Pagi itu Gina sedang sibuk membersihkan toko milik ibu mertuanya yang sudah lama tidak di gunakan.
Dia berusaha melakukannya sendiri meskipun ibu mertuanya meminta seseorang membantunya.
"Gina, ini kan pekerjaan yang berat kenapa kamu tidak menuruti ibu? biarkan si yanto membantu mu" kata Dianti merasa cemas.
"Tidak apa-apa bu, paling nanti Gina minta tolong untuk mengecat ulang tempat ini" jawabnya sambil membersihan debu yang tebal.
"Syukurlah kalau kamu mendengarkan ibu, jangan terlalu di paksakan! pelan-pelan saja, ibu tidak mau kamu sakit"
"Iya bu, tapi lebih baik ibu masuk ke dalam saja! disini kotor banyak debu"
"Baiklah, ibu buatkan minuman dulu nanti kamu minum saja kalau sudah selesai"
"Terimakasih bu"
Gina dengan semangat penuh membersihkan tempat tersebut dengan perasaan yang sudah lebih baik dan tidak terlalu berlarut dalam kesedihan meskipun sesekali bayangan suaminya terlintas di benaknya.
Saat itu hari libur bagi Raka sehingga sudah waktunya untuk berkunjung ke rumah ibunya sesuai dengan janji yang selalu ia katakan.
Sesampainya di sana dia tidak melihat Gina dan hal itu membuatnya khawatir.
"Bu kenapa sendirian? kak Gina kemana?" tanya Raka merasa resah.
"Memangnya kamu tidak lihat? Gina di toko" jawab ibunya merasa cemas.
"Ku pikir dia kemana, maaf Bu tadi aku tidak lewat samping sana" Raka merasa lega setelah tahu posisi Gina.
"Hampir saja ibu khawatir! minum dulu, tadi ibu buat jus buah buat Gina dan ada 1 lagi bisa buat kamu"
"Terimakasih bu! Raka mau ke kak Gina"
"Ternyata anak ibu bukan kangen ibunya tapi Gina?"
"Ibuku yang cantik ini ternyata cemburuan, ya? tentu saja aku kangen ibu tapi aku juga ingin tahu kabar orang yang ku sayang" jawabnya dengan kata-kata manisnya.
Dianti menggelengkan kepalanya merasa heran dengan sifat anaknya yang berbeda dari saudara yang lainnya.
Raka bermulut manis dan selalu melakukan hal dengan impulsif berbeda dengan Anton yang mempunyai sifat yang keras dan Abi yang lebih lembut dan perhatian.
"Kenapa bu?" Raka memperhatikan ibunya yang seolah angkat tangan dengan sikapnya.
"Apa yang seperti ini benar sudah siap menikah? bagaimana Gina mau membuka hatinya, ibu perhatikan sepertinya kamu tidak serius"
"Ibu terlalu menyepelekan bakat terpendam anaknya, padahal banyak yang mengantri ingin jadi menantu ibu lho! tapi tenang saja aku ini pemilih dan setia jadi kak Gina pasti jatuh cinta nantinya" jawabnya dengan percaya diri.
"Yasudah! ibu tidak mau pusing, kalaupun ibu tidak setuju pasti kamu tetap dengan keinginan mu itu kan? asal jangan sampai membuat Gina terluka saja karena dia anak yang baik"
"Tentu saja bu, jangan khawatir"
Raka mengambil jus buatan ibunya lalu membawanya untuk Gina yang sedang berada di toko.
"Kak, apa ada yang bisa ku bantu?" kata Raka dengan antusias.
"Raka? ada apa kesini? kenapa tidak ke ibu saja! disini kan kotor banyak debu" jawab Gina sambil menyeka keringatnya.
"Aku sudah bertemu ibu kok! oh, ya! ini minum dulu kak" ucapnya sambil memberikan minuman.
"Terimakasih Raka" Gina menerima minuman itu dan langsung meminumnya.
Rasa haus pun hilang seketika setelah minum jus yang dingin itu.
"Omong-omong, kenapa kamu masih disini Raka?" ucap Gina dengan ketus.
"Kak, kenapa dingin sekali? padahal kan aku ingin bertemu kakak, apa kakak tidak merindukan ku?" jawabnya sambil manyun.
