa membelinya setiap hari kalau kamu mau" ucap Raka sambil mengelus punggung Gina.

"Haa.. bukan begitu suamiku"

"Yasudah, kamu boleh makan lagi tapi janji harus pelan, jangan buru-buru" ucapnya penuh dengan perhatian.

"Iya suamiku"

Gina hanya terkejut karena candaan Raka yang sering di lontarkannya hingga tersedak namun dalam pikiran Raka, semua itu terjadi karena Gina makan dengan cepat.

Raka menjadi semakin khawatir dengan Gina yang mungkin sedang merasa tidak nyaman dalam dirinya karena hamil anak pertama pasti sulit apalagi Gina tidak pernah hamil di pernikahan sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!