Bab 16

Kata cinta yang selalu Raka bisikan terasa manis jika di dengar namun Gina hanya bisa tersenyum tanpa bisa menjawab dengan hal yang sama.

Meski kali ini dia sudah mulai membuka hatinya dan mulai terbiasa dengan setiap perhatian yang Raka berikan namun hatinya seakan masih terkunci rapat sedangkan kunci tersebut seolah ikut terkubur bersama dengan Abi dalam pusaranya.

Rutinitas sebagai istri mulai Gina lakukan kembali. Dia menyiapkan segala kebutuhan Raka seperti membuatkan sarapan sebelum Raka berangkat bekerja.

"Suamiku, apa aku boleh keluar nanti siang?" tanya Gina sedang menyiapkan baju ganti untuk Raka.

"Boleh, memangnya mau kemana istriku?" jawab Raka.

"Aku mau lihat daerah sekitar sini yang mungkin ada ruko kosong, aku pasti bosan kalau gak melakukan apapun" ucap Gina.

"Tapi hati-hati ya, jangan terlalu lelah. Nanti setelah pulang kerja, aku akan ajak kamu keliling ke sekitar sini, gimana?"

"Baiklah, tapi apa kamu gak capek?"

"Kalau bersama istriku mana mungkin aku capek" jawabnya sambil tersenyum.

Setelah percakapan singkat itu,mereka pun turun kebawah untuk sarapan bersama.

"Wah, apa semua ini istriku yang masak?" ucap Raka merasa takjub.

"Iya, pokoknya suamiku jangan sampai lupa sarapan karena sarapan itu penting" ucap Gina sambil menyiapkannya.

"Terimakasih istriku"

Raka sangat senang di perlakuan dengan baik oleh Gina dan untuk pertama kalinya di masakkan khusus untuknya. Bukan hanya sekedar makan yang di peruntukan untuk keluarganya seperti saat sebelum menikah.

"Istriku, aku berangkat kerja dulu, ya. Kamu hati-hati dan hubungi aku kapan saja kalau ada hal yang mengganggumu"

"Iya suamiku, kamu hati-hati dijalan"

"Cup" Raka mencium kening Diana lalu membelai rambutnya.

Akhirnya Raka berangkat bekerja setelah beberapa hari tidak masuk kerja karena cuti menikah.

*

*

Sesampainya di kantor Raka mendapatkan banyak ucapan selamat dari rekan kantornya tak terkecuali Roy.

"Wah, selamat ya! ternyata kamu memang luar biasa ya Raka, haha" ucapnya meledek Raka.

"Oh! terimakasih" jawab Raka dengan ketus.

Raka tahu setiap maksud dari perkataan Roy yang selalu usil itu sehingga dia tidak ada waktu untuk menanggapinya.

Dengan sendirinya Roy pergi setelah Raka tidak terprovokasi dengan perkataannya.

Hari pertama bekerja lagi rasanya Raka lebih bersemangat karena sudah mendapatkan energi yang banyak dari rasa bahagianya bersama Gina.

Tok.. Tok..

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya di sela pekerjaannya.

"Pak Raka, ini saya Anita" ucapnya dari balik pintu.

"Ya, silahkan masuk" jawab Raka.

Anita hari itu berpenampilan lebih cantik dari pada sebelumnya bahkan dia terlihat jauh lebih berbeda dengan gaya rambutnya yang baru.

"Ada apa bu Anita?" tanya Raka.

"Saya membawa laporan tim Pak Raka, ini dokumennya" jawabnya sambil menyerahkan laporan tersebut.

"Terimakasih" ucap Raka melihat dokumen tersebut.

Anita masih berdiri di depan Raka dengan menatap wajah Raka yang terlihat semakin tampan dan lebih cerah dari biasanya.

"Apa ada yang masih mau di laporkan bu Anita?" tanya Raka lagi.

"Ah! tidak ada Pak, maaf saya pamit keluar sekarang" jawabnya tersipu malu.

"Kenapa Anita aneh hari ini? dia juga terlihat berbeda, bukannya sebelumnya dia.. hmph! sudahlah tidak penting" benak Raka.

Dengan perasaan malu, Anita keluar dari ruangan Raka.

Dia yang awalnya memang menaruh perasaan terhadap Raka, kini perasaannya jauh lebih berkembang dari biasanya justru setelah Raka sudah menikah.

Dia merasa tidak rela, Raka menikah bukan dengan gadis perawan sepertinya tapi justru malah menikah dengan mantan kakak iparnya.

Harga dirinya seolah terluka karena Raka tidak melihatnya sebagai wanita melainkan hanya sebatas rekan kerja saja.

"Aku akan berusaha membuat Raka menjadi milikku, apa hebatnya wanita tua itu" dalam benak Anita.

Dia mengibaskan rambutnya dan berjalan dengan santai menuju ke meja kerjanya.

Anita mulai untuk merebut Raka dari tangan Gina.

Di sisi lain Gina sedang sibuknya mencari tempat untuk cabang toko bunganya.

Dia juga sebelumnya sudah mengecek kondisi toko bunga di tempat ibu mertuanya melalui sambungan telepon.

"Huh, apa disini ada tempat yang bagus? hmph! kita coba lihat saja" ucap Gina.

Saat Gina sedang mengunci pintu gerbang rumahnya. Tiba-tiba ada yang menyapanya.

"Apa ini istrinya Raka?" ucap wanita yang lebih tua darinya.

"Iya bu, saya Gina istrinya Raka" jawab Gina sambil tersenyum.

"Oh, begitu ya? Gina saya Karin tetangga sebelah, salam kenal, ya? kalau ada apa-apa datang saja kerumah saya, Raka pasti sedang kerja kan?" ucapnya dengan ramah.

"Iya terimakasih ya bu Karin, saya mau pergi sebentar" jawab Gina.

"Yasudah hati-hati"

Gina bukannya bersikap menutup diri namun dia merasa tidak nyaman jika mengingat tetangga di tempat ibu mertuanya yang suka membicarakan keburukan orang lain.

Dia takut tetangga di rumah Raka juga sama dengan mereka tapi melihat dari cara Karin bicara sepertinya dia orang baik.

"Kuharap semua orang seperti bu Karin yang baik" gumam Gina.

Gina berjalan di sekitar jalan raya yang terdapat banyak pertokoan, dia melihat di kanan kiri jalan namun disana sudah cukup ramai toko yang menjual berbagai barang maupun makanan.

"Semuanya terlihat penuh, hmph! sepertinya susah cari tempat di sekitar sini"

Gina berjalan cukup jauh dan sudah 2 jam berkeliling disana tapi tidak menemukan hasil sama sekali.

Di sana semua pertokoan itu sudah ada yang menyewa sedangkan Gina sudah sangat senang jika dia bisa membuka toko bunganya disana karena terlihat cukup ramai.

Setelah tidak mendapatkan hasilnya, Gina pulang kerumah dengan tubuh yang penuh dengan keringat.

"Huh, panas sekali di kompleks sini" ucap Gina.

"Gimana, kabar ibu hari ini, ya? apa sudah makan?"

Gina teringat kepada ibu mertuanya yang selalu bersamanya selama ini.

Baru sehari tidak bersama rasanya hampa apalagi ibu mertuanya sudah tua, dia khawatir ibu mertuanya mengalami kesulitan dan kelelahan dirumah sendirian.

"Lebih baik aku menghubungi ibu, aku takut ibu kenapa-kenapa"

Gina masuk ke dalam rumah lalu menyegarkan tubuhnya dengan mandi dan rebahan di sofa.

Dia juga tidak lupa menghubungi ibu mertuanya.

Disana ibu mertuanya dalam keadaan baik-baik saja dan Gina juga di minta agar tidak terlalu berlebihan dalam memikirkan ibu mertuanya.

Dianti selalu mengingatkan Gina untuk lebih fokus ke rumah tangganya alih-alih selalu khawatir dengan ibu mertuanya.

Dianti tidak ingin anaknya tidak mendapatkan kasih sayang dari Gina yang justru sibuk memikirkan hal lain. Apalagi Dianti tahu bahwa Gina tidak mencintai Raka karena masih belum bisa melupakan Abi, anak yang paling Dianti sayang karena perhatiannya yang sangat besar terhadap dirinya selama ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!