Saat pemakaman ibundanya di langsungkan ,Dini menangis sejadi jadinya.
Ia beberapa kali jatuh pingsan, hati gadis remaja ini sangat terpukul dengan kepergian ibundanya yg cukup tiba-tiba.
Bagas adiknya pun berusaha untuk menyadarkannya serta membawa nya kembali pulang dari tempat pemakaman umum tersebut.
" Bund, gas, ..bunda,...!" seru Dini lagi.
Sedangkan adiknya hanya nampak terdiam, di sudut matanya mengambang bulir bulir airmata, kedua kakak beradik ini memang sangat kehilangan sekali dengan kematian ibunya itu.
" Sudahlah, saat ini yg paling penting untuk ibunda kalian adalah mendoakan nya,.!" seru Bapaknya mengingatkan.
Lelaki itu pun memberikan nasehat kepada kedua anaknya untuk tetap semangat sepeninggalnya ibu mereka.
Walaupun jauh di lubuk hatinya tersirat rasa sedih yg sangat mendalam. Ia dan istri sudah menjalani kehidupan rumah tangganya lebih dari lima belas tahun, dan membuahkan dua orang anak lelaki serta perempuan.
Meskipun kehidupan mereka jauh dari yg namanya kecukupan, akan tetapi sang istri tidak sekali pun pernah mengeluh dengan pahitnya kehidupan rumah tangga yang mereka jalani ini.
Hehh, semoga dirimu merasakan ketenangan dan kebahagiaan di alam sana, berkata lelaki itu dalam hatinya.
Pada keesokan hari nya, seperti biasa ,orang tua laki-laki dari Dini ini bekerja sebagai seorang petani dan pengurus beberapa hewan ternak yg di miliki seorang kaya yg ada di tempat tersebut.
" Mengapa terlambat Prananto,.?!" seru seorang lelaki bertubuh tambun dengan sedikit agak marah kepada orang tua Dini ini.
" Maaf Gan,.. tadi di rumah , aku harus membereskan sesuatu,.!" jawab Suprananto , ayah dari Dini ini.
" Kalau memang malas , lebih baik jangan datang ,!" seru lelaki yang bertubuh gemuk ini lagi.
Bapak Dini tidak terlalu menanggapi, ia langsung mengambil arit dan meninggalkan tempat tersebut.
Seperti biasa ia memang bertugas untuk mencari rerumputan guna memenuhi pakan ternak sapi yg di miliki oleh Juragan Barkah.
Sedangkan di rumah, hari itu Dini tidak berangkat sekolah,.ia masih malas untuk belajar sepeninggal ibundanya.
Meski demikian , Dini mengerjakan beberapa tugas rumah tangga yang biasanya di kerjakan oleh sang ibu.
Bun,. ternyata cukup melelahkan bila harus mengerjakan ini semua seorang diri , berkata dalam hati gadis itu.
Tatkala matahari sudah beranjak tinggi, adiknya Bagas pun kembali dari sekolahnya.
Bocah lelaki ini sedang berganti pakaian saat kakak nya menyuruh nya untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya.
" Gas,. antarkan makanan itu, jangan sampai terlambat nanti Bapak akan marah,.!" seru Dini kepada adiknya.
Memang Dini sudah mampu untuk memasak dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga , sebab dahulu ia sering mengikuti sang ibu saat melakukan nya, sehingga bagi gadis remaja ini tidak canggung lagi mengerjakan nya.
" Baik,.Kak,..!" sahut Bagas.
Selepas waktu Zuhur, adiknya itu pun bergegas menuju sawah dimana ayahnya bekerja.
Orang tua mereka ini memang menjadi buruh serabutan, apa pun ia kerjakan asal itu adalah pekerjaan yang halal.
Dini yg berada di rumah tiba tiba saja mendapatkan pesan WA dari temannya Ranti.
Din, menurut ibu wali kelas, besok dirimu harus segera hadir ke sekolah , sebab akan ada beberapa ujian sebelum ujian akhir,..
Begitulah pesan yang di terimanya dari salah seorang sahabat karibnya.
Dan Dini pun nampak termenung memandangi ponselnya ini, dalam hati gadis ini, bila ia bersekolah siapa yang akan menyiapkan makanan orang tuanya, sedangkan ibundanya sudah tiada lagi.
Dari sudut matanya pun tiba tiba saja menetes airmata , bila ia teringat dengan sang ibu.
" Mengapa kau menangis, anakku,..!"
Tiba tiba saja suara ayahnya membuyarkan lamunannya yg masih saja mengingat kepergian dari ibundanya.
" Ahh, tidak pak,..Dini hanya teringat dengan bunda,..!" sahut Dini.
" Sudah, besok dirimu harus bersekolah,.ingat,. bapak ingin dirimu berhasil menjadi seorang sarjana dan memiliki kehidupan yang lebih baik dari bapak,.mulai besok dan seterusnya dirimu tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah tangga,.tugas mu hanya belajar,.!" terang Bapaknya.
Lantas Dini pun mengatakan kepada bapaknya , jika ia sekolah lalu yg akan menyiapkan makanan nya siapa, sebab ia tentu akan pulang dari sekolah sudah menjelang sore.
" Tidak apa apa, nanti Bapak yg melakukan nya sendiri,.!" sahut Bapak nya.
Dini pun menganggukkan kepalanya , seraya berkata,.
" Baiklah kalau begitu,..!"
Dan malam itu mereka pun masih mengadakan acara tahlilan di rumahnya guna mendoakan ibundanya.
Esok harinya, Dini dengan malas malasan pun berangkat ke sekolah menggunakan sepedanya.
Ia pun bertemu dengan kedua orang temannya Laras dan Ranti.
Setelah bertemu dengan mereka, keceriaan dari gadis remaja ini pun kembali. Dirinya agak terhibur dengan keberadaan mereka.
" Oh iya, Din,.. tampaknya Rendi menaruh hati kepada mu,..!" kelakar Ranti kepada Dini.
" Iya, bener itu Din,.kemarin kami melihat Rendi seolah menunggui mu di depan pintu gerbang sekolah,..!" timpal Laras.
Maka pecahlah tawa ketiga gadis remaja itu dengan melihat wajah Dini yg berubah memerah.
Sebab kedua orang temannya ini sangat tahu sekali dengan perasaan Dini.
Kakak Bagas Prananto itu memang menyukai sang ketua OSIS yang bernama Rendi Syahputra itu.
Biasalah , seusia mereka ini memang masih cenderung labil dan sudah mulai menyukai lawan jenis.
Di tambah lagi, Rendi yg merupakan ketua OSIS itu pun memiliki wajah yang cukup menawan.
Sehingga di sekolah tingkat menengah ini termasuk menjadi idola, termasuk juga Dini.
Tetapi tentu saja , ia tidak berani mengutarakan perasaan nya kepada sang ketua OSIS.
Saat akan kembali pulang, tidak sengaja Dini berpapasan dengan Rendi.
Ketua OSIS ini langsung menghampirinya ketika ia akan mengayuh sepeda nya.
" Oh iya,.Din,..ini dari OSIS ada ucapan turut berbela sungkawa atas meninggalnya orang tua mu,.!" ucap Rendi Syahputra sambil menyerahkan sebuah amplop putih kepada Dini.
Dini pun mengambilnya seraya mengucapkan terima kasih, meski tangan nya agak gemetaran saat tangannya bersentuhan langsung dengan Rendi, sang ketua OSIS.
" Terima kasih,..!" desis Dini.
Rendi Syahputra pun mengangguk, ia pun menjelaskan kepada Dini, mengapa pihak OSIS tidak dapat hadir pada saat pemakaman ibunda dari teman nya itu dan baru kini dapat memberikan ucapan berbela sungkawa.
" Oh,.tidak apa apa, Ren,..!" ucap Dini.
Lantas Rendi pun meninggalkan Dini yg masih diam terpaku sesaat melihat ketua OSIS ini berlalu pergi.
Benar apa yg dikatakan Ranti tadi, ternyata Rendi memang menungguku , untuk memberikan ini,.bukan yg lain,..berkata dalam hati Dini sambil melihat amplop putih yang ia terima tadi.
Hehh,. pikiranku jadi kemana-mana,.berkata lagi Dini di dalam hatinya sambil terus mengayuh sepeda nya itu.
Memang sebenarnya Tantia Dini Prananti ini adalah termasuk salah satu bintang di sekolah nya, baik itu wajahnya maupun otaknya.
Bahkan dalam bidang olahraga , Dini memiliki kemampuan yang patut diacungi jempol , seperti dalam bidang olahraga Voli.
Sehingga bagi murid laki-laki yg ada di sekolah nya pun banyak yang tertarik dengan gadis ini, demikian pula halnya dengan Rendi Syahputra.
Dari kejauhan sang ketua OSIS menatap Dini yg meninggalkan sekolah dengan menggunakan sepedanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments