NovelToon NovelToon

Pernikahan Dini, Tidak Kepagian

Malas #1.

Saat itu hari telah lepas shubuh jam sudah menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh menit.

Seorang gadis remaja nampak masih terlelap dalam tidur nya , padahal alarm nya sudah berulangkali berbunyi.

" Thok, !"

" Thok,.!"

" Thok,.!"

" Kak,.bangun,..sudah setengah enam ini,.!"

Terdengar seruan seorang bocah kecil yg berusia sekitar sebelas tahun.

Bocah lelaki ini masih berada di depan pintu kamar kakaknya sambil terus menggedor gedor pintu.

Tidak lama kemudian , pintu terbuka,.

" Whuaahh,..eh, sudah jam berapa memang nya,.?"

Gadis yang membuka pintu kamarnya ini terbangun dan bertanya kepada adiknya yang ada di depan pintu.

" Ini sudah jam setengah enam, kak,.!" sahut bocah lelaki ini sambil ngeloyor pergi meninggalkan kakaknya.

Dan Gadis itu pun nampak terkejut, dilihatnya jam yg berada di dinding kamarnya memang sudah menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh lima menit.

Ah , aku harus buru-buru, nanti ketinggalan angkot, berkata dalam hati gadis itu.

Biasanya gadis remaja yang wajahnya mirip dengan artis Natasha Wilona ini tidak pernah bangun kesiangan namun hari ini ia sudah sangat terlambat.

Ia pun segera masuk ke kamar mandi untuk selanjutnya membersihkan tubuhnya baru kemudian berpakaian rapi, dengan seragam sekolah nya.

Tidak seperti hari kemarin, Dini menggunakan sepeda nya untuk berangkat ke sekolah tetapi hari ini ia akan menggunakan angkot. Sebab gadis ini akan menjenguk ibunya di rumah sakit.

Beberapa saat menunggu di tempat pemberhentian angkot, baru kemudian mendapatkan nya dan membawa nya ke sekolah.

Pada saat pukul menunjukkan jam tujuh , Dini tiba di sekolah.

Nampak murid murid sekolah tingkat pertama ini sudah sangat ramai, dan tidak beberapa lama bel sekolah pun berbunyi pertanda jam pelajaran akan segera di mulai.

Seusai jam pelajaran selesai , Dini segera keluar dan kembali menunggu angkot.

Dan tidak lama datanglah Laras mendekatinya seraya bertanya,

" Sepeda mu mana , Din,..?" tanyanya kepada temannya ini.

" Kutinggal dirumah , Ras , sebab hari ini aku akan ke rumah sakit,.!" sahut Dini.

" Siapa yang sakit,.Din,..?!" tanya Laras lagi.

Teman satu kelasnya ini adalah termasuk sahabat karibnya alias BESTie, bersama dengan Ranti.

Tiga gadis remaja ini merupakan Ce es san, sehingga seringkali mereka berjalan bersama.

Tidak terlalu lama mereka mengobrol datanglah Ranti dengan membawa motor maticnya dan menghampiri keduanya.

" Lagi ngapain Din,.mana sepeda mu,.?!" tanya nya pula.

Lantas Dini pun mengatakan hal yang sama kepada Laras tadi bahwa ia akan ke rumah sakit dengan menggunakan angkot.

" Kapan ibumu masuk rumah sakit,.?" tanya Ranti lagi.

" Kemarin , Ran,.!" jawab Dini.

" Bagaimana kalau kami antar,.?!" tanya Ranti lagi.

" Berbonceng tiga,..?!" tanya Dini balik.

Ranti menganggukkan kepalanya, memang diantara ketiga BESTie ini hanya Ranti lah yg ekonomi keluarganya termasuk yg paling lumayan berkecukupan, sehingga ia memiliki beberapa buah motor dan bahkan mobil pun juga ada.

Biasanya Ranti lah yg membonceng Laras ke sekolah dengan motornya sebab rumah keduanya sejalan arahnya.

Tidak dengan Dini yg berbeda arah.

" Baiklah Ran,..!" ucap Dini.

Ia pun menyetujui untuk berboncengan dengan kedua BESTie nya ini .

Untuk selanjutnya mereka pun membawa motor itu menuju ke rumah sakit dimana ibundanya di rawat.

Hampir lima belas menit sampailah ketiga gadis remaja ini di tempat tujuan.

" Din, kami tidak ikut masuk ya,.!" seru Ranti masih berada diatas motornya.

" Ga pa-pa, Ran, Ras,.aku masuk dulu,.!" sahut Dini.

Sambil melambaikan tangannya ia meninggalkan kedua sahabat karibnya yg juga langsung berangkat dari parkiran rumah sakit.

Memang hari itu Ranti memiliki urusan sehingga tidak dapat ikut masuk membesuk orang tua Dini.

Berjalan seorang diri , Dini melalui koridor rumah sakit.

Ia langsung menuju kamar tempat dimana ibunya di rawat.

Saat melihat ibunya terbaring lemah, hati gadis remaja ini pun langsung sedih.

Perlahan ia mendekati seraya berkata,

" Bun, apa yg dikatakan dokter,.?"

" Eh, anakku Dini, baru sampai,.?!" tanya ibunya tanpa menjawab pertanyaan putrinya tadi.

Dini mengambil selembar handuk setelah meletakkan tas sekolah nya.

Dengan cekatan ia pun melap keringat yg berada di dahi ibunya itu.

" Apa kata dokter Bun,.?" tanya Dini lagi.

Ibunya langsung memegangi tangan putrinya ini dan berkata,.

" Tadi pak Dokter bilang kepada bunda bahwa penyakit yang bunda derita adalah gagal ginjal ,Nak,.!" ucap perempuan yang berusia empat puluh tahunan ini.

" Hah,..!"

Dini nampak terkejut mendengar penjelasan dari sang bunda.

Sebab seperti yg banyak diketahui nya, penderita gagal ginjal ini jarang yg selamat dan jalan satu satunya untuk mempertahankan hidup adalah cuci darah.

" Jadi bunda harus menjalani cuci darah,.?" tanya Dini kepada ibunya.

Dengan mengangguk lemah , orang tua itu menyambung ucapan nya.

" Benar nak, bunda harus menjalani cuci darah, dan untuk itu bunda harap nanti katakan kepada bapak mu untuk segera datang kemari,.!" terang ibunya.

Dini terdiam , raut wajahnya kembali menampakkan rasa sedih yg amat mendalam.

Tidak seperti biasanya , dirinya yg periang tampak tidak bersemangat lagi.

" Sudahlah, jangan terlalu mengkhawatirkan bunda, nanti insyaallah juga akan sembuh,.yg penting saat ini adalah kita berusaha ,.!"

Terdengar sang bunda menasehati putri satu satunya ini.

Memang hati orang tua mana yang tidak akan sedih bila melihat anaknya yang bersedih , karena setahu orang tuanya Dini adalah anak yang penurut dan patuh, tidak terlalu banyak menuntut.

Begitu hari menjelang maghrib Dini berpamitan kepada ibunya untuk kembali ke rumah dan besok baru datang lagi.

" Hati -hati di jalan , anakku,.suruh bapakmu membawakan kain sarung bunda yg ada di lemari,.!" ujar ibunya kepada Dini.

" Baik Bun, Dini pamit,.!" sahut Dini.

Sambil mencium pipi ibunya , Dini kemudian meninggalkan ruangan dimana ibunya ini di rawat.

Selanjutnya ia pun menumpang angkot kembali ke rumahnya.

Saat hampir waktu isya barulah Dini tiba di rumah, dimana dilihatnya di depan teras nya , bapaknya tengah menunggu kehadiran nya.

" Bagiamana keadaan ibumu, Nak,.?!" tanya Bapaknya.

" Ibu masih kelihatan sangat lemah sekali , Pak, oh iya tadi bunda berpesan agar bapak membawakan kain sarung ,.!" jawab Dini.

Ia menyalami Bapaknya ini dan masuk ke dalam.

Sedang di dalam rumah , adiknya Dwi Bagas Prananto tengah sibuk mengerjakan tugas sekolahnya sambil menonton TV.

" Eh, kak, ajari Bagas soal yg ini,.!" seru bocah lelaki ini saat melihat kakaknya lewat.

" Nanti, kakak mau mandi dulu,.!" seru Dini.

Gadis remaja ini berlalu begitu saja meninggalkan adiknya yang masih sibuk menulis.

Ada sekitar lima belas menit Tantia Dini Prananti kembali lagi ke ruang tengah dan di lihatnya orang tua laki -lakinya sudah tidak berada di situ.

" Bapak sudah berangkat, Gas,.?" tanya Dini kepada adiknya.

" Sudah,..!" sahut Bagas.

Malas #2.

Untuk selanjutnya kedua orang kakak beradik ini pun tidur saat waktu menunjukkan tepat pukul sembilan.

" Theeet,.!"

" Theeet,.!"

" Theeet,.!"

" Aakhh,..!"

Tantia Dini Prananti menggeliat sambil berusaha meraih Hp nya yg berbunyi.

Sambil menutupi mulutnya dengan tangan kirinya karena menguap ia pun membuka telepon genggam nya itu.

" Hehh,.!"

Gadis remaja ini sangat terkejut saat membaca WA , sambil melirik ia ke arah jam dinding yang berada di kamarnya.

Waktu menunjukkan jam setengah dua.

Langsung ia menelpon kembali , sebab hatinya sudah sangat tidak menentu akibat membaca WA tadi.

" Halo, assalamualaikum,., bagaimana keadaan bunda,.Pak,.?!"

Terdengar suara Dini bertanya kepada orang tuanya.

" Keadaan ibumu makin parah, anakku, sebaiknya kalian besok tidak bersekolah, segeralah datang kemari,.!" seru suara di seberang telepon yg orang itu adalah ayah Dini.

Dini pun langsung menangis terisak-isak setelah mengetahui keadaan ibundanya yg semakin parah.

" Sudahlah,.jangan menangis , besok ajak Bagas ke rumah sakit,.dan jangan lupa untuk tetap berdoa atas kesehatan ibumu,.!" ucap Bapak Dini menasehati .

Karena tangis putrinya ini sangat kedengaran sekali di telinganya.

Setelah selesai menelepon orang tuanya, Dini sebenarnya ingin langsung berangkat ke rumah sakit, tetapi hari masih gelap, saat itu sudah menunjukkan jam dua.

Tampak kebingungan gadis remaja ini , hatinya sangat tidak tenang, ia pun berjalan menuju kamar adiknya dan membangunkan nya.

" Ada apa sih Kak,. Bagas masih ngantuk ini,.!" ucap bocah lelaki itu sambil merebahkan kembali tubuhnya.

" Kita besok harus ke rumah sakit , bunda semakin parah sakitnya, jadi kakak meminta kepada mu untuk segera bersiap juga tulis lah surat agar dirimu tidak dianggap absen belajar di sekolah,.!" terang Dini kepada adiknya.

Sontak saja adiknya itu bangkit kembali dan duduk di atas pembaringan nya.

" Kakak tahu darimana,.?" tanya Bagas.

" Tadi Bapak menelpon,.!" jawab Dini.

" Kita berangkat sekarang saja kak, Bagas ingin bertemu bunda,.!" ucap Bagas lagi.

" Hehh,.ini masih malam , naik apa kita ke rumah sakitnya, mana ada lagi angkot.,.!" seru Dini.

Bocah laki laki ini pun bangkit, sambil mengambil tas sekolahnya.Ia mengeluarkan beberapa buku dan peralatan sekolah seraya memasukkan beberapa potong pakaian nya.

" Kita naik sepeda aja , Kak,.!" ujar bocah ini kepada kakaknya.

Dengan menggeleng, Dini mengatakan itu tidak mungkin mereka lakukan , amat berbahaya berjalan saat malam begini , biarlah besok pagi saja mereka berangkat nya.

Bagas nampak kurang senang mendengar nya tetapi setelah Dini menjelaskan lagi barulah ia pun mengerti.

" Tulislah dahulu surat yg akan kau kirimkan ke sekolah , agar kita besok cepat berangkat nya,.!" ungkap Dini.

Adiknya itu pun menyetujuinya, ia meraih selembar buku dan juga sebuah pulpen dan langsung menulis.

Sedang Dini nampak sibuk dengan ponselnya.

Ia pun langsung mengirimkan pesan melalui WA nya kepada guru wali kelasnya.

Waktu pun berputar dengan cepatnya, ketika selesai azan subuh, kedua kakak beradik ini pun keluar dari rumah nya menggunakan sepedanya.

" Apakah kita akan naik sepeda ke rumah sakitnya, Kak,.?" tanya Bagas.

" Ya, iyalah, mana ada angkot jam segini,.!" sahut Dini sambil mengayuh sepeda nya.

"Jam berapa kita akan sampai disana,.,?" tanya Bagas lagi.

Tidak menghiraukan ucapan dari adiknya itu , Tantia Dini Prananti terus saja menggenjot dan mengayuh sepeda nya dengan kuat, rasa lelah nya terasa hilang karena ingin bertemu dengan ibundanya.

Hampir jam tujuh barulah mereka sampai di rumah sakit.

Buru -buru keduanya berlari masuk menuju kamar ibunya .

Setiba disana,. Dini dan Bagas melihat bapaknya tengah duduk termenung sambil menatap ke arah perempuan yang berusia empat puluh tahunan itu.

" Eh, Kalian sudah datang,.!" seru lelaki itu kepada kedua orang anaknya ini.

" Bagaimana keadaan bunda, pak,.?" tanya Dini langsung.

Bapaknya menjelaskan bahwa saat ini keadaan ibu mereka itu sedang koma, ia sudah tidak sadarkan diri.

Dini dan Bagas menangis menjerit mendengar ucapan dari Bapaknya .

" Bunda,...!"

Terdengar keduanya menjerit sambil memeluk ibunya yang masih diam di tempat tidurnya.

Kedua nya berusaha untuk membangunkan ibunda nya ini.

Akan tetapi nihil , perempuan itu masih saja diam tak bergerak sama sekali.

Saat waktunya dokter jaga masuk untuk melihat pasien , keduanya pun bertanya kepada sang Dokter.

" Ibu kami dapat sembuh kan, Dok ،!? Tanya mereka kepada sang Dokter.

Sang Dokter pun menyarankan kepada kedua anak itu untuk bersabar dan banyak -banyak berdoa kepada yang Maha Kuasa agar ibu mereka itu selamat dan sehat seperti biasanya.

Dokter jaga itu pun keluar dari dalam kamar itu meninggalkan nya, setelah selesai memeriksa keadaan pasiennya.

Sedangkan Dini dan Bagas masih terlihat menangis memeluk ibundanya.

Tidak terlalu lama , tubuh perempuan itu pun bergerak dengan menggeliat dan perlahan membuka matanya.

" Mm, maa,..naa,.Ba,..gas,.?!" tanya nya dengan terbata-bata.

" Bagas disini, Bun,.!" seru bocah lelaki itu sambil langsung mencium pipi ibunya.

Sang ibu pun membelai wajah putranya itu seraya berkata,.

" Gas, anakku, kamu jangan nakal ya, jangan membuat susah bapak dan kakakmu,.!" ucap ibunya kepada Bagas.

" Iya,.Bun,..!" sahut Bagas cepat.

" Janji,..?!" ucap ibunya lagi.

" Bagas berjanji Bun, tidak akan nakal, yg penting bunda segera sembuh dan pulang ke rumah,.!" seru Bagas.

Seolah mengerti dengan perasaan ibunya , bocah itu mengiyakan semua perkataan nya.

" Bb_ba,, gus,..bun_da senang mendengar nya,..!" kata ibunya kembali dengan terbata-bata.

Perlahan nafasnya terlihat memburu, dada nya turun naik dengan cepat sekali.

Perempuan itu masih sempat mengucakan permintaan maaf nya kepada sang semua sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.

" Dini,..cepat panggult Dokter,..!" seru sang Bapak kepada Dini.

Tidak menunggu lama, Dini pun segera berlari keluar untuk mencari dokter.

Beberapa saat berselang ia telah kembali lagi dengan dokter yg tadi telah datang memeriksa ibunya.

" Bagaimana, dok,.istri ku masih hidup kan,.dok,.?" tanya Bapak Dini.

" Tenang, yg sabar ya pak,.!" ucap Dokter tersebut.

Sambil ia melihat dan memeriksa bagian tubuh dari ibunda Dini ini.

Setelah selesai, berkata lah sang Dokter bahwa pasiennya itu telah meninggal dunia, ia berpesan agar secepatnya mengurus nya.

Sebelum keluar dokter masih berkata lagi,.

" Yang sabar,..ya,..!"

Pecahlah tangis kedua orang kakak beradik ini, juga sang bapak pun nampak jatuh terduduk dari sudut matanya mengalir airmata.

" Bunn, mengapa begitu cepat dirimu meninggalkan diriku,..anak -anak kita masih memerlukan dirimu,.!" ucapnya sambil menatap ke arah mayat sang istri.

Pada pagi itu juga , mayat dari ibunda Dini pun di bawa pulang menggunakan ambulans guna dimakamkan.

Beberapa keluarga pun dihubungi agar dapat menyiapkan rumah mereka , karena saat itu keadaan rumah mereka tanpa penghuni.

"

Malas #3

Saat pemakaman ibundanya di langsungkan ,Dini menangis sejadi jadinya.

Ia beberapa kali jatuh pingsan, hati gadis remaja ini sangat terpukul dengan kepergian ibundanya yg cukup tiba-tiba.

Bagas adiknya pun berusaha untuk menyadarkannya serta membawa nya kembali pulang dari tempat pemakaman umum tersebut.

" Bund, gas, ..bunda,...!" seru Dini lagi.

Sedangkan adiknya hanya nampak terdiam, di sudut matanya mengambang bulir bulir airmata, kedua kakak beradik ini memang sangat kehilangan sekali dengan kematian ibunya itu.

" Sudahlah, saat ini yg paling penting untuk ibunda kalian adalah mendoakan nya,.!" seru Bapaknya mengingatkan.

Lelaki itu pun memberikan nasehat kepada kedua anaknya untuk tetap semangat sepeninggalnya ibu mereka.

Walaupun jauh di lubuk hatinya tersirat rasa sedih yg sangat mendalam. Ia dan istri sudah menjalani kehidupan rumah tangganya lebih dari lima belas tahun, dan membuahkan dua orang anak lelaki serta perempuan.

Meskipun kehidupan mereka jauh dari yg namanya kecukupan, akan tetapi sang istri tidak sekali pun pernah mengeluh dengan pahitnya kehidupan rumah tangga yang mereka jalani ini.

Hehh, semoga dirimu merasakan ketenangan dan kebahagiaan di alam sana, berkata lelaki itu dalam hatinya.

Pada keesokan hari nya, seperti biasa ,orang tua laki-laki dari Dini ini bekerja sebagai seorang petani dan pengurus beberapa hewan ternak yg di miliki seorang kaya yg ada di tempat tersebut.

" Mengapa terlambat Prananto,.?!" seru seorang lelaki bertubuh tambun dengan sedikit agak marah kepada orang tua Dini ini.

" Maaf Gan,.. tadi di rumah , aku harus membereskan sesuatu,.!" jawab Suprananto , ayah dari Dini ini.

" Kalau memang malas , lebih baik jangan datang ,!" seru lelaki yang bertubuh gemuk ini lagi.

Bapak Dini tidak terlalu menanggapi, ia langsung mengambil arit dan meninggalkan tempat tersebut.

Seperti biasa ia memang bertugas untuk mencari rerumputan guna memenuhi pakan ternak sapi yg di miliki oleh Juragan Barkah.

Sedangkan di rumah, hari itu Dini tidak berangkat sekolah,.ia masih malas untuk belajar sepeninggal ibundanya.

Meski demikian , Dini mengerjakan beberapa tugas rumah tangga yang biasanya di kerjakan oleh sang ibu.

Bun,. ternyata cukup melelahkan bila harus mengerjakan ini semua seorang diri , berkata dalam hati gadis itu.

Tatkala matahari sudah beranjak tinggi, adiknya Bagas pun kembali dari sekolahnya.

Bocah lelaki ini sedang berganti pakaian saat kakak nya menyuruh nya untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya.

" Gas,. antarkan makanan itu, jangan sampai terlambat nanti Bapak akan marah,.!" seru Dini kepada adiknya.

Memang Dini sudah mampu untuk memasak dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga , sebab dahulu ia sering mengikuti sang ibu saat melakukan nya, sehingga bagi gadis remaja ini tidak canggung lagi mengerjakan nya.

" Baik,.Kak,..!" sahut Bagas.

Selepas waktu Zuhur, adiknya itu pun bergegas menuju sawah dimana ayahnya bekerja.

Orang tua mereka ini memang menjadi buruh serabutan, apa pun ia kerjakan asal itu adalah pekerjaan yang halal.

Dini yg berada di rumah tiba tiba saja mendapatkan pesan WA dari temannya Ranti.

Din, menurut ibu wali kelas, besok dirimu harus segera hadir ke sekolah , sebab akan ada beberapa ujian sebelum ujian akhir,..

Begitulah pesan yang di terimanya dari salah seorang sahabat karibnya.

Dan Dini pun nampak termenung memandangi ponselnya ini, dalam hati gadis ini, bila ia bersekolah siapa yang akan menyiapkan makanan orang tuanya, sedangkan ibundanya sudah tiada lagi.

Dari sudut matanya pun tiba tiba saja menetes airmata , bila ia teringat dengan sang ibu.

" Mengapa kau menangis, anakku,..!"

Tiba tiba saja suara ayahnya membuyarkan lamunannya yg masih saja mengingat kepergian dari ibundanya.

" Ahh, tidak pak,..Dini hanya teringat dengan bunda,..!" sahut Dini.

" Sudah, besok dirimu harus bersekolah,.ingat,. bapak ingin dirimu berhasil menjadi seorang sarjana dan memiliki kehidupan yang lebih baik dari bapak,.mulai besok dan seterusnya dirimu tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah tangga,.tugas mu hanya belajar,.!" terang Bapaknya.

Lantas Dini pun mengatakan kepada bapaknya , jika ia sekolah lalu yg akan menyiapkan makanan nya siapa, sebab ia tentu akan pulang dari sekolah sudah menjelang sore.

" Tidak apa apa, nanti Bapak yg melakukan nya sendiri,.!" sahut Bapak nya.

Dini pun menganggukkan kepalanya , seraya berkata,.

" Baiklah kalau begitu,..!"

Dan malam itu mereka pun masih mengadakan acara tahlilan di rumahnya guna mendoakan ibundanya.

Esok harinya, Dini dengan malas malasan pun berangkat ke sekolah menggunakan sepedanya.

Ia pun bertemu dengan kedua orang temannya Laras dan Ranti.

Setelah bertemu dengan mereka, keceriaan dari gadis remaja ini pun kembali. Dirinya agak terhibur dengan keberadaan mereka.

" Oh iya, Din,.. tampaknya Rendi menaruh hati kepada mu,..!" kelakar Ranti kepada Dini.

" Iya, bener itu Din,.kemarin kami melihat Rendi seolah menunggui mu di depan pintu gerbang sekolah,..!" timpal Laras.

Maka pecahlah tawa ketiga gadis remaja itu dengan melihat wajah Dini yg berubah memerah.

Sebab kedua orang temannya ini sangat tahu sekali dengan perasaan Dini.

Kakak Bagas Prananto itu memang menyukai sang ketua OSIS yang bernama Rendi Syahputra itu.

Biasalah , seusia mereka ini memang masih cenderung labil dan sudah mulai menyukai lawan jenis.

Di tambah lagi, Rendi yg merupakan ketua OSIS itu pun memiliki wajah yang cukup menawan.

Sehingga di sekolah tingkat menengah ini termasuk menjadi idola, termasuk juga Dini.

Tetapi tentu saja , ia tidak berani mengutarakan perasaan nya kepada sang ketua OSIS.

Saat akan kembali pulang, tidak sengaja Dini berpapasan dengan Rendi.

Ketua OSIS ini langsung menghampirinya ketika ia akan mengayuh sepeda nya.

" Oh iya,.Din,..ini dari OSIS ada ucapan turut berbela sungkawa atas meninggalnya orang tua mu,.!" ucap Rendi Syahputra sambil menyerahkan sebuah amplop putih kepada Dini.

Dini pun mengambilnya seraya mengucapkan terima kasih, meski tangan nya agak gemetaran saat tangannya bersentuhan langsung dengan Rendi, sang ketua OSIS.

" Terima kasih,..!" desis Dini.

Rendi Syahputra pun mengangguk, ia pun menjelaskan kepada Dini, mengapa pihak OSIS tidak dapat hadir pada saat pemakaman ibunda dari teman nya itu dan baru kini dapat memberikan ucapan berbela sungkawa.

" Oh,.tidak apa apa, Ren,..!" ucap Dini.

Lantas Rendi pun meninggalkan Dini yg masih diam terpaku sesaat melihat ketua OSIS ini berlalu pergi.

Benar apa yg dikatakan Ranti tadi, ternyata Rendi memang menungguku , untuk memberikan ini,.bukan yg lain,..berkata dalam hati Dini sambil melihat amplop putih yang ia terima tadi.

Hehh,. pikiranku jadi kemana-mana,.berkata lagi Dini di dalam hatinya sambil terus mengayuh sepeda nya itu.

Memang sebenarnya Tantia Dini Prananti ini adalah termasuk salah satu bintang di sekolah nya, baik itu wajahnya maupun otaknya.

Bahkan dalam bidang olahraga , Dini memiliki kemampuan yang patut diacungi jempol , seperti dalam bidang olahraga Voli.

Sehingga bagi murid laki-laki yg ada di sekolah nya pun banyak yang tertarik dengan gadis ini, demikian pula halnya dengan Rendi Syahputra.

Dari kejauhan sang ketua OSIS menatap Dini yg meninggalkan sekolah dengan menggunakan sepedanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!