Bab 5

"Kenapa semuanya menjadi rumit" kata Gina mondar-mandir di kamarnya tanpa henti.

Gina tidak bisa terus menempatkan Raka dalam kehidupan percintaannya karena semua itu di rasa tidak mungkin bila mana terjadi.

Tapi jika dia keluar dari rumah itu dia tidak tega melihat ibu mertuanya harus hidup sendirian dimana setelah kematian Abi sudah seminggu berlalu, baik Anton maupun Raka pasti kembali ke rumah mereka masing-masing.

Meskipun Gina ingin tinggal sendirian di rumah milik Abi namun ia selalu teringat janjinya untuk selalu menjaga ibu mertuanya dengan baik.

Keesokan harinya mereka semua berkumpul bersama untuk berpamitan sedangkan Gina mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Bu, Anton pamit ya, jaga kesehatan ibu" ucapnya sambil memeluk ibunya.

"Iya, kamu juga harus jaga kesehatan dan jaga istri dan anak mu dengan baik" kata ibunya merasa sedih berpisah lagi dengan anaknya.

"Tentu saja Bu" jawabnya dengan perasaan sedih.

Anton dan keluarganya pulang ke rumah mereka setelah selesai berpamitan dengan ibunya serta Gina dan Raka.

Sedangkan Raka masih dalam pemikiran yang sama meskipun Gina selalu menolak keras dirinya.

"Bu, Raka pamit ya! sesekali Raka pasti ke rumah ibu" ucapnya sambil mencium tangan ibunya.

"Iya Raka, pokoknya kamu harus hati-hati"

"Iya ibuku yang paling cantik, tolong jaga baik-baik calon istriku"

"Sstt! Raka apa-apaan maksudmu" celetuk Gina merasa tidak enak dengan ibu mertuanya.

"Biarkan saja dia seperti itu Gina! paling dia hanya bercanda" jawab ibunya sambil menjewer telinga Raka.

"Akh! sakit Bu, memangnya aku anak kecil? aku serius, kak Gina tunggu saja nanti aku pasti bisa membuat kakak jatuh cinta hingga tidak bisa lepas dariku" Raka sangat gigih dengan pendiriannya untuk bisa memiliki Gina.

Gina semakin tidak mengerti dengan sikap Raka namun dia berfikir Raka pasti sedang bercanda dan tidak mungkin serius dengan ucapannya.

"Jangan merindukan ku, ya? haha" tawanya terdengar kencang sambil berjalan keluar rumah.

"Anak itu semakin aneh! jangan di dengar omong kosongnya Gina! ibu tidak mau kamu mengharapkan hal yang sia-sia" kata Dianti sambil menghela nafasnya.

"Iya Bu, mana mungkin Raka serius mau menikah dengan ku" ucap Gina dengan ekspresi sedih sambil mengerutkan keningnya.

Rumah yang awalnya ramai dengan anggota keluarga yang lengkap kini hanya ditinggali oleh 2 orang wanita yang tidak memiliki hubungan darah namun sudah saling menganggap berharga satu sama lain.

Hidup sendiri tanpa orang tua membuat Gina ingin setidaknya berbakti dengan ibu mertuanya yang sudah memperlakukan dirinya sangat baik seperti anak kandungnya sendiri.

"Bu, apa Gina boleh membuka usaha di toko milik ibu?" Ijinnya sambil menggandeng ibu mertuanya.

"Boleh, memangnya kamu mau buka usaha apa?" Dianti dengan senang hati membiarkan Gina membuka usaha di tokonya yang sudah tidak beroperasi.

"Aku mau buka toko bunga Bu! apalagi tidak perlu berjauhan dari ibu" ucap Gina yang selalu memikirkan ibu mertuanya.

Letak toko yang berada di samping rumah setidaknya memudahkan Gina untuk memperhatikan keadaan ibu mertuanya.

"Terserah kamu nak, silahkan saja" jawabnya dengan senang.

"Terimakasih Bu"

Selama menikah dengan Abi tidak ada yang Gina lakukan selain mengurus pekerjaan rumah tangga.

Selepas kepergian suaminya, dia harus menghidupi dirinya sendiri dengan usahanya dan agar tidak membebani ibu mertuanya.

Disisi lain Raka sedang memikirkan cara yang tepat untuk bisa membuat Gina jatuh cinta kepadanya.

Tanpa disadari dia melamun di tengah pekerjaannya yang menumpuk.

"Woi, Raka!" kata Roy rekan kerja Raka menepuk pundaknya.

"Astaga! kamu sengaja mau buat orang jantungan?" Raka terkejut hingga merasa kesal.

"Maaf, jangan marah dong" jawabnya dengan santai.

"Hmph! sudah jangan bercanda! aku mau lanjut kerja lagi" ucap Raka semakin kesal.

Bukannya meminta maaf dengan benar justru Roy bersikap seenaknya seolah itu bukan masalah besar baginya.

Selama bekerja di kantor tersebut Raka memang merasa tidak nyaman jika berada dekat dengan Roy, itulah sebabnya dia berusaha menghindar agar tidak berurusan dengannya.

Namun Roy yang tidak peka selalu memperlakukan orang tanpa memikirkan perasaannya.

"Kamu marah ya Raka? Yasudah maaf kalau aku ganggu kamu" jawabnya merasa tidak bersalah lalu pergi begitu saja dengan entengnya.

Dalam benak Raka "Bisa-bisanya ada orang yang aneh seperti dia! untung saja aku sabar, kalau tidak yang ada tinju ku melayang ke wajah tidak tahu malunya"

Raka dengan perasaan kesal melanjutkan pekerjaannya.

Raka bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak menjual produk olahraga. Tubuhnya yang atletis sudah dia dapatkan sejak sekolah menengah hingga dia sangat tertarik di bidang olahraga khususnya Badminton.

"Di saat seperti ini, aku ingin bertemu dengan kak Gina" gumamnya sambil mengetik.

Sementara Raka sibuk dengan pekerjaannya, kali ini Gina sedang merancang beberapa hal yang harus dia siapkan untuk membuka usahanya.

"Aku tidak boleh berlarut dalam kesedihan! aku harus bisa bertahan dan berusaha maju tanpa menjadi beban siapapun"

Gina mulai mencatat berbagai macam perlengkapan yang di butuhkan yang memerlukan biaya yang cukup banyak.

Selama menikah dengan Abi, tabungan Gina sudah cukup banyak untuk membuka usahanya.

Setelah selesai membuat daftar yang akan dia beli, Gina menyiapkan makan malam untuknya dan ibu mertuanya.

"Sementara ini sepertinya ibu harus makan makanan yang lembut, apalagi pencernaan ku juga sedikit terganggu"

Dengan perasaan tenang Gina membuat makanan lalu menatanya dengan rapi.

Tok.. Tok..! Gina mengetuk kamar ibu mertuanya.

"Bu, makanannya sudah siap" kata Gina di depan pintu.

"Iya Gina, ibu sebentar lagi keluar" sahutnya dengan suara yang sedikit kencang.

Gina menunggu ibu mertuanya keluar untuk makan bersama.

Dimeja yang besar dengan kursi yang berjejer rapi hanya ada mereka berdua yang duduk di sana.

Rumah yang luas itu tampak sepi namun suasana seperti itu sudah menjadi rutinitas Gina meskipun saat suaminya masih hidup.

Tinggal berdua dengan ibu mertuanya tidak berjalan mulus di awalnya karena Gina selalu merasa tidak enak jika dia bersikap kekanakan selalu menanyakan suaminya yang jarang pulang dengan merengek saat menghubungi suaminya dan di ketahui oleh ibu mertuanya tanpa di sengaja.

Saat itu ibu mertuanya sempat memarahi Gina karena tidak memahami kondisi Abi yang sedang bekerja keras untuk bisa membahagiakannya.

Lambat laun hubungan mereka menjadi lebih akrab setelah saling memahami sifat dan karakter masing-masing.

Justru ibu mertuanya mejadi lebih menganggap seperti anaknya sendiri hingga membuat Abi sedikit cemburu saat ibunya lebih perhatian dengan Gina.

Beberapa menit kemudian ibu mertuanya datang untuk makan.

Gina menyambutnya dengan senang lalu membantu mengambilkan makanan untuknya.

"Makan yang banyak ya Bu!" ucapnya dengan tersenyum.

"Terimakasih Gina"

Perhatian yang Gina berikan selalu membuat Dianti merasa seperti di perhatikan oleh anaknya sendiri.

Mereka pun makan bersama lalu setelahnya berbincang seperti biasanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!