Seminggu berlalu....
Dita perlahan mulai mengerti dan mengerjakan pekerjaan rumah. Ia membantu Andra menanam berbagai aneka sayuran di halaman rumah.
Dita juga mencuci pakaian Andra dan ibunya meskipun keduanya melarangnya tapi wanita itu memaksanya.
Para tetangga yang curiga dengan keberadaan Dita segera Laila tangani. Ibunya Andra itu mengatakan jika Dita adalah keponakan dari suaminya. Mereka pun percaya karena mendiang suami Laila tinggal di kota seberang dan mereka juga tak terlalu mengenalnya secara dekat.
Hari ini Andra akan berangkat ke kota untuk mencari pekerjaan dan ia menitipkan Dita kepada ibunya.
"Apa nanti malam kamu akan kembali?" tanya Dita yang takut jika ditinggal Andra
"Aku tidak tahu, jika hari sudah mulai gelap kemungkinan aku menginap di kos-kosan temanku," jawabnya.
"Kamu tidak bisa mengusahakan pulang," ucap Dita berharap.
"Kalau malam, angkutan umum jarang melewati jalan besar ujung kampung, Dita. Tapi aku janji, jika sampai jam empat aku belum mendapatkan pekerjaan. Aku segera pulang," kata Andra.
Dita manggut-manggut paham.
Andra menangkup wajah Dita. "Jangan bersedih begitu!" ia menenangkannya.
Dita mendongakkan wajahnya, mencoba tersenyum.
"Aku berangkat, ya!" pamit Andra.
Dita mengangguk mengiyakan.
Andra ke dapur, ia menghampiri ibunya memohon restu karena akan berangkat mencari pekerjaan. "Bu, titip Dita!"
"Iya, Ibu akan menjaganya. Kamu jangan khawatir," kata Laila.
"Aku pergi, Bu. Semoga hari ini aku mendapatkