Untuk selanjutnya kedua orang kakak beradik ini pun tidur saat waktu menunjukkan tepat pukul sembilan.
" Theeet,.!"
" Theeet,.!"
" Theeet,.!"
" Aakhh,..!"
Tantia Dini Prananti menggeliat sambil berusaha meraih Hp nya yg berbunyi.
Sambil menutupi mulutnya dengan tangan kirinya karena menguap ia pun membuka telepon genggam nya itu.
" Hehh,.!"
Gadis remaja ini sangat terkejut saat membaca WA , sambil melirik ia ke arah jam dinding yang berada di kamarnya.
Waktu menunjukkan jam setengah dua.
Langsung ia menelpon kembali , sebab hatinya sudah sangat tidak menentu akibat membaca WA tadi.
" Halo, assalamualaikum,., bagaimana keadaan bunda,.Pak,.?!"
Terdengar suara Dini bertanya kepada orang tuanya.
" Keadaan ibumu makin parah, anakku, sebaiknya kalian besok tidak bersekolah, segeralah datang kemari,.!" seru suara di seberang telepon yg orang itu adalah ayah Dini.
Dini pun langsung menangis terisak-isak setelah mengetahui keadaan ibundanya yg semakin parah.
" Sudahlah,.jangan menangis , besok ajak Bagas ke rumah sakit,.dan jangan lupa untuk tetap berdoa atas kesehatan ibumu,.!" ucap Bapak Dini menasehati .
Karena tangis putrinya ini sangat kedengaran sekali di telinganya.
Setelah selesai menelepon orang tuanya, Dini sebenarnya ingin langsung berangkat ke rumah sakit, tetapi hari masih gelap, saat itu sudah menunjukkan jam dua.
Tampak kebingungan gadis remaja ini , hatinya sangat tidak tenang, ia pun berjalan menuju kamar adiknya dan membangunkan nya.
" Ada apa sih Kak,. Bagas masih ngantuk ini,.!" ucap bocah lelaki itu sambil merebahkan kembali tubuhnya.
" Kita besok harus ke rumah sakit , bunda semakin parah sakitnya, jadi kakak meminta kepada mu untuk segera bersiap juga tulis lah surat agar dirimu tidak dianggap absen belajar di sekolah,.!" terang Dini kepada adiknya.
Sontak saja adiknya itu bangkit kembali dan duduk di atas pembaringan nya.
" Kakak tahu darimana,.?" tanya Bagas.
" Tadi Bapak menelpon,.!" jawab Dini.
" Kita berangkat sekarang saja kak, Bagas ingin bertemu bunda,.!" ucap Bagas lagi.
" Hehh,.ini masih malam , naik apa kita ke rumah sakitnya, mana ada lagi angkot.,.!" seru Dini.
Bocah laki laki ini pun bangkit, sambil mengambil tas sekolahnya.Ia mengeluarkan beberapa buku dan peralatan sekolah seraya memasukkan beberapa potong pakaian nya.
" Kita naik sepeda aja , Kak,.!" ujar bocah ini kepada kakaknya.
Dengan menggeleng, Dini mengatakan itu tidak mungkin mereka lakukan , amat berbahaya berjalan saat malam begini , biarlah besok pagi saja mereka berangkat nya.
Bagas nampak kurang senang mendengar nya tetapi setelah Dini menjelaskan lagi barulah ia pun mengerti.
" Tulislah dahulu surat yg akan kau kirimkan ke sekolah , agar kita besok cepat berangkat nya,.!" ungkap Dini.
Adiknya itu pun menyetujuinya, ia meraih selembar buku dan juga sebuah pulpen dan langsung menulis.
Sedang Dini nampak sibuk dengan ponselnya.
Ia pun langsung mengirimkan pesan melalui WA nya kepada guru wali kelasnya.
Waktu pun berputar dengan cepatnya, ketika selesai azan subuh, kedua kakak beradik ini pun keluar dari rumah nya menggunakan sepedanya.
" Apakah kita akan naik sepeda ke rumah sakitnya, Kak,.?" tanya Bagas.
" Ya, iyalah, mana ada angkot jam segini,.!" sahut Dini sambil mengayuh sepeda nya.
"Jam berapa kita akan sampai disana,.,?" tanya Bagas lagi.
Tidak menghiraukan ucapan dari adiknya itu , Tantia Dini Prananti terus saja menggenjot dan mengayuh sepeda nya dengan kuat, rasa lelah nya terasa hilang karena ingin bertemu dengan ibundanya.
Hampir jam tujuh barulah mereka sampai di rumah sakit.
Buru -buru keduanya berlari masuk menuju kamar ibunya .
Setiba disana,. Dini dan Bagas melihat bapaknya tengah duduk termenung sambil menatap ke arah perempuan yang berusia empat puluh tahunan itu.
" Eh, Kalian sudah datang,.!" seru lelaki itu kepada kedua orang anaknya ini.
" Bagaimana keadaan bunda, pak,.?" tanya Dini langsung.
Bapaknya menjelaskan bahwa saat ini keadaan ibu mereka itu sedang koma, ia sudah tidak sadarkan diri.
Dini dan Bagas menangis menjerit mendengar ucapan dari Bapaknya .
" Bunda,...!"
Terdengar keduanya menjerit sambil memeluk ibunya yang masih diam di tempat tidurnya.
Kedua nya berusaha untuk membangunkan ibunda nya ini.
Akan tetapi nihil , perempuan itu masih saja diam tak bergerak sama sekali.
Saat waktunya dokter jaga masuk untuk melihat pasien , keduanya pun bertanya kepada sang Dokter.
" Ibu kami dapat sembuh kan, Dok ،!? Tanya mereka kepada sang Dokter.
Sang Dokter pun menyarankan kepada kedua anak itu untuk bersabar dan banyak -banyak berdoa kepada yang Maha Kuasa agar ibu mereka itu selamat dan sehat seperti biasanya.
Dokter jaga itu pun keluar dari dalam kamar itu meninggalkan nya, setelah selesai memeriksa keadaan pasiennya.
Sedangkan Dini dan Bagas masih terlihat menangis memeluk ibundanya.
Tidak terlalu lama , tubuh perempuan itu pun bergerak dengan menggeliat dan perlahan membuka matanya.
" Mm, maa,..naa,.Ba,..gas,.?!" tanya nya dengan terbata-bata.
" Bagas disini, Bun,.!" seru bocah lelaki itu sambil langsung mencium pipi ibunya.
Sang ibu pun membelai wajah putranya itu seraya berkata,.
" Gas, anakku, kamu jangan nakal ya, jangan membuat susah bapak dan kakakmu,.!" ucap ibunya kepada Bagas.
" Iya,.Bun,..!" sahut Bagas cepat.
" Janji,..?!" ucap ibunya lagi.
" Bagas berjanji Bun, tidak akan nakal, yg penting bunda segera sembuh dan pulang ke rumah,.!" seru Bagas.
Seolah mengerti dengan perasaan ibunya , bocah itu mengiyakan semua perkataan nya.
" Bb_ba,, gus,..bun_da senang mendengar nya,..!" kata ibunya kembali dengan terbata-bata.
Perlahan nafasnya terlihat memburu, dada nya turun naik dengan cepat sekali.
Perempuan itu masih sempat mengucakan permintaan maaf nya kepada sang semua sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.
" Dini,..cepat panggult Dokter,..!" seru sang Bapak kepada Dini.
Tidak menunggu lama, Dini pun segera berlari keluar untuk mencari dokter.
Beberapa saat berselang ia telah kembali lagi dengan dokter yg tadi telah datang memeriksa ibunya.
" Bagaimana, dok,.istri ku masih hidup kan,.dok,.?" tanya Bapak Dini.
" Tenang, yg sabar ya pak,.!" ucap Dokter tersebut.
Sambil ia melihat dan memeriksa bagian tubuh dari ibunda Dini ini.
Setelah selesai, berkata lah sang Dokter bahwa pasiennya itu telah meninggal dunia, ia berpesan agar secepatnya mengurus nya.
Sebelum keluar dokter masih berkata lagi,.
" Yang sabar,..ya,..!"
Pecahlah tangis kedua orang kakak beradik ini, juga sang bapak pun nampak jatuh terduduk dari sudut matanya mengalir airmata.
" Bunn, mengapa begitu cepat dirimu meninggalkan diriku,..anak -anak kita masih memerlukan dirimu,.!" ucapnya sambil menatap ke arah mayat sang istri.
Pada pagi itu juga , mayat dari ibunda Dini pun di bawa pulang menggunakan ambulans guna dimakamkan.
Beberapa keluarga pun dihubungi agar dapat menyiapkan rumah mereka , karena saat itu keadaan rumah mereka tanpa penghuni.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments