Malas #7.

Dini Prananti sendiri sebenarnya kurang bersemangat kali ini, ada rasa malasnya karena ketidak hadiran dari orang tuanya, namun ia memaksakan diri juga agar tampil baik dalam acara kali ini.

Dan acara persembahan dari kelas sembilan ini berjalan cukup sukses dengan di tandai oleh beberapa pujian dari dewan guru dan juga para orang tua murid.

Acara di buka dengan menampilkan tarian yg dibawakan oleh Dini dan teman temannya.

Cukup luwes dan memang tampak sudah cukup mengerti dengan jenis tarian yang dibawakan oleh mereka itu, sebab meski sedikit sulit , tari Srimpi ini terbilang mampu mendidik dengan seluruh gerakan nya , mengenai perjuangan seseorang untuk melawan musuh.

Secara medley , tarian tersebut diakhiri dengan menampilkan tari poco poco yg sudah cukup booming di negeri ini.

Acara persembahan itu ditutup dengan pembacaan puisi yang dilakukan oleh sang Ketua OSIS, Rendi Syahputra.

Ia membawakan puisi yg kali ini memuji sikap dari para guru sekolah yg berjuang untuk mendidik anak negeri ini supaya menjadi pandai, puisi itu di tutup dengan ucapan rasa terima kasih kepada para guru.

Dan diiringi oleh tepuk tangan berakhirlah, acara persembahan terakhir murid kelas sembilan ini.

Jam menunjukkan pukul dua lebih lima menit.

Saat para panitia sibuk kembali membereskan semua peralatan , demikian pula dengan rombongan Dini.

Mereka bergegas untuk segera kembali ke rumah sebab sudah tidak ada lagi yg perlu untuk di bicarakan.

Meskipun Rendi Syahputra sang ketua OSIS masih berada disana.

" Din,.kau naik apa,..?!" tanya Ranti kepada Dini.

Seperti biasa mereka bertiga berjalan bersama keluar dari aula sekolah tersebut.

" Naik angkot,.Ran,.!" jawab Dini.

" Bagaimana kalau kita berboncengan saja,. hitung hitung, ini kan malam minggu , siang ini kita dapat keliling sebentar di kota,. gimana Ras,.!" ucap Ranti sambil melirik Laras temannya.

Belum pun Laras menjawab, Dini sudah berkata lebih dahulu,.

" Tampaknya Aku gak bisa ikut kalian Ran,.rumah belum beres,..!" sahut Dini.

" Payah ,.. urusan rumah sudah tinggalkan saja, yg penting saat ini kita merayakan keberhasilan kita tadi,.!" seru Ranti.

Dini masih terdiam, dan ketika ia teringat sesuatu segera lah berkata,.

" Sorry,.aku harus kembali ke aula, ada beberapa barang yg ketinggalan,.!"

Dan Dini pun bergegas meninggalkan kedua temannya.

" Payah kau Din, bilang saja ingin bertemu Rendi, dan akan mengajak nya jalan,.!" teriak Ranti kepada Dini.

Sedangkan yg di teriakan sudah membelok dari ujung kelas yg dilalui nya menuju aula.

Setibanya disana , Dini memang masih melihat Rendi Syahputra yg tengah mengumpulkan beberapa peralatan yang dipakai dalam acara tadi.

Ketua OSIS ini cukup cekatan juga dalam bekerja.

Tatkala melihat Dini masuk lagi kesana, Rendi pun segera bertanya kepada Dini.

" Ada apa,..!?" sapa nya kepada Dini.

Dini tampak nervous sekali ketika berhadapan dan mendapat sapaan dari ketua OSIS itu.

" Ah, eh,..ini,.. tadi, ada yg ketinggalan,.!" ucap Dini dengan terbata-bata dan sangat gugup sekali.

" Apa yg ketinggalan,..?!" tanya Rendi seraya menghampiri Dini.

Gadis itupun tampak kebingungan , ia baru tersadar akan sesuatu,.

" Selendang kami yg tadi di pakai tampak nya masih tertinggal di belakang,.!" jelas Dini.

Setelah ia mampu menguasai emosi dan perasaan nya.

" Yang ini maksud mu,..?!" tanya Rendi.

Seraya ia menunjukkan beberapa selendang yg berada di tangan nya.

" Bb,benar,.!" sahut Dini gugup.

Ia lantas bertanya kepada Rendi dimana menemukan nya, sedangkan menurut perasaan nya tadi sudah ia masukkan ke dalam tas.

" Tadi ketika kami beres beres, ada salah satu anggota OSIS yang melihat nya tertinggal di belakang,.!" ungkap Rendi seraya menyerahkan nya kepada Dini.

Dini pun langsung meraih selendang itu dan kemudian memasukkan nya ke dalam tasnya.

Ketika ia akan pergi tiba-tiba saja Rendi bertanya lagi.

" Mau pulang,..,?!"

" Eh,..iya,.!" sahut Dini.

" Dengan siapa,..?!"

" Sendiri,..!" jawab Dini.

" Naik sepeda,.?!"

" Nggak,..naik angkot,.!" balas Dini.

" Bagaimana kalau aku antar saja,..?!" ucap Rendi Syahputra dengan terus terang.

Memang sebenarnya , ketua OSIS ini pun memiliki perasaan terhadap Dini.

Akan tetapi ia enggan untuk mengatakan nya, sebab menurut nya belum pantas seusia ini berdekatan dengan seorang perempuan.

Yg menjadi kebingungan adalah Dini, ia merasa serba salah, jika dirinya menerima tentu ia akan mendapatkan bully an dari temannya, sedangkan kalau menolak nya tentu kesempatan itu tidak akan terulang untuk kedua kalinya.

" Mengapa diam,.?!" tanya Rendi lagi.

" Bb,bb, baiklah kalau tidak merepotkan mu,.!" ucap Dini sambil menunduk.

Rendi pun segera mendatangi teman temannya, dan ia mengatakan kepada mereka untuk pergi terlebih dahulu, semua urusan yang ada di situ agar mereka bereskan.

Ia pun mengajak Dini keluar dan berjalan menuju parkiran, dimana motor matic nya ia parkir.

Keduanya berjalan bersama tanpa berkata apa apa lagi,.Dini hanya menundukkan kepalanya, tidak berani menatap ketua OSIS ini.

Hatinya bercampur aduk, dari rasa senang, sedih juga galau, takut bila Laras dan Ranti melihat akan hal ini.

Sesampainya di parkiran, Rendi Syahputra langsung mengambil sepeda motor nya, seraya menyerahkan sebuah helm kepada Dini.

" Pakai,..!" serunya.

Dini pun meraih helm tersebut dan memakai kannya diatas kepalanya.

Mereka berdua pun langsung naik ke atas motor matic itu dan meninggalkan area sekolahan.

Dalam hati Dini tambah tidak keruan ketika duduk sangat dekat dengan Rendi.

Hatinya berdegup sangat kencang,.ia tidak dapat membayangkan dapat berboncengan dengan sosok yang cukup dikagumi oleh para siswa cewek yang ada di sekolahnya , termasuk dengan dirinya sendiri.

Keduanya melalui jalan beraspal, dan keduanya pun hanya berdiam diri saja sampai akhirnya Rendi bertanya.

" Kamu sakit , ?!" tanya nya Dini.

" Nggak,..!" sahut Dini.

" Lha,.mengapa sedari tadi diam saja,..?!"

Kembali Rendi Syahputra bertanya kepada Dini, sebab ia merasa seperti sedang menjadi seorang ojek online yg membawa penumpang nya.

" Mau ngomong apa,.!" ucap Dini.

" Apa saja, asalkan kita tidak seperti seorang ojek online dan seorang penumpang nya,.!" sambung Rendi Syahputra.

Dini kembali terdiam, dan ketika ia melihat dalam sekejap saja motor matic itu telah memasuki jalan tanah yang menuju ke arah rumahnya.

He,.mengapa cepat sekali sampai nya,. membathin gadis remaja itu dalam hatinya.

Rasa rasanya baru saja meninggalkan area t, namun kini sudah tidak terlalu jauh lagi dari rumahnya.

Ada sedikit rasa kecewa di dalam putri bapakt Suprananto ini, mengapa ia tadi tidak mengajak ngobrol Rendi , agar laju motor itu tidak terlalu kencang sehingga akan sangat lambat sampai ke rumah.

Sayang,.desis nya.

" Apanya yg sayang,..?!" tanya Rendi yg mendengar desis dari Dini tadi.

" Ah,.enggak,..!" sahut Dini yg merasa malu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!