Bab 9

Para warga yang berkumpul di bubarkan oleh Pak RT namun mereka masih berspekulasi bahwa Raka dan Gina telah melakukan hal yang tidak pantas meskipun kesalahpahaman itu sudah di luruskan.

"Kenapa harus terjadi hal seperti ini?" ucap Dianti sambil memegang kepalanya yang pusing menerima kenyataan yang mengejutkan.

"Maafkan Raka Bu!" kata Raka merasa bersalah.

Gina hanya terdiam menerima nasibnya yang harus menikah dengan adik iparnya.

"Ibu serahkan saja ke kalian! pusing memikirkan ini" Dianti masuk ke kamarnya untuk menenangkan dirinya.

Gina dan Raka yang masih duduk menjadi canggung.

"Kak! maafkan aku" ucap Raka sambil menatap Gina.

"Gak apa-apa! semua sudah terjadi meskipun ini gak adil untukmu yang gak melakukan kesalahan apapun seperti sebelumnya, hmph!"

"Meskipun aku ingin menikahi kakak tapi bukan dengan cara seperti ini kak! aku benar-benar merasa bersalah" ucapnya merasa sedih.

"Justru aku yang merasa tidak enak karena kamu harus menikahi ku yang seorang janda padahal kamu bisa menikah dengan gadis yang lebih baik di luar sana"

Gina merasa rendah diri karena statusnya yang sudah pernah menikah namun harus menikah lagi dengan adik iparnya.

Apalagi meskipun suaminya sudah meninggal, Gina masih sulit melupakan perasaannya untuk suaminya.

"Jangan bicara seperti itu kak! aku gak masalah mengenai status kakak, kuharap aku bisa menjadi suami yang baik untukmu kak!"

"Baiklah tapi Raka aku minta maaf karena aku belum bisa menerima perasaan mu, apa kamu gak keberatan?"

"Pelan-pelan saja kak! aku yakin suatu hari nanti kakak mau menerima ku"

"Yasudah lebih baik kamu ganti baju nanti masuk angin"

"Oke kak"

Niat hati Raka ingin memberikan kabar baik mengenai kenaikan jabatannya namun justru terjadi hal yang memalukan.

Hari itu Raka menginap karena hujan masih deras dan sudah malam.

Keesokan harinya.

Tok.. Tok..

"Raka bangun!" ucap Dianti di depan pintu kamar.

"Raka?"

Dianti terus memanggil anaknya namun tidak ada jawaban.

"Kenapa Bu? apa Raka belum bangun juga?" tanya Gina yang sedang menyiapkan sarapan.

"Iya, tumben sekali Raka belum bangun"

"Coba buka saja Bu" ucap Gina yang melewati depan kamar Raka.

Ceklek!

Untungnya pintu kamar Raka tidak terkunci sehingga Dianti bisa masuk.

"Raka? bangun!!"

Karena Raka tak kunjung bangun Dianti merasa khawatir setelah melihat wajah Raka tampaknya sedang dalam kondisi yang tidak baik hingga akhirnya Dianti menyentuh dahinya.

Ternyata Raka demam karena terkena air hujan dan dalam kondisi basah cukup lama.

"Gina! tolong kompres Raka!" ucap Dianti keluar dari kamarnya.

"Raka demam Bu?" tanya Gina merasa cemas.

"Iya pasti karena kehujanan kemarin"

"Sebentar Gina siapkan dulu"

"Tolong ya Gina" Dianti kembali ke kamar Raka untuk mengecek kondisinya.

Melihat anaknya sakit membuat Dianti takut seperti saat melihat Abi meninggal sehingga dia tidak kuat jika harus melihat anaknya sakit.

Setelah Gina datang untuk merawat Raka setelahnya Dianti keluar dari kamar anaknya.

Saat ini Raka masih tidur merasakan tubuhnya yang panas.

"Raka, kenapa bisa kamu jadi seperti ini?" ucap Gina sambil meletakan kain basah di keningnya.

"Ugh!" Raka terbangun karena terkejut dengan kain dingin di atas dahinya.

"Kak?" Raka tersenyum menatap wajah Gina.

"Iya, kamu tidur lagi ya! aku buatkan bubur dulu" ucap Gina yang beranjak dari kursi.

Grep!

Raka menggenggam tangan Gina dengan raut wajah yang sedih.

"Kenapa Raka?" Gina duduk kembali karena tidak tega.

"Kak! jangan pergi,hm? aku gak suka jauh dari kakak" ucap Raka dengan suara yang rendah.

"Baiklah tapi kamu harus tidur, biar cepat sembuh"

"Hmph!" Raka mengangguk dengan senang di temani oleh Gina.

Tangan Raka tidak mau melepaskan tangan Gina sehingga Gina hanya bisa menunggu sampai Raka tidur agar bisa lepas dari genggaman tangannya yang erat.

Setelah memastikan Raka tidur akhirnya Gina keluar dari kamar Raka dengan perlahan untuk membuat bubur untuknya.

"Raka! makan dulu ya?" ucap Gina yang membangunkan Raka sambil membawa bubur dan obat untuknya.

"Eum.. tapi mulut ku pahit kak" jawab Raka menggelengkan kepalanya.

"Katanya mau jadi suami yang baik! makan ya" Gina akhirnya menyuapi Raka yang tidak mau makan.

"Hmm" Raka akhirnya mau makan meskipun hanya beberapa suap saja.

Sifat baik yang selalu Gina terapkan cukup untuk membuat Raka nyaman berada di dekatnya.

Setelah makan dan minum obat, Raka kembali tidur untuk memulihkan kondisinya meskipun demamnya sudah mulai turun.

Untungnya hari itu Raka libur sehingga dia tidak perlu cuti karena sakit.

Setelah memastikan Raka tidur pulas, Gina keluar rumah untuk menata barang-barang yang ada di tokonya yang belum sempat dia tata ulang.

"Bu, Gina ke toko dulu"

"Iya"

Saat sedang membuka toko banyak orang yang lalu lalang sampai akhirnya Gina mendengar salah satu tetangganya sedang membicarakan dirinya dan Raka.

"Eh, ibu-ibu! kasihan almarhum Abi,ya? padahal waktu masih hidup dia sangat baik tapi istrinya malah merayu adiknya, ckck"

"Sstt!! jangan keras-keras nanti dia dengar" ucap salah satu tetangga itu sambil melirik kearah Gina.

Gina tidak terima dengan ucapan mereka lalu menghampiri para tetangga itu.

"Kalau ada yang mau ibu-ibu katakan ke saya silahkan! jangan lupa mampir ke toko saya kalau sudah buka ya!" ucap Gina sambil tersenyum lalu berbalik kembali ke tokonya.

"Tuh kan dia dengar! tapi dia tidak marah ya?" kata tetangga itu.

"Iya sudah...sudah.. lebih baik kita selesaikan belanjaan kita"

Sebenarnya Gina sangat ingin marah tapi dia bersikap sebaliknya agar tidak terjadi keributan lain yang justru membuat nama baik keluarga ibu mertuanya tercoreng.

Gina sibuk menyiapkan toko nya karena kemungkinan jika sudah selesai, akan di buka 2 hari lagi.

"Huft.. ternyata mereka mengira aku menggoda Raka"

"Sudahlah lebih baik aku lanjutkan saja pekerjaan ini dari pada memikirkan hal yang gak penting"

Gina terus menata dengan hati-hati sesuai dengan keinginannya.

Mulai dari menggeser meja, memasang hiasan semua dia lakukan sendiri kecuali sebelumnya dia meminta orang lain mengecat toko itu.

Semuanya sudah tertata rapi namun Gina masih merasa belum cukup lalu dia merubah sedikit posisi meja yang awalnya di sebelah kiri kini di ubah ke sisi kanan.

Setelah itu dia istirahat sejenak lalu mengunci kembali tokonya dan pulang ke rumah.

Gina tampak murung setelah mendengar banyak orang yang membicarakannya tapi dia berusaha bersikap biasa saja saat bertemu dengan ibu mertuanya.

"Bu! Gina pulang" ucapnya saat masuk ke dalam rumah.

"Sudah selesai?" tanya Dianti.

"Sudah Bu! oh,ya! gimana kondisi Raka sekarang?"

"Dia masih tidur dan demamnya juga sudah turun"

"Syukurlah"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!