Pada hari selanjutnya, sekembalinya dari sekolah, Dini dan teman teman nya berkumpul di rumahnya.
Dalam beberapa hari ini mereka akan berlatih tari bersama.
Demikian pula saat hari ini, ditambah dengan empat orang lagi, terkumpullah tujuh orang gadis remaja yang berlatih tari.
Karena Dini dan teman temannya sudah belajar , maka mereka dengan mudahnya melanjutkan nya tanpa melalui guru pembimbing.
" Kita hari ini belajar tari tradisional saja, lusa baru kita belajar tari modern,.!" ucap Ranti kepada teman temannya.
" Aku sih oke oke saja,.!" sahut Dini.
" Bagaimana denganmu,.Ras,..?!" tanya Ranti.
" Terserah kalian saja, aku ngekor aja,.!" jawab Laras.
Sedangkan teman temannya yg lain hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Sebab tiga orang BESTie ini sudah lebih memahami dari mereka.
Mulailah mereka berlatih tari dengan di iringi musik yg mereka putar menggunakan ponsel.
Tari yg mereka latih adalah Tari Srimpi dan berasal dari kraton Yogyakarta.
Tari itu bermula dimasa pemerintahan dari Sultan Agung yg memerintah di kerajaan Mataram.
Diiringi tabuhan musik gamelan yg tidak terlalu keras, berlatihlah ke empat siswa Sekolah Menengah ini.
Dengan lincah nya mereka bergerak dan mengibaskan selendang yang terlilit di pinggang nya.
Memang jenis tari tradisional ini berjumlah empat orang saja, alias berpasangan.
Hampir dua jam mereka berlatih , baru setelah nya beristirahat.Dan kemudian dilanjutkan lagi oleh temannya yg lain, yg belum berlatih.
Dan pada keesokan harinya, saat para siswa kelas sembilan ini sibuk belajar menari lagi meskipun mereka tidak di dampingi oleh bu Tantri sebagai guru tarinya karena beliau saat ini baru saja melahirkan.
Datanglah ke tempat itu Bardan Subarkah alias Bari dengan motor sportnya.
" Din, lagi ngapain, jalan yuk,..!" serunya kepada Dini dengan suara keras , sekeras suara motor nya.
" Apakah kakak tidak melihat kami sedang belajar,..?!" jawab Dini cuek.
" Belajar,.belajar apa, yg kulihat kalian sedang menari poco-poco,.!" seru Bari lagi.
Ranti yg mendengarnya menjadi kurang senang, ia pun bertanya kepada Dini dengan berbisik,.
" Siapa Din,..!?" tanya nya sambil menoleh ke arah Dini.
" Kak Bari,..!" sahut Dini Prananti.
" Bardan Subarkah maksud mu,.!" sambung Ranti lagi.
Tidak menjawab Dini hanya menganggukkan saja kepalanya.
" Orang macam ini yg akan jadi suami mu Din,..?" tanya Ranti .
Dari nada ucapan nya ia amat tidak senang melihatnya.
Di pandangan mata dari teman Dini ini sangat tidak menyukai sosok pemuda yang bernama Bari itu, selain sikap nya tampaknya pun dari gayanya, pemuda yang memiliki warna kulit yg agak kehitaman ini menggunakan anting pada kedua telinganya di tambah lagi rambutnya yang awut awutan, tidak selaras dengan tatapan matanya.
Sedangkan Dini yg ditanya tidak menjawab, Dini memang kurang senang atas kehadiran dari pemuda yang nampak slengek an itu.
" O, alah,.Din, ngapain capek capek belajar nari kayak gitu, nanti juga setelah tamat sekolah dirimu sendiri segera menikah denganku,..!" seru Bari lagi sambil menatap ke arah ketujuh siswa Sekolah Menengah pertama itu.
Dini Prananti memelototkan matanya, ia tidak senang mendengar ucapan dari putra juragan Barkah tadi.
" Ih , amit-amit deh Din, jika harus memiliki seorang suami seperti itu,.!" ucap Laras.
Temannya ini pun mengajak semuanya untuk masuk ke dalam rumah.
" Hei, mau kemana kalian,..!"
Terdengarlah teriakan dari Bari. Putra Juragan Barkah itu merasa kesal melihat Dini dan teman temannya masuk ke dalam rumah meninggalkan dirinya seorang diri.
" Awas,..nanti kau Din,.!" gerutu nya dengan sangat kesal.
Ia pun menyalakan sepeda motor nya serta membuat suara bising di rumah Dini.
Akan tetapi gadis remaja yang sudah berada di dalam rumah tidak memperdulikan nya lagi.
Mereka sibuk membuat minuman , karena sedari tadi cukup lelah belajar menari.
Hingga saat hari yg ditentukan itu tinggal sehari lagi. Dini pun bertanya kepada Bapaknya apakah mau hadir menggantikan ibunya yang sudah tidak ada lagi.
" Pak,.besok kan hari pertunjukkan kami siswa kelas sembilan, dalam rangka acara perpisahan sekolah sebelum kami melaksanakan ujian akhir,.. apakah besok bapak hadir menggantikan ibu,..?!" tanya Dini kepada Bapaknya.
Di saat sore sepulang bapaknya dari bekerja dan tengah menikmati secangkir kopi panas nya.
" He,..!"
Bapaknya terkejut mendengar nya, sebab selama ini ia tidak sekalipun pernah hadir ke sekolah,.sehari hari tugas nya hanya di sawah dan memberi makan ternak juragan Barkah.
Lama juga Bapak Suprananto ini memandangi putrinya yang duduk di sebelahnya.
Ada sedikit perasaan yang tidak menentu dalam hatinya.
Ingin menolaknya tentu ia takut Dini akan menjadi kecewa, jika menyanggupinya , dirinya tidak terbiasa akan hal tersebut.
Bagaimana dengan kerjaku, nanti Juragan Barkah akan marah,..berkata dalam hati orang tua Dini itu .
" Bapak bisa datang kan, menggantikan ibu,..?!" tanya Dini lagi.
Ayah Dini ini kemudian mengatakan kepada putrinya bahwa ia tidak dapat hadir ke sekolah karena dirinya masih banyak kerja di sawah dan itu harus ia kerjakan agar juragan Barkah tidak menjadi marah karenanya.
" Bapak tidak ingin Juragan Barkah menjadi marah , anakku, bukan karena Bapak tidak mau datang ke sekolah mu,..!" ungkap nya .
Dini yg mendengar nya menjadi kurang senang, ia pun lari masuk ke dalam kamarnya, dan tidak terlalu lama terdengar lah suara isak tangis pecah dari dalam bilik kamarnya itu.
Bapak Suprananto , orang tua Dini menjadi bingung, sepertinya ia pun tengah menghadapi masalah sendiri ,kini di tambah lagi atas permintaan putrinya yang tampaknya sangat sulit untuk ia kabulkan.
He,. bagaimana lah nasibmu anakku jika kelak Bapak mu sudah tiada lagi di dunia ini, mem bathin dalam hatinya.
Lelaki paruh baya ini seperti tengah memendam sesuatu yang sangat berat, terlebih sejak kepergian istrinya tercinta itu.
Cukup lama orang tua itu tercenung memikirkan nasib keluarganya, ada beban yang sangat berat yg kini ia tanggung, belum lagi melihat putri satu satunya itu, walaupun secara penglihatan umum ia dapat dikatakan dewasa dengan tubuhnya yang cukup besar dan tinggi, tetapi dari sisi kejiwaan ia masih lah seorang kanak -kanak yg dapat ngambek kapan pun juga.
Ah, sudahlah ,. mudah mudahan ia dapat mengerti , ucap nya dalam hati.
Orang tua itu pun bangkit dari duduk nya dan masuk ke dalam rumahnya.
Di ruang tamu terlihat Bagas masih asyik dengan HP nya.
Pada keesokan harinya, tepatnya hari itu adalah hari sabtu, Dini berangkat ke sekolah lebih cepat dari biasanya.
Acara perpisahan kelas sembilan itu adalah hari ini.
Mereka sebagai pengisi acara harus segera berada disana agar dapat mempersiapkan segala sesuatu nya.
Terlihat hampir seluruh murid kelas sembilan telah hadir dengan di dampingi oleh para orang tuanya.
Sedangkan siswa kelas Delapan dan kelas Tujuh di liburkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments