Masa ngidam

Senja hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat sang suami menanyakan hal itu kepada Dokter, Senja heran melihat tingkah suaminya itu yang memang terlewat nafsu.

Setelah pengumuman yang membahagiakan itu, semua orang menyambut dengan suka cita kehamilan Senja, para calon kakek pun membagikan donasi ke beberapa panti asuhan sebagai ungkapan rasa syukur, Leon juga lebih sering pulang cepat dan tidak memberikan izin kepada Sang istri untuk pergi ke restaurant.

Kehidupan Senja setelah hamil kini lebih banyak di habiskan di rumah bersama Sang suami yang selalu ada di sampingnya.

Pagi itu Leon terbangun karena mendengar suara Senja dari arah kamar mandi, Leon terbangun dan segera menyusul Senja yang sedang berada di kamar mandi.

“Apa kamu baik-baik saja sayang?” Tanya Leon pada sang istri.

Leon mendekati sang istri yang sedang berjongkok di dekat closet kamar mandi, dan tanpa ada rasa jijik, Leon langsung membantu sang istri untuk  memegangi rambutnya ketika sang istri tak mampu menahan rasa mualnya yang begitu bergejolak.

“Apa kamu ingin kubuatkan air madu sayang?” Tanya Leon kepada sang istri.

Senja hanya mengangguk karena tidak sanggup lagi untuk menjawab pertanyaan sang suami.

“Apakah sudah lebih baik?” Tanya Leon lagi.

Leon benar-benar tidak tega melihat keadaan istrinya, rasanya Leon seperti ingin menggantikan posisi istrinya saat ini.

Sementara Senja hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari suaminya.

Leon kemudian menggendong sang istri yang terkulai lemas di kamar mandi dan membaringkannya di atas kasur tempat tidur mereka.

“Aku akan buatkan air madu untukmu sayang.” Ucap Leon kepada istrinya.

Leon kemudian bergegas ke dapur untuk membuatkan sang istri air madu agar rasa mual yang dirasakan oleh istrinya sedikit berkurang. Sementara Senja menyandarkan badannya pada headbed sambil mencoba untuk memejamkan matanya dan mencoba menahan gejolak rasa mual itu yang sesekali masih datang.

Dan tidak lama setelah Leon ke dapur, Leon datang dengan membawa secangkir air madu yang masih hangat untuk istrinya.

“Minumlah sayang, semoga ini bisa sedikit meringankan rasa mualmu.” Ucap Leon sambil memberikan cangkir yang berisi air madu itu untuk Senja.

“Terima kasih sayang.” Ucap Senja sambil meminum air madu buatan sang suami.

“Apapun untukmu sayang, apakah kita perlu ke Rumah sakit? Aku benar-benar tidak tega melihatmu seperti ini.” Ucap Leon khawatir.

“Tidak perlu sayang, ini hal yang wajar di awal kehamilan.” Ucap Senja menenangkan sang suami.

Leon kemudian mengambil ponselnya dan menelfon Reno.

“Tolong bawakan aku berkas yang harus aku periksa hari ini ke Rumah, aku akan mengerjakannya dari Rumah.” Ucap Leon ketika menelfon Reno.

“Jika ada hal penting yang harus kamu kerjakan, kamu ke kantor saja sayang, aku bisa di temani oleh mama nanti.” Ucap Senja pada Leon.

“Tidak apa-apa sayang, aku ingin selalu berada di sampingmu untuk melewati masa-masa seperti ini.” Ucap Kenzo.

Senja sangat terharu melihat perhatian dan perlakuan Leon kepadanya, menikah dengan Leon mungkin adalah keputusan yang tidak akan pernah Senja sesali.

Akhirnya Leon bekerja dari rumah hari itu, ia mengerjakan pekerjaannya di sofa kamar dan sesekali bertanya kepada sang istri apa yang sedang istrinya butuhkan.

Malam harinya ketika mereka berdua sedang duduk santai sambil menonton tv, tiba-tiba Senja menginginkan sesuatu.

“Sayang, aku ingin martabak manis.” Ucap Senja pada Leon.

“Sekarang sayang?” Tanya Leon kepada sang istri.

Senja mengangguk.

“Baiklah.” Ucap Leon sambil mengambil ponselnya untuk menelfon Reno dan memintanya untuk membeli martabak manis, namun Senja menahannya.

“Sayang, aku ingin kita berdua pergi dan membelinya langsung.” Ucap Senja pada sang suami.

“Tapi ini sudah malam sayang, tidak baik untuk kesehatanmu.” Ucap Leon mengkhawatirkan sang istri.

“Tapi aku inginnya begitu.” Ucap Senja pada sang suami.

Leon memandang sang istri sejenak dan seketika itu Senja langsung memasang wajah memelasnya hingga Leon tidak bisa menolak permintaan dari istrinya.

“Hah, baiklah, ayo pergi.” Ucap Leon sambil menghela nafas.

Akhirnya malam itu mereka berdua keluar untuk membeli martabak manis sesuai keinginan dari sang istri.

“Sayang, aku ingin martabak yang dijual di situ.” Ucap Senja sambil menunjuk sebuah gerobak penjual martabak yang sangat ramai.

“Tapi itu tidak sehat sayang, kita belli saja di tempat lain yang sudah pasti terjamin kebersihannya.” Ucap Leon pada istrinya.

“Tapi aku ingin yang itu, ya sudah kalau kamu tidak mau kita pulang saja.” Ucap Senja mulai ngambek.

“Baiklah, baiklah, tapi kamu hanya boleh makan sedikit saja yah.” Ucap Leon mengalah.

Senja langsung mengangguk senang, air liurnya rasanya seperti sudah mau menetes saat memikirkan makanan itu.

Leon tidak memberikan izin kepada Senja untuk ikut turun, ia menyuruh istrinya untuk menunggunya di atas mobil, sementara Leon yang turun untuk mengantri dan membelikan martabak itu untuk sang istri yang sedang mengidam.

Banyak wanita yang mengagumi ketampanan Leon saat ia sedang mengantri, banyak juga yang heran melihat lelaki yang terlihat kaya dan sangat elegan ini membeli makanan di pinggir jalan bahkan rela untuk mengantri. Apalagi kalau dilihat, pakaian yang dikenakan oleh Leon malam itu berasal dari brand-brand ternama.

Leon mengantri cukup lama jadi ketika Pesanannya sudah siap, Leon segera mengambil dan membayarnya.

“Tapi ini terlalu banyak Tuan.” Ucap penjual itu ketika Leon memberikan uang.

Leon tidak mempedulikan ucapan dari penjual martabak itu dan langsung kembali ke mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat ia membeli martabak

Leon melihat sang istri yang sudah menunggunya di luar mobil, Leon langsung buru-buru menghampiri istrinya.

“Kenapa kamu menunggu di luar? Udara di luar sedang dingin sayang.” Ucap Leon khawatir lalu membukakan pintu mobil untuk sang istri dan menyuruhnya masuk.

“Aku sudah tidak sabar lagi sayang.” Ucap Senja pada sang suami sambil masuk kedalam mobil.

Senja keluar dari mobil bukan karna ia tidak sabar menunggu Leon, tapi ia tidak suka jika sang suami di perhatikan oleh banyak orang terutama oleh wanita karena semenjak hamil, senja menjadi sangat sensitif termasuk soal suaminya, ia ingin lebih di manja dan di perhatikan oleh sang suami. Leon tidak pernah mempermasalahkan hal itu, ia malah suka dengan sikap manja sang istri selama kehamilannya.

“Terima kasih sayang.” Ucap Senja sambil mencium pipi sang suami, Leon sedikit terkejut dengan prilaku istrinya namun ia sangat senang dan menyukainya.

“Hmmm, sama-sama sayang, makanlah.” Ucap Leon sambil mengelus perut sang istri kemudian menunduk untuk menciumnya.

Senja melihat reaksi wanita-wanita yang memperhatikan suaminya itu, seketika menjadi kecewa saat mengetahui lelaki yang mereka kagumi ternyata telah memiliki seorang istri dan bahkan istrinya sedang dalam keadaan hamil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!