"Haha.. dasar anak ini! mau sampai kapan kamu bercanda seperti itu" Gina tidak menghiraukan setiap kata yang Raka lontarkan dengan manisnya.
Kemudian dia lanjut membersihkan langit-langit atap karena banyak yang menempel.
"Aku bantu ya kak" ucap Raka sambil merebut sapu panjang di tangan Gina.
"Tidak usah Raka, banyak debu nanti kotor bajumu" Gina menahan sapu itu takut Raka kotor jika membantunya.
"Tidak masalah kak! sepertinya kakak sudah lelah, biarkan calon suamimu ini yang membantu"
"Yasudah kalau kamu memaksa tapi apa-apaan calon suami? huh.." gumamnya sambil duduk di kursi depan.
Raka tersenyum mendengar respon tidak senangnya Gina karena memang dia ingin mendapatkan perhatian dari Gina meskipun dengan cara yang membuat Gina kesal.
Setelah beberapa menit Raka membantu tiba-tiba matanya kelilipan tanpa di sengaja.
"Akh.. kak Gina tolong aku" ucapnya menahan perih.
"Kenapa Raka?" jawabnya berdiri menghampiri Raka.
"Mataku kelilipan kak, tolong tiup" kata Raka yang menutup sebelah matanya.
"Ya, ya! sebentar" Gina melepas sarung tangannya lalu menyentuh kelopak mata Raka lalu meniupnya.
Setelah itu mata Raka terlihat merah karena debu yang masuk ke matanya cukup banyak.
"Terimakasih kak!" ucapnya sambil tersenyum.
"Sama-sama tapi Raka matamu merah, kamu ke dalam duluan saja lalu jangan lupa di cuci dengan air bersih agar tidak iritasi, aku ke depan sebentar beli tetes mata" jawabnya merasa khawatir.
"Oke kak"
Raka senang mendapatkan perhatian dari Gina meskipun tindakan Gina murni hanya ingin menolongnya.
Dianti yang sedang duduk di teras merasa khawatir karena Raka pulang dengan ekspresi yang aneh.
"Kamu kenapa Raka? mata kamu merah!" ucapnya sangat cemas.
"Cuma kelilipan kok, kenapa kalian bereaksi berlebihan"
"Anak ibu ini di saat seperti ini baru bersikap dewasa padahal ibu sangat khawatir, cepat bersihkan dulu!"
"Iya bu"
Raka mengikuti sesuai yang ibunya dan Gina katakan.
Dalam hal seperti ini sebenarnya Raka tidak suka jika di perlakuan seperti anak kecil apalagi Gina juga bersikap sama seperti ibunya.
Dia tidak ingin terlihat kekanakan di depan Gina namun justru Gina menganggap dirinya seperti adiknya sendiri.
"Huft.. gimana caranya bisa membuat kak Gina melihatku dengan cara lain? apa aku anak kecil?" ucapnya merasa kesal.
Raka duduk di ruang keluarga setelah membersihkan matanya dan sudah terasa lebih baik dari sebelumnya.
"Raka, pakai tetes mata ini" ucap Gina sambil memberikannya.
"Terimakasih kak, padahal tidak perlu repot seperti ini"
"Siapa yang repot! sudah pakai saja, aku mau ke depan lagi"
"Tapi kak, apa tidak lelah? nanti ku bantu lagi"
"Tidak usah Raka! sudah selesai kok tinggal di cat saja besok sama pak yanto"
Gina ke depan untuk mengunci pintu toko setelah selesai membersihkannya.
"Bu sebenarnya apa yang mau kak Gina lakukan?" Raka menemui ibunya untuk bertanya karena penasaran.
"Oh, itu.. Gina mau buka usaha kalau tidak salah mau buat toko bunga"
"Wah.. hebat juga ya! tapi apa tidak lelah nantinya?"
"Kenapa tanya ibu? kalau penasaran tanya saja ke Gina"
"Bukan begitu maksudnya bu, aku tidak mau calon istriku terlalu lelah"
"Astaga! anak ini semakin pintar bicara, apa kamu tidak memikirkan almarhum kakakmu?"
"Yah, ibu! aku juga sedih tapi aku juga tidak bisa melupakan perasaan ini dengan mudah"
Raka merasa sedih mendengar ibunya menyebut soal kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments