Hari itu Gina pergi berbelanja bahan dan perlengkapan untuk pembukaan toko bunga yang sebentar lagi akan buka.
Gina membeli satu persatu bahan yang dia butuhkan sesuai dengan daftar yang sudah dia catat.
"Permisi Pak" ucap Gina masuk ke tempat penyedia bunga segar.
"Ya silahkan, mau bunga yang mana?" jawab pemiliknya dengan ramah.
"Sebenarnya saya ingin bertanya, apa saya bisa secara rutin memesan bunga segar dari toko ini dan di kirim ke alamat saya?" tanya Gina dengan antusias.
"Tentu saja bisa, silahkan duduk dulu"
Di sana Gina melakukan negosiasi perihal harga bunga setelah dia mendatangi beberapa penjual bunga di daerah tersebut.
Akhirnya di toko terakhir yang Gina datangi adalah tempat yang paling cocok untuk bekerja sama karena di sana menjual bunga segar dengan harga yang lebih murah dibanding toko lainnya.
Setelah pemasok bunga sudah di tentukan, Gina mencari bahan lain meskipun sudah merasa lelah setelah berkeliling cukup lama.
Saat itu sudah hampir jam 12 siang.
Gina mampir ke tempat makan untuk istirahat sejenak dan makan di sana.
Tanpa di sengaja di sana Gina bertemu dengan Mila istri dari kakak iparnya.
"Gina?" sapanya dengan senyum cerah.
"Kak Mila? sini duduk kak"
Bertemu dengan Mila membuat Gina merasa senang karena sifat Mila yang baik dan selalu ceria.
"Kenapa pergi sendiri sampai kesini Gina? apa yang sedang kamu cari?" tanya Mila merasa khawatir karena tempat itu jauh dari rumah ibu mertuanya.
"Rencananya aku mau buka toko bunga kak! cuma di tempat ini yang jual banyak bunga segar"
"Wah.. begitu ya? semoga berjalan lancar usahamu ya Gina. Nanti kakak rekomendasi kan ke teman kakak kalau toko mu sudah buka"
"Terimakasih banyak kak"
"Sama-sama! Oh, ya, bagaimana perkembangan hubungan mu sama Raka?"
"Dia kan masih muda kak! kenapa dianggap serius omongannya"
Gina selalu menampik pengakuan Raka yang sering dia ucapkan di hadapan keluarganya yang ingin menikahinya.
"Gina! jangan terlalu seperti itu! kakak lihat Raka serius dan memang suka sama kamu"
"Haha.. sudahlah kak! aku tidak tahu lagi cara membuat dia menyerah lagian aku belum bisa melupakan Abi" jawabnya sambil tertawa kecil.
"Yasudah tapi menurut jangan terlalu keras! kalau benar Raka tulus dan serius dengan niatnya, tidak ada salahnya untuk memberikan kesempatan, ya!"
Mila berusaha membuat Gina tidak menutup hatinya hanya karena belum bisa melupakan suaminya yang meninggal karena Mila berfikir bahwa Raka memang benar-benar serius dan sangat ingin bersanding dengan Gina.
"Baiklah!"
Gina dan Mila makan bersama dan berbincang seperlunya kemudian Mila pulang untuk menjemput anaknya dari rumah ibunya.
"Gina, kamu hati-hati ya! kakak pulang duluan"
"Oke kak, hati-hati juga"
"Iya"
Setelah Mila pulang, Gina melanjutkan hal yang belum selesai lalu membelinya dengan perhitungan yang tepat untuk memangkas uang modalnya dengan benar.
"Huft.. panasnya" Gina menyeka keringat yang mengucur.
Cuaca yang panas dan terik membuat Gina tidak kuat menahannya lalu memutuskan untuk pulang setelah semuanya sudah di beli.
Gina menyewa mobil karena belanjaannya banyak.
Sesampainya di rumah, Gina memasukkan barang belanjaannya di toko lalu mengunci tokonya kembali untuk menemui ibu mertuanya sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya.
"Bu! Gina pulang" ucapnya saat masuk ke rumah.
"Kamu sudah pulang? mau ibu buatkan minum?" tanya Dianti menyambut menantunya.
"Iya bu! oh, ya, ibu sudah makan?"
"Harusnya ibu yang tanya! kamu dari pagi pergi baru pulang sore hari, ibu sudah makan! kamu sudah makan?"
"Sudah bu! Gina permisi ke kamar dulu ya bu"
Gina masuk ke kamarnya meletakkan tas lalu mandi dan berganti pakaian karena dia berkeringat cukup banyak seharian berada di luar rumah.
Dia merasa lelah lalu berbaring sebentar sebelum melanjutkan membereskan toko namun tampaknya dia terlalu lelah hingga akhirnya dia tertidur.
Ibu mertuanya tidak membangunkan Gina karena tidak ingin mengganggunya.
Di sisi lain Raka di kantornya sedang mengadakan acara kenaikan pangkat dimana Raka naik pangkat menjadi manager di perusahaan itu karena kemampuannya dan kontribusi yang besar bagi perusahaan tersebut.
Raka sangat senang hingga tidak pernah terbayangkan baginya akan mendapatkan kemajuan yang cepat dalam karirnya.
"Selamat Pak Raka" ucap Anita salah satu rekan kerjanya.
"Terimakasih Bu Anita" jawabnya dengan sopan.
Di usia yang masih muda Raka termasuk orang yang cerdas dan dapat di percaya sehingga dia pantas mendapatkan jabatan tersebut.
Wajah yang tampan, tubuh yang tinggi serta kulit yang bersih dan penampilan yang keren dan rapi membuat Raka menjadi buah bibir di perusahaan itu.
Banyak perempuan yang tertarik dengannya namun dengan tegas Raka selalu mengatakan bahwa dia sudah memiliki calon istri yang menunggunya di rumah.
Mereka pun patah hati dengan cinta sepihak yang mereka rasakan terhadap Raka.
Namun berbeda halnya dengan Anita, meskipun dia mempunyai ketertarikan dengan Raka justru dia bersikap seolah tidak mempunyai perasaan khusus terhadapnya.
Sehingga Raka tidak memasang batas dengan Anita karena menganggapnya hanya rekan kerja yang baik ke dirinya.
"Wah.. hebat ya kamu Raka" ucap Roy dengan wajah mengejeknya.
"Maksudnya?" jawab Raka sedikit kesal.
"Setelah naik jabatan sekarang pintar menarik perhatian Anita" kata Roy yang iri.
"Aku tidak tahu apa maksudmu tapi jika itu perihal asmara, maaf! aku sudah punya calon istri yang sangat cantik" Raka menjawabnya dengan tegas.
"Aku tahu selama ini kamu cuma berkhayal seolah kamu populer dan sok jual mahal" jawabnya sambil menaikan pundak meremehkan Raka.
"Jaga mulutmu itu ya! tunggu saja undangannya!" Raka mengepalkan tinjunya namun dia menahan kekesalannya.
Roy semakin menjadi orang yang menyebalkan dan selalu mencari masalah tanpa memikirkan perasaan orang lain padahal Raka tidak pernah membuat masalah dengannya.
"Jangan terlalu emosi! aku kan cuma bercanda, aku pergi dulu dan santai saja Pak manager" ucap Roy meledeknya.
Dalam benaknya Raka sangat ingin Roy tidak mengganggunya lalu keluar dari perusahaan itu atau setidaknya di pindahkan ke Divisi lain agar dia bisa bekerja dengan tenang.
Hari itu Raka sibuk memindahkan barang-barangnya keruangan barunya dengan perasaan senang dan tidak sabar memberikan kabar bahagia itu kepada ibunya serta Gina dan kakaknya.
"Ibu pasti bangga! semoga kak Gina mau menerima ku yang sudah bisa melampaui kak Abi dan percaya bahwa aku serius dengannya" gumam Raka sambil memikirkan Gina.
Setiap harinya Raka tidak pernah sedikitpun melupakan senyuman Gina yang membuatnya jatuh cinta.
Sifat dan kelembutan hati Gina mampu membuat Raka luluh ingin secepatnya bersanding dengannya.
Meskipun terkadang terlintas kejadian saat dia tidak sengaja melihat tubuh Gina bahkan menyentuhnya namun Raka berusaha tidak berpikiran aneh terhadap Gina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments