Setelah merasa cukup tenang bercerita di depan orang yang tidur, Gina keluar dari kamar Raka dengan perasaan yang sedikit lebih tenang.
"Hah?! apa yang kudengar barusan?" Raka membuka matanya setelah memastikan Gina sudah keluar.
Meski tidak bermaksud mencuri dengar namun Raka mulai mengerti apa yang di khawatirkan oleh Gina hingga membuatnya sulit untuk menerimanya.
Kali ini Raka meyakinkan dirinya untuk lebih berusaha membuat Gina percaya dan mau membuka hatinya.
Keesokan harinya Raka tetap masuk kerja meskipun kondisi tubuhnya masih sedikit lemas tapi dia merasa sudah jauh lebih baik.
"Bu, Raka pamit berangkat kerja dulu, ya?" ucapnya sambil mencium tangan ibunya.
"Lho, kamu kan belum sembuh Raka! cuti saja!" kata Dianti merasa cemas.
"Sudah baikan kok bu!" jawabnya dengan keras kepala.
Gina sampai menggelengkan kepalanya melihat Raka yang terlalu memaksakan dirinya.
"Biarkan saja dia bu! mungkin dia berniat pingsan di jalan" ucap Gina yang kesal.
"Kakak kok gitu?" kata Raka yang bingung dengan sikap Gina.
"Apa salahnya sih istirahat sampai benar-benar sembuh! apa kamu gak mikirin kesehatan kamu?" Gina terus mengomel karena khawatir.
"Iya benar apa kata Gina! menurut saja kali ini!"
"Wah.. kalian kompak ya! hmph! baiklah aku gak jadi berangkat"
Akhirnya Raka mengurungkan niatnya untuk berangkat kerja setelah mendapatkan ijin dari kantornya.
Raut wajah Dianti dan Gina menjadi lebih baik dengan senyum di wajahnya.
"Padahal aku sudah baikan tapi malah dirumah, huft! apa yang harus ku lakukan?" Raka merasa bosan berdiam diri dirumah.
Beberapa menit kemudian Gina sibuk mempersiapkan semua persiapan untuk pembukaan tokonya hari ini.
Raka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk membantu Gina.
"Kak! aku bantu, ya?" pintanya dengan raut wajah memelas.
"Gak usah! kamu kan masih sakit!" jawab Gina dengan tegas.
"Aku bukan anak kecil kak! sini aku bantu" Raka mengambil kardus dari tangan Gina.
"Huft! kamu memang keras kepala ya Raka"
Akhirnya Gina tidak bisa menolak bantuan dari Raka dan mereka berdua berjalan bersama ke toko.
Seperti biasanya pagi itu para tetangga sedang berkumpul di depan tukang sayur lalu menatap ke arah mereka.
"Wah.. calon pengantin ternyata mesra ya?" sapa salah satu dari mereka.
Baik Raka maupun Gina merasa tidak nyaman dengan tatapan mereka.
Dalam benak Raka "Oh jadi ini yang kemarin kak Gina bilang, ternyata mereka suka membicarakan orang lain, hmph!"
Mereka membalasnya dengan tersenyum tanpa perlu banyak bicara dan langsung membenahi barang yang menumpuk untuk di atur lebih rapi.
"Kak! jangan dengerin omongan tetangga! cuma buat emosi" ucap Raka.
"Iya sudah biasa" jawab Gina dengan santai.
Gina tidak memperdulikan pembicaraan mereka dan hanya menyibukkan dirinya merapikan tokonya.
"Apa ada yang bisa ku bantu lagi kak?" tanya Raka.
"Sudah selesai semua kok, kamu bisa pulang temani ibu"
"Hmph! baiklah tapi telfon aku kalau kakak butuh bantuan, oke?"
"Iya Raka"
Pelan tapi pasti itulah yang kini Raka lakukan, tanpa memaksakan perasaan Gina dan tetap berada di jalur yang benar dalam pendekatan yang di lakukan.
Hari itu Toko Bunga Gina akhirnya di buka.
Di toko itu melayani pemesanan buket bunga, papan bunga dan pembelian satuan tergantung kebutuhan orang yang datang.
Gina juga memposting foto tokonya di media sosial miliknya sebagai sarana promosi yang lebih luas.
"Wah.. ternyata banyak yang suka dengan postingan ku, semoga ada yang tertarik dan memesan bunga di tempatku" ucap Gina sambil melihat handphonenya.
Saat dia sedang fokus melihat handphonenya tiba-tiba ada tetangga yang datang ingin memesan bunga untuk kekasihnya.
"Permisi, apa tokonya sudah buka kak?" tanya pembeli bunga.
"Iya silahkan! mau cari bunga apa?" jawabnya dengan ramah.
Tetangganya itu terlihat bingung namun tetap melihat beberapa bunga yang membuatnya tertarik untuk di beli.
"Kak! kalau bunga untuk pacar kira-kira yang mana ya?"
"Aku saranin bunga mawar merah aja, gimana?"
"Yasudah aku pesan mawar mewah 10 tangkai, tolong di buat yang cantik ya kak"
"Siap! tunggu sebentar ya"
Gina tidak menyangka di hari perdana toko di buka sudah ada yang membeli bunga apalagi yang membeli tetangga sebelah rumah ibu mertuanya.
Setelah beberapa menit Gina selesai membungkus bunga itu hingga menjadi buket bunga yang indah.
"Dandi.. ini bunganya" ucap Gina di depan pembelinya.
"Wah terimakasih kak! bunganya cantik pasti pacarku suka, ini uangnya"
"Terimakasih ya! jangan lupa mampir lagi"
"Iya kak"
Akhirnya Gina merasakan perasaan yang senang karena usahanya yang mungkin akan berjalan dengan lancar meskipun belum pasti kedepannya seperti apa namun dia tetap semangat menjalaninya.
Hari itu Gina banyak menerima pesanan baik yang datang langsung maupun yang melalui media sosial.
Rencana awal tutup toko di sore hari justru hingga malam hari Gina belum menutup tokonya.
Ternyata dia kewalahan jika hanya sendirian menjalani toko bunganya dan berniat mencari karyawan untuk membantunya meskipun dengan penawaran gaji yang kecil karena belum mengetahui penghasilan yang akan di dapat selama sebulan kedepan.
"Bu, kenapa kak Gina belum pulang juga? makan saja sepertinya gak sempat sampai Raka yang kesana. Padahal Raka mau bantu tapi dia gak mau" ucap Raka.
"Kamu susul saja sana! memang kalian sama-sama keras kepala, huft! ibu takut gimana nantinya kalian kalau sudah berumahtangga"
"Haha.. tenang saja bu! anakmu ini pintar dalam banyak hal jadi ibu gak perlu khawatir! kalau kak Gina marah, ya Raka tinggal mengalah saja kan"
"Haah! terserah kamu saja Raka" ucap Dianti pusing mendengarkan ucapan Raka.
Sudah lebih dari 3 kali Raka datang ke toko Gina hanya untuk mengecek keadaan disana dan membawakan makanan untuknya.
"Kak! ini sudah malam, kapan mau tutupnya?" tanya Raka yang cemas.
"Sebentar lagi! aku lagi bersih-bersih dulu!" jawabnya dengan serius.
Raka berniat membantu dengan meraih sapu di tangan Gina namun tangannya tidak sengaja menyentuh tangan Gina hingga keduanya terdiam sebentar dan saling menatap karena terkejut.
"Maaf kak, aku gak sengaja" ucap Raka melepas sentuhan tangannya.
"Ah! iya.. gak apa-apa"
Gina menyentuh tangannya yang sebelumnya tersentuh oleh tangan Raka lalu menatap Raka yang sedang membantunya menyapu lantai tokonya.
Dalam benaknya "kenapa Raka baik banget? apa yang membuatnya jadi seperti ini, apa ada sesuatu dalam diriku yang menarik? padahal di luar sana banyak gadis yang lebih cantik dariku"
Tanpa sadar Gina melamun namun tatapannya terus mengarah ke Raka hingga membuat Raka salah tingkah dan tidak sengaja menjatuhkan sapu dari tangannya.
"Hmph! kenapa kak Gina menatapku seperti itu?" ucap dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments