Jarak

Saat Senja menyelimuti tubuh sang suami yang sudah tertidur dengan selimut, Leon tiba-tiba terbangun dan memanggil Sang istri.

“Sayang.” Ucap Leon memanggil sang istri dengan kondisi setengah sadar.

“Ummm, apa kamu sudah merasa lebih baik?” Tanya Senja kepada sang suami.

“Aku ingin minum.” Ucap Leon kepada Sang istri.

“Baiklah, tunggu sebentar akan aku ambilkan.” Ucap Senja kepada Sang suami yang masih setengah sadar.

Senja kemudian berjalan kedapur untuk mengambilkan segelas air minum untuk sang suami yang masih setengah sadar.

Setelah mengambil air minum untuk sang suami, Senja membantu Leon untuk bangun dari tidurnya dan juga membantu sang suami untuk meminum segelas air putih yang ia bawa lalu kemudian menyuruh sang suami untuk beristirahat.

“Istirahatlah, biar aku yang mengganti bajumu.” Ucap Senja kepada sang suami.

“Tidak usah, aku hanya ingin memelukmu.” Ucap Leon kepada sang istri.

“Itu akan membuatmu tidak nyaman, aku akan mengganti bajumu sebentar, lalu aku akan menemanimu tidur.” Ucap Senja kepada sang suami.

Leon hanya pasrah dan menuruti perkataan dari sang istri, Senja kemudian menggantikan baju sang suami yang masih setengah sadar dan sudah hampir tertidur akibat terlalu pusing.

“Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apakah ini karena kamu kehilangan anak kita?” Tanya Senja kepada sang suami dengan nada pelan.

Namun, Leon sudah tertidur dengan lelap sehingga ia tidak menjawab pertanyaan dari sang istri. Sementara Senja masih kepikiran dengan penyebab sang suami yang pulang dengan keadaan mabuk malam ini

Jika benar Leon mabuk karena kehilangan sang anak, Senja akan merasa sangat bersalah kepada sang suami jika itu benar-benar menjadi alasan Sang suami pulang dengan keadaan mabuk malam ini. Senja memang tidak pernah melihat suaminya mabuk hingga seperti ini karena selama ini sang suami bisa mengendalikan dirinya sendiri ketika sedang minum dan baru kali ini ia pulang dengan keadaan mabuk seperti ini.

Setelah mengantikan baju sang suami, Senja juga segera masuk kedalam selimut dan tidur di samping sang suami, ia menatap sang suami yang sudah tertidur lelap dengan tatapan penuh rasa bersalah yang terus menghantui pikirannya.

Keesokan harinya setelah Senja bangun, ia langsung kedapur untuk menyiapkan sarapan dan memasak sebuah sup untuk sedikit meringankan rasa mabuk sang suami, dan setelah ia menyiapkan sarapan untuk suaminya. Senja langsung kekamar untuk membangunkan sang suami yang masih tertidur dengan lelap.

“Sayang, ayo bangun, apakah kamu tidak ke kantor hari ini?” Tanya Senja kepada sang suami yang masih tidur.

“Sebentar lagi sayang, kepalaku masih pusing.” Jawab Leon yang masih meringkup di selimutnya karena pengaruh dari alkohol yang ia minum semalam.

“Baiklah, turunlah ke bawah jika kamu sudah bersiap, aku sudah menyiapkan sup dan obat untuk meredakan rasa mabukmu.” Ucap Senja kepada sang suami.

“Terima kasih sayang, maafkan aku yang pulang dengan keadaan mabuk semalam.” Ucap Leon meminta maaf kepada sang istri.

“Iya, tidak apa-apa, kamu pasti punya alasan sendiri untuk itu, tapi kamu tidak boleh terus-terusan pulang dengan keadaan seperti itu, itu sangat tidak baik untuk kesehatanmu.” Ucap Senja kepada sang suami.

“Siap nyonya.” Ucap Leon sambil tersenyum.

Setelah Leon bangun dan bersiap, ia kemudian berjalan turun kemeja makan untuk sarapan bersama dengan sang istri. Sementara Senja sudah menyiapkan sarapan untuk sang suami di atas meja makan, Senja juga menyiapkan sebuah obat untuk sang suami agar bisa sedikit meredahkan rasa mabuk sang suami.

Senja kemudian menyantap sarapannya bersama dengan sang suami.

“Sayang, bisakah kamu pulang cepat hari ini? Aku akan menyiapkan makan malam untukmu, kamu terlalu sibuk akhir-akhir ini, aku rindu dengan kebersamaan kita.” Ucap Senja kepada sang suami.

“Maafkan aku sayang.” Ucap Leon sambil memegang tangan sang istri.

Senja yang mendengar permintaan maaf dari sang suami merasa sedikt sedih dan kecewa karena ia merasa, semenjak ia kehilangan sang anak, ia dan sang suami sudah jarang untuk bersama karena mereka berdua masing-masing sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sementara Leon yang melihat wajah sang istri yang nampak sedih langsung menghibur sang istri dengan berkata.

“Aku janji sayang, setelah proyek ini selesai, aku akan benar-benar menemanimu.” Ucap Leon kepada sang istri.

“Mmmm, baiklah kalau begitu.” Ucap Senja kepada sang suami.

Ternyata hari ini adalah hari satu tahun pernikahan Leon dan Senja, Senja sengaja menyuruh sang suami untuk pulang cepat malam ini karena ia ingin merayakan hari satu tahun pernikahan mereka dengan mengajak sang suami untuk Makan malam berdua, namun sang suami ternyata sibuk dan tidak mengingat hari jadi pernikahan mereka, sehingga membuat Senja agak sedikit kecewa.

(Apa kamu lupa, hari ini adalah tepat setahun pernikahan kita). Ucap Senja dalam hati dengan perasaan kecewa.

Setelah selesai menyantap sarapannya, seperti biasa Leon berpamitan kepada sang istri dengan mencium kening dan bibir sang istri seperti kebiasaannya sebelum berangkat ke kantor.

“Hati-hati di jalan sayang, jangan bekerja terlalu keras, aku tidak ingin kamu sampai jatuh sakit.” Ucap Senja kepada sang suami.

“Baik nyonya.” Ucap Leon kepada sang istri sambil kembali mencium kening sang istri.

Leon kemudian berangkat ke kantor dengan mengendarai mobilnya, sementara Senja masih sedikit kecewa karena ternyata sang suami benar-benar lupa dengan hari aniversary pernikahan mereka yang ke satu tahun.

“Hah, sudahlah, tidak apa-apa itu hanya tanggal saja, kamu tidak perlu terlalu bersedih dan kecewa Senja.” Ucap Senja berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri.

“Hari ini enaknya ngapain yah, sekarang aku sedang sangat malas ke restaurant.” Ucap Senja merasa bingung harus berbuat apa.

“Mmmm,  lebih baik aku ajak Dinda untuk keluar jalan-jalan saja.” Ucap Senja.

Senja kemudian menelfon sang adik ipar untuk mengajaknya keluar karena kebetulan hari ini Senja sedang malas untuk ke restaurant.

“Halo kak.” Jawab Dinda ketika mengangkat telfon dari sang kakak ipar.

“Adikku yang cantik ini sedang apa?” Tanya Senja kepada sang adik ipar.

“Ahhh, kakak, aku sedang merenungi nasibku.” Jawab Dinda kepada sang kakak ipar.

Senja yang mendengar jawaban dari adik iparnya sedikit terhibur hingga ia tertawa.

“Hahahaha, jangan terus merenungi nasibmu, ayo kita pergi belanja dan kita habiskan uang kakakmu.” Ucap Senja kepada sang adik ipar.

“Benarkah kak.” Tanya Dinda kegirangan saat mendengar ajakan sang kakak ipar.

“Hmmmm, iya, bersiaplah aku akan segera menjemputmu.” Ucap Senja kepada sang adik ipar.

“Baiklah kak.” Ucap Dinda kepada sang kakak ipar.

Senja kemudian mematikan ponselnya dan segera mengganti bajunya dan bersiap ke rumah sang mertua untuk menjemput adik iparnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!