Bab 14

"Istriku, apa aku boleh memanggilmu dengan namamu?" celetuk Raka.

"Boleh. Lakukan apapun yang kamu mau asal itu benar, suamiku" jawab Gina.

"Gina..?" Dengan sedikit ragu Raka memanggil istrinya.

"Iya suamiku" Gina tersenyum menatap Raka yang sedang mendekapnya.

"Istriku lebih baik simpan senyumanmu karena aku gak bisa menahan diriku kalau harus melihat senyummu yang manis itu"

Gina semakin tidak mengerti dengan sisi Raka yang selalu terprovokasi meski hanya dengan senyuman.

Berbeda dengan Abi yang terlihat lebih pendiam, Raka justru kebalikannya yang selalu mengungkapkan perasaannya dengan terus terang.

"Iya baiklah, aku akan menyembunyikan wajahku ke dada suamiku" canda Gina.

"Geli istriku! Gina! jangan seperti itu" Raka mencoba melepaskan dekapan Gina.

Namun Gina terus berusaha membuat Raka merasakan hal yang sama dengannya karena sentuhan Raka yang terkadang membuatnya tergelitik meski sedikit berbeda sensasinya.

Gina mencoba yang terbaik untuk membuat perasaan suaminya senang karena dia sudah memahami kewajibannya sebagai istri meski dia belum mencintai Raka.

Keesokan harinya mereka masih berada di hotel dan menikmati waktu bersama hingga sore hari sebelum pulang kerumah.

"Suamiku, kenapa kamu bengong?" tanya Gina merasa cemas.

"Hmph.. sebenarnya aku sedang bingung istriku" jawabnya dengan ekspresi sedih.

"Kenapa? apa ada masalah?" Gina menyentuh bahu suaminya.

"Kita bahkan belum membahas soal tempat tinggal kita sayang, apa aku harus bolak-balik ke rumah ibu? mana bisa aku menahan diriku selama seminggu gak ketemu" ucap Raka.

Pembicaraan mengenai masalah tempat tinggal memang sebelumnya masih buntu karena Gina merasa khawatir dengan ibu mertuanya jika tinggal sendiri apalagi toko Gina berada di sana sedangkan jika Raka tinggal di rumah ibunya, dia akan kelelahan menyetir karena jarak tempat kerjanya yang jauh.

"Aku juga bingung suamiku, sekarang usaha toko bunga ku juga sedang berkembang misalnya aku ikut denganmu nanti siapa yang menjaga ibu?"

"Hmm.. benar juga tapi-" ucap Raka.

"Ah? aku tahu solusinya, gimana kalau aku tinggal denganmu tapi setiap 2 hari sekali aku ke tempat ibu lalu mengecek toko" celetuk Gina.

"Tapi, kamu pasti lelah kalau seperti itu sayang. Lebih baik kita pikirkan lagi nanti saat pulang, gimana?"

"Oke"

Raka dan Gina akhirnya pulang kerumah ibunya.

Setibanya disana mereka masih berfikir langkah apa yang nantinya harus di ambil untuk kedepannya.

Mereka duduk di ruang tamu setelah masuk ke kamar Gina untuk membahas masalah tempat tinggal mereka.

"Istriku, apa ibu kita ajak saja tinggal dirumahku? kalau masalah toko kamu bisa buka cabang di tempat yang tidak jauh dari rumah, gimana?" ucap Raka.

"Bukan ide yang buruk tapi pasti butuh banyak modal untuk buka cabang baru" jawab Gina.

"Kalau kamu masih ragu karena gak cukup modalnya, aku bisa memberimu modal istriku. Jadi kamu tidak perlu cemas"

"Hmph! bukan itu yang kupikirkan suamiku, aku punya cukup modal hanya saja aku gak tahu rasanya masih mengganjal"

Di sela obrolan mereka Dianti berjalan lewat di depan mereka kemudian duduk di depannya.

"Gina, ibu mau bicara" ucapnya dengan ekspresi serius.

"Iya bu, silahkan" jawabnya dengan sopan.

"Karena kamu sudah menikah lagi, sekarang kamu gak perlu repot menjaga ibu lagi disini. Kamu harus menjadi istri yang baik untuk Raka" kata Dianti.

Baik Raka dan Gina mereka terkejut karena Dianti tahu apa yang sedang mereka khawatirkan.

"Tapi bu, apa ibu gak bisa ikut kami saja?" tanya Raka.

"Tidak perlu, lagian ibu suka tinggal disini dan kalian kan bisa kesini setiap hari libur" ucapnya dengan tersenyum.

"Baiklah kalau memang seperti itu tapi ibu kabari kami kalau ada apa-apa" kata Raka.

Meski Gina merasa bersalah karena tidak bisa menepati janjinya lagi ke Abi namun kali ini dia juga harus mendengarkan pendapat dari ibu mertuanya apalagi sekarang Raka adalah suaminya.

Gina menatap ke arah Raka dan tidak tega jika melihatnya harus kecewa sehingga Gina memutuskan untuk menerima hal tersebut.

"Iya ibu hati-hati dirumah, Gina akan sering berkunjung ke rumah" ucap Gina sambil menyentuh tangan ibu mertuanya.

"Kamu memang anak yang baik Gina, berbahagialah karena kamu berhak menerima itu semua"

"Terimakasih bu"

Akhirnya permasalahan pun beres lalu setelah itu mereka memutuskan untuk pindah di hari esoknya karena lelah menginap semalam dirumah itu.

Saat malam tiba, Raka teringat saat kejadian dia tidak sengaja menyentuh dada Gina.

"Suamiku, kamu kenapa?" tanya Gina yang duduk di sampingnya di atas ranjang.

"Aku sedang memikirkan hal lain istriku, ayo kita tidur"

"Eum..bukan memikirkan wanita lain kan?" tanya Gina mulai merasa cemburu.

"Haha.. sekarang istriku cemburu ke hal yang gak ada?" Raka merasa senang mendengarnya.

Gina merebahkan badannya dengan merajuk dan memiringkan posisinya membelakangi Raka.

"Sayang, jangan ngambek! sebenarnya aku memikirkanmu tapi pasti kamu malu kalau tahu apa yang ku pikirkan" ucap Raka mencoba membuat istrinya berhenti merajuk.

"Bohong, pasti itu cuma alasan kamu kan?" tanya Gina lagi masih merajuk.

"Baiklah. Aku akan jujur!" ucap Raka.

"Sebenarnya aku memikirkan saat gak sengaja menyentuh dada istriku yang lembut" bisik Raka di telinga Gina.

Wajah Gina langsung memerah dan tersipu malu hingga dia tersenyum menahan dirinya untuk tidak meledek Raka.

"Istriku, kenapa kamu gak berbalik? bukannya aku sudah jujur?"

"Eum.. baiklah" Gina berbalik ke arah Raka namun dengan masih merasa malu hingga tidak berani menatapnya.

"Kenapa wajahmu merah sayang? apa kamu sakit?" tanya Raka merasa khawatir.

"Aku baik-baik aja suamiku, ayo cepat kita tidur"

"Hmm.. iya"

"Aneh, kenapa istriku terlihat malu? apalagi dia gak berani menatapku? apa dia menginginkan hal lain? atau dia mau melakukannya lagi?haha, dia bertingkah lucu" benak Raka.

Meski Raka ingin menyentuh terus tubuh istrinya namun malam itu Raka mencoba untuk tidak melakukannya karena mungkin Gina akan kelelahan sehingga Raka hanya memeluk Gina yang tidur di sampingnya.

Untuk pertama kalinya dia tidur di kamar Gina yang mengawali semua takdirnya hingga bisa menjadi suaminya seperti sekarang.

"Istriku sangat cantik" ucap Raka sambil mencium kening istrinya lalu mendekapnya dalam pelukan hangat.

Mereka tidur dengan nyenyak dan nyaman di ranjang yang sama.

Sedangkan keesokan harinya mereka akan di sibukkan dengan membereskan bawang bawaan Gina yang akan dibawa kerumah Raka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!