Bab 4

Perasaan Raka bermula saat Abi kakak keduanya pulang ke rumah membawa Gina untuk di perkenalkan ke orang tuanya.

Saat itu Raka masih berumur 22 tahun dan masih kuliah sedangkan Gina berusia 25 tahun.

"Bu, perkenalkan ini Gina calon istriku" kata Abi memperkenalkan Gina ke ibunya.

"Salam kenal Bu, saya Gina" ucap Gina yang gugup sambil berjabat tangan.

"Iya, kalian duduk dulu! ibu buatkan minuman sebentar"

Sementara Dianti ke dapur, Gina merasa canggung berada di sana.

"Abi! bukannya terlalu mendadak memperkenalkan aku sebagai calon istri? kenapa bukan pacar? bagaimana kalau ibumu tidak menyukai ku?" Gina merasa cemas hingga tangannya sedikit gemetar.

"Kita kan sebentar lagi mau menikah sayang, lalu apa masalahnya? ibu pasti senang, tenang jangan grogi" Abi dengan penuh perhatian menyentuh tangan Gina agar bisa tenang.

"Hmph! baiklah"

Saat itu Raka pulang ke rumah setelah pergi berolahraga di sekitar rumah.

Dia tidak tahu bahwa dia akan terpesona dengan kecantikan Gina saat pertama kali melihat wajahnya yang sedang tersenyum dan tertawa di depan kakaknya.

"Kak! tumben masih di rumah" tanya Raka merasa penasaran.

Pandangan Raka terus tertuju ke Gina yang saat itu memakai riasan yang natural dengan bibir berwarna pink sedikit kemerahan.

"Iya kakak libur hari ini, oh,ya! Raka kenalin ini Gina pacarku"

"Oh, kenalin aku Raka"

"Gina"

Mereka saling berjabat tangan namun Raka menahan tangan Gina lebih lama dan tidak melepasnya.

"Apa ada lem nya?" Abi menatap Raka dengan tajam lalu memisahkan tangan mereka.

Gina tidak mengerti apa yang sedang Raka pikirkan karena terus menatapnya dan menggenggam tangannya dengan erat hingga sulit di lepas.

"Maaf kak, sepertinya aku tidak fokus" ucap Raka merasa malu kemudian dia masuk ke kamarnya.

"Maaf ya Gina, sifatnya memang seperti itu suka bercanda! tapi dia baik kok" Abi merasa tidak enak dengan sikap Raka yang kurang sopan.

"Tidak masalah Abi, namanya juga masih muda"

Setelah pertemuan itu Raka selalu memikirkan wajah Gina yang cantik itu hingga terbawa ke dalam mimpinya.

Dia tahu bahwa dirinya telah salah menempatkan perasaan yang tidak seharusnya kepada orang yang akan menjadi kakak iparnya apalagi orang itu baru pertama kali ia temui.

Raka terus menampik perasaannya yang mungkin hanya sebatas ketertarikan semata namun perasaan itu terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi cinta yang salah meskipun akhirnya dia harus merasakan sakit hati karena Gina menikah dengan kakaknya.

Selama satu tahun pernikahan Gina tinggal di rumah ibunya Raka sehingga hampir setiap hari dia bertemu terus dengannya.

Itulah yang menyebabkan Raka sulit melupakan perasaannya.

Namun untungnya Abi membeli rumah dan pindah membawa istrinya ke rumah baru mereka sehingga Raka bisa sedikit melupakan bayang-bayang kakak iparnya.

Setelah lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan, Raka mulai jarang pulang ke rumah karena jaraknya yang jauh hingga akhirnya dia pun membeli rumah setelah tabungan yang ia kumpulkan sudah cukup.

"Raka, apa kamu tidak bisa tinggal di rumah ibu saja?" ucap ibunya merasa sedih.

"Maaf Bu, sebenarnya Raka tidak mau tinggal di tempat lain tapi tempat kerja Raka jauh! terlalu lelah kalau jaraknya jauh, ibu sehat-sehat, ya? setiap Raka libur pasti pulang"

"Baiklah, kamu hati-hati ya"

"Iya Bu"

Dengan perasaan yang tidak tega melihat ibunya tinggal sendirian di rumah, Raka pergi dari rumah yang sudah dia tinggali dari kecil.

Semua dia lakukan demi masa depan yang lebih baik.

Semua itu berlalu dengan cepat hingga akhirnya pernikahan Gina sudah berjalan selama 2 tahun.

Di tahun ke 2 ini rasanya sangat berat karena Abi harus sering pergi keluar kota.

Rasa sayangnya terhadap orang tuanya juga tidak bisa dia abaikan begitu saja.

Setelah Raka tidak tinggal di rumah itu, Abi meminta istrinya untuk tinggal bersama ibunya dan Gina sebagai istri yang baik akhirnya mau menuruti keinginan suaminya.

Gina pindah ke rumah ibu mertuanya setelah satu tahun tinggal di rumah baru mereka.

"Bu, selama saya tinggal di sini! ibu tidak boleh melakukan hal yang berat, Gina yang akan membantu ibu"

"Terimakasih Gina kamu memang menantu yang baik! Abi tidak salah pilih" ucap ibu mertuanya merasa lega.

Gina menjalani harinya dengan tenang dan damai di rumah itu apalagi hubungannya dengan ibu mertuanya juga baik.

Terkadang Abi pulang kesana setiap 2 minggu sekali karena jauhnya tempat kerjanya.

Hingga kabar buruk pun tiba di keluarga tersebut.

Malam itu saat Abi pergi ke tempat kerjanya, dia mengalami kecelakaan hingga akhirnya dia meninggal saat perjalanan ke rumah sakit.

Betapa terpukulnya Gina dan keluarga Abi mendengar kabar duka yang tidak pernah mereka sangka.

"Hiks.. Hiks.. Bu, ini pasti bohong kan? tidak mungkin Abi meninggalkan ku sendiri" Gina belum menerima kenyataannya dan menganggap berita yang dia dengar itu salah.

Ibu mertuanya hanya terdiam dengan air mata yang mengalir tanpa pernah menyangka akan kehilangan anak yang paling perhatian dengannya.

Suara tangis pun pecah saat Abi di bawa ke rumah sudah tak bernyawa dan mereka semua tertampar dengan kenyataannya.

"Haa.. hiks.. hiks.. suamiku..kenapa kamu pergi?" Gina memeluk suaminya yang terbujur kaku tertutup kain putih.

Beberapa anggota keluarga mulai berdatangan termasuk Raka dan Anton.

Mereka tidak bisa menahan kesedihannya kehilangan Abi.

Mereka semakin sedih melihat Gina histeris hingga pingsan mendapatkan kenyataan yang pahit.

Perasaan Raka yang dalam terhadap Gina tak mampu menghiburnya.

Dia menggendong Gina yang pingsan ke kamar dan menutupinya dengan selimut lalu kembali melihat kakaknya yang meninggal.

Pandangannya kosong seakan tak percaya kakak yang selalu perhatian dengannya kini pergi meninggalkan keluarganya untuk selamanya.

Dalam benaknya "Kak Abi, kenapa kakak pergi secepatnya ini? bagaimana perasaan kak Gina sekarang? apa semua ini karena aku? aku tidak bermaksud mempunyai perasaan terhadap istri kakak tapi aku tidak bisa melupakannya! maafkan aku kak, tolong maafkan aku! kenapa kakak harus pergi? hiks.. hiks".

Raka meneteskan air matanya dan memeluk kakaknya dengan perasaan bersalah meskipun semua ini terjadi bukan karenanya.

Dia lebih menyalahkan perasaannya yang sudah lancang mencintai istri dari kakaknya yang paling baik.

Meskipun dia tidak pernah punya niatan untuk merebut kakak iparnya namun dia tetap merasa bersalah atas kematian kakaknya.

"Hiks.. hiks.." Raka terus menangis di depan kakaknya.

Rumah yang hangat berubah menjadi dingin karena kepergian Abi yang tidak pernah mereka sangka.

Ibu mereka hanya bisa menangisi kepergian Abi dengan duduk memandangi anaknya untuk terakhir kalinya.

Anton yang selama ini mempunyai sifat yang keras, tidak bisa menahan kesedihan kehilangan adiknya yang paling berharga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!