Pernikahan Dini, Tidak Kepagian

Pernikahan Dini, Tidak Kepagian

Malas #1.

Saat itu hari telah lepas shubuh jam sudah menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh menit.

Seorang gadis remaja nampak masih terlelap dalam tidur nya , padahal alarm nya sudah berulangkali berbunyi.

" Thok, !"

" Thok,.!"

" Thok,.!"

" Kak,.bangun,..sudah setengah enam ini,.!"

Terdengar seruan seorang bocah kecil yg berusia sekitar sebelas tahun.

Bocah lelaki ini masih berada di depan pintu kamar kakaknya sambil terus menggedor gedor pintu.

Tidak lama kemudian , pintu terbuka,.

" Whuaahh,..eh, sudah jam berapa memang nya,.?"

Gadis yang membuka pintu kamarnya ini terbangun dan bertanya kepada adiknya yang ada di depan pintu.

" Ini sudah jam setengah enam, kak,.!" sahut bocah lelaki ini sambil ngeloyor pergi meninggalkan kakaknya.

Dan Gadis itu pun nampak terkejut, dilihatnya jam yg berada di dinding kamarnya memang sudah menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh lima menit.

Ah , aku harus buru-buru, nanti ketinggalan angkot, berkata dalam hati gadis itu.

Biasanya gadis remaja yang wajahnya mirip dengan artis Natasha Wilona ini tidak pernah bangun kesiangan namun hari ini ia sudah sangat terlambat.

Ia pun segera masuk ke kamar mandi untuk selanjutnya membersihkan tubuhnya baru kemudian berpakaian rapi, dengan seragam sekolah nya.

Tidak seperti hari kemarin, Dini menggunakan sepeda nya untuk berangkat ke sekolah tetapi hari ini ia akan menggunakan angkot. Sebab gadis ini akan menjenguk ibunya di rumah sakit.

Beberapa saat menunggu di tempat pemberhentian angkot, baru kemudian mendapatkan nya dan membawa nya ke sekolah.

Pada saat pukul menunjukkan jam tujuh , Dini tiba di sekolah.

Nampak murid murid sekolah tingkat pertama ini sudah sangat ramai, dan tidak beberapa lama bel sekolah pun berbunyi pertanda jam pelajaran akan segera di mulai.

Seusai jam pelajaran selesai , Dini segera keluar dan kembali menunggu angkot.

Dan tidak lama datanglah Laras mendekatinya seraya bertanya,

" Sepeda mu mana , Din,..?" tanyanya kepada temannya ini.

" Kutinggal dirumah , Ras , sebab hari ini aku akan ke rumah sakit,.!" sahut Dini.

" Siapa yang sakit,.Din,..?!" tanya Laras lagi.

Teman satu kelasnya ini adalah termasuk sahabat karibnya alias BESTie, bersama dengan Ranti.

Tiga gadis remaja ini merupakan Ce es san, sehingga seringkali mereka berjalan bersama.

Tidak terlalu lama mereka mengobrol datanglah Ranti dengan membawa motor maticnya dan menghampiri keduanya.

" Lagi ngapain Din,.mana sepeda mu,.?!" tanya nya pula.

Lantas Dini pun mengatakan hal yang sama kepada Laras tadi bahwa ia akan ke rumah sakit dengan menggunakan angkot.

" Kapan ibumu masuk rumah sakit,.?" tanya Ranti lagi.

" Kemarin , Ran,.!" jawab Dini.

" Bagaimana kalau kami antar,.?!" tanya Ranti lagi.

" Berbonceng tiga,..?!" tanya Dini balik.

Ranti menganggukkan kepalanya, memang diantara ketiga BESTie ini hanya Ranti lah yg ekonomi keluarganya termasuk yg paling lumayan berkecukupan, sehingga ia memiliki beberapa buah motor dan bahkan mobil pun juga ada.

Biasanya Ranti lah yg membonceng Laras ke sekolah dengan motornya sebab rumah keduanya sejalan arahnya.

Tidak dengan Dini yg berbeda arah.

" Baiklah Ran,..!" ucap Dini.

Ia pun menyetujui untuk berboncengan dengan kedua BESTie nya ini .

Untuk selanjutnya mereka pun membawa motor itu menuju ke rumah sakit dimana ibundanya di rawat.

Hampir lima belas menit sampailah ketiga gadis remaja ini di tempat tujuan.

" Din, kami tidak ikut masuk ya,.!" seru Ranti masih berada diatas motornya.

" Ga pa-pa, Ran, Ras,.aku masuk dulu,.!" sahut Dini.

Sambil melambaikan tangannya ia meninggalkan kedua sahabat karibnya yg juga langsung berangkat dari parkiran rumah sakit.

Memang hari itu Ranti memiliki urusan sehingga tidak dapat ikut masuk membesuk orang tua Dini.

Berjalan seorang diri , Dini melalui koridor rumah sakit.

Ia langsung menuju kamar tempat dimana ibunya di rawat.

Saat melihat ibunya terbaring lemah, hati gadis remaja ini pun langsung sedih.

Perlahan ia mendekati seraya berkata,

" Bun, apa yg dikatakan dokter,.?"

" Eh, anakku Dini, baru sampai,.?!" tanya ibunya tanpa menjawab pertanyaan putrinya tadi.

Dini mengambil selembar handuk setelah meletakkan tas sekolah nya.

Dengan cekatan ia pun melap keringat yg berada di dahi ibunya itu.

" Apa kata dokter Bun,.?" tanya Dini lagi.

Ibunya langsung memegangi tangan putrinya ini dan berkata,.

" Tadi pak Dokter bilang kepada bunda bahwa penyakit yang bunda derita adalah gagal ginjal ,Nak,.!" ucap perempuan yang berusia empat puluh tahunan ini.

" Hah,..!"

Dini nampak terkejut mendengar penjelasan dari sang bunda.

Sebab seperti yg banyak diketahui nya, penderita gagal ginjal ini jarang yg selamat dan jalan satu satunya untuk mempertahankan hidup adalah cuci darah.

" Jadi bunda harus menjalani cuci darah,.?" tanya Dini kepada ibunya.

Dengan mengangguk lemah , orang tua itu menyambung ucapan nya.

" Benar nak, bunda harus menjalani cuci darah, dan untuk itu bunda harap nanti katakan kepada bapak mu untuk segera datang kemari,.!" terang ibunya.

Dini terdiam , raut wajahnya kembali menampakkan rasa sedih yg amat mendalam.

Tidak seperti biasanya , dirinya yg periang tampak tidak bersemangat lagi.

" Sudahlah, jangan terlalu mengkhawatirkan bunda, nanti insyaallah juga akan sembuh,.yg penting saat ini adalah kita berusaha ,.!"

Terdengar sang bunda menasehati putri satu satunya ini.

Memang hati orang tua mana yang tidak akan sedih bila melihat anaknya yang bersedih , karena setahu orang tuanya Dini adalah anak yang penurut dan patuh, tidak terlalu banyak menuntut.

Begitu hari menjelang maghrib Dini berpamitan kepada ibunya untuk kembali ke rumah dan besok baru datang lagi.

" Hati -hati di jalan , anakku,.suruh bapakmu membawakan kain sarung bunda yg ada di lemari,.!" ujar ibunya kepada Dini.

" Baik Bun, Dini pamit,.!" sahut Dini.

Sambil mencium pipi ibunya , Dini kemudian meninggalkan ruangan dimana ibunya ini di rawat.

Selanjutnya ia pun menumpang angkot kembali ke rumahnya.

Saat hampir waktu isya barulah Dini tiba di rumah, dimana dilihatnya di depan teras nya , bapaknya tengah menunggu kehadiran nya.

" Bagiamana keadaan ibumu, Nak,.?!" tanya Bapaknya.

" Ibu masih kelihatan sangat lemah sekali , Pak, oh iya tadi bunda berpesan agar bapak membawakan kain sarung ,.!" jawab Dini.

Ia menyalami Bapaknya ini dan masuk ke dalam.

Sedang di dalam rumah , adiknya Dwi Bagas Prananto tengah sibuk mengerjakan tugas sekolahnya sambil menonton TV.

" Eh, kak, ajari Bagas soal yg ini,.!" seru bocah lelaki ini saat melihat kakaknya lewat.

" Nanti, kakak mau mandi dulu,.!" seru Dini.

Gadis remaja ini berlalu begitu saja meninggalkan adiknya yang masih sibuk menulis.

Ada sekitar lima belas menit Tantia Dini Prananti kembali lagi ke ruang tengah dan di lihatnya orang tua laki -lakinya sudah tidak berada di situ.

" Bapak sudah berangkat, Gas,.?" tanya Dini kepada adiknya.

" Sudah,..!" sahut Bagas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!