Bab 20

Saat sampai di tokonya Gina terlebih dahulu ke rumah ibu mertuanya.

"Bu, gimana kabarnya?" tanya Gina setelah masuk ke dalam rumah.

"Baik, kamu sendiri gimana nak? apa kamu betah tinggal di rumah Raka?" jawab Dianti.

"Gina baik bu, hanya saja Gina khawatir karena ibu disini sendirian" ucapnya dengan tatapan sendu.

"Jangan khawatir, ibu disini baik-baik saja Gina. Kamu harus terbiasa dengan hidupmu yang sekarang. Lagian kamu dan Raka masih sempat kesini kan kalau tidak sibuk"

"Iya bu tapi tetap saja Gina khawatir"

Gina meluangkan waktunya sebentar untuk berbincang dengan ibu mertuanya lalu dia menuju ke toko bunganya.

Dia mengecek semua persedian barang yang di butuhkan di tokonya termasuk yang paling penting bunga yang akan di rangkai.

Gina berada di toko cukup lama karena pesanan hari itu cukup banyak sehingga Gina membantu karyawannya.

Setelah itu Gina kembali ke rumah ibu mertuanya.

"Suamiku, aku masih di rumah ibu. Kalau sudah pulang dan mau makan, aku sudah siapkan lauk tinggal kamu panaskan saja" pesan Gina ke Raka.

Raka yang melihat ada pesan masuk di handphonenya langsung mengeceknya.

Dia tersenyum cerah saat tahu bahwa istrinya yang menghubunginya.

"Haha.. Istriku, aku masih ingat apa yang kamu katakan tadi pagi. Betapa imut dan menggemaskan" gumam Raka.

Saat Raka tersenyum cerah menatap ponselnya dari luar ruangan kaca itu terlihat Anita sedang melihat ke arah Raka.

"Kenapa Raka senyum seperti itu? dia terlihat semakin tampan" gumamnya tersenyum melihat Raka.

Rasa suka yang Anita miliki kini berkembang semakin jauh padahal sudah mengetahui status Raka yang sudah menikah.

Padahal Raka sudah membatasi dirinya agar tidak memberikan harapan ke wanita manapun karena sudah memiliki orang yang paling ia cintai.

Waktu berjalan dengan cepat hingga akhirnya tiba waktunya Raka pulang kerja. Setelah memastikan Gina masih di rumah ibunya, dia pun menjemput istrinya kesana.

"Istriku sayang" panggil Raka dengan mesranya.

Gina yang berada di toko setelah selesai menutup orderan pun tersentak karena terkejut.

"Suamiku? kenapa kesini?" ucap Gina menghampirinya.

"Hmph! padahal aku mau jemput istriku tapi sepertinya dia nggak suka" kata Raka dengan wajah yang murung.

"Bukan begitu tapi kamu pasti lelah, ayo kita masuk ke rumah ibu dulu"

"Oke"

Para karyawan Gina sudah di persilahkan pulang sehingga Gina yang menutup tokonya.

Kemudian dia dan Raka masuk ke rumah ibunya untuk berpamitan.

"Raka kamu juga datang?" tanya Dianti sangat senang.

"Iya bu, gimana kabar ibu?" kata Raka sambil mencium tangan ibunya.

"Baik nak, ayo masuk! ibu masak banyak loh" ucapnya dengan senang menyambut anak dan menantunya.

Niat hati Raka dan Gina yang ingin berpamitan pulang kini di urungkan melihat respon Dianti yang antusias menyambut mereka.

Gina dan Raka akhirnya makan malam di sana bersama dengan Dianti dan memutuskan untuk menginap sehari di sana.

Untungnya mereka masih menyimpan pakaian mereka di kamar masing-masing untuk berjaga-jaga jika suatu saat menginap di sana dan itu terjadi malam itu juga.

"Sayang, gak apa-apa kan kalau kita nginap disini?" tanya Raka tidak enak dengan Gina.

"Iya, aku senang kok! eum.. suamiku, aku jadi sedih lihat ibu tinggal sendirian. Rasanya aku sulit jauh dari ibu" jawab Gina duduk di samping Raka di pinggir kasur mereka.

Mereka berdua tidur di kamar yang dulu Gina tempati karena lebih luas dibanding kamar Raka di rumah itu.

"Aku tahu perasaanmu seperti apa sayang, aku juga nggak tega lihat ibuku tinggal sendirian tapi kantor ku jauh kalau aku harus bolak-balik kesini pasti lelah di perjalanan" kata Raka sambil menyentuh tangan Gina.

"Suamiku, maaf bukannya aku bermaksud membuatmu sedih tapi aku hanya bicara saja. Jangan di pikirkan lagi ya, mungkin kedepannya kita akan dapat solusi yang terbaik untuk kebaikan kita semua" ucap Diana sambil memeluk Raka.

"Terimakasih istriku, kamu memang selalu mengerti dan memahami ku" Raka menepuk-nepuk punggung Gina sambil memeluknya dengan erat.

Sampai detik ini baik dari Raka maupun Gina masih bingung dengan situasi yang menimpa karena keadaan yang membuat mereka harus tinggal berjauhan dari Dianti meski tak tega.

Jikalau Dianti ikut tinggal bersama Anton pun, Dianti tidak menginginkannya dengan alasan tidak mau membebani anaknya sama seperti saat Raka menawarinya tinggal di rumah Raka.

Malam itu pun Dianti merasa tidak tenang dengan perasaannya karena tidak mau membuat anak dan menantunya terus mengkhawatirkan dirinya di masa awal pernikahan mereka yang harusnya di penuhi dengan hari bahagia berdua saja tanpa memikirkannya.

"Gina ternyata masih sama saja. Kupikir meski dia menikah dengan Raka, pemikiran tentang rasa khawatir terhadap diriku akan berubah nyatanya dia masih sama seperti dulu. Apa yang harus kulakukan ke anak yang satu ini? padahal dia bukan anak kandungku tapi kenapa dia sampai sangat peduli dengan keadaanku?" benak Dianti.

Akhirnya malam itu pun berlalu dengan perasaan gundah dari semua orang yang berada di rumah itu dan belum menemukan titik terang untuk mengatasi hal yang mengganjal itu.

Jarak rumah Dianti ke kantor Raka yang termasuk jauh membuat Raka harus bangun lebih pagi agar tidak terlambat dalam bekerja.

"Istriku, kamu kalau masih ngantuk tidur aja lagi ya. Aku berangkat dulu" ucap Raka sambil mengusap kepala istrinya lalu mencium keningnya.

"Hati-hati dijalan suamiku" jawab Gina dengan tatapan yang dalam.

"Iya sayang" kata Raka dengan penuh kasih sayang.

Gina mengantar sampai depan rumah untuk memastikan Raka berangkat kerja tanpa khawatir dengan dirinya sekaligus merasakan kekaguman yang kini semakin dalam mengenai sifat Raka yang hangat dan perhatian dengannya maupun ke ibunya.

"Lantas alasan apa lagi yang buat aku ragu untuk mencintaimu Raka?" gumam Gina dengan tatapan sedih melihat suaminya yang perlahan tidak terlihat dan semakin jauh dari rumah.

Gina kini semakin merasa bersalah dengan dirinya yang tak mampu dengan cepat membuka dirinya untuk bisa menerima dan memberi cinta kepada suaminya yang sekarang.

"Aku takut kehilangan apa yang ku cintai untuk kedua kalinya. Lebih baik terus seperti ini saja daripada nantinya hancur berkeping-keping. Maafkan aku Raka" benak Gina sambil masuk ke dalam rumah.

Dianti yang melihat raut wajah Gina tampak sedih membuatnya bertanya-tanya namun ia tak sanggup jika pertanyaan yang di ajukannya akan melukai hati menantu kesayangannya.

"Gina, tidur lagi saja! kamu pasti masih ngantuk kan?" ucap Dianti khawatir melihatnya.

"Iya bu, kenapa ibu sudah bangun? ibu juga tidur lagi saja ya?" pinta Gina.

"Yasudah kunci pintunya, ibu masuk ke kamar dulu"

"Baik bu"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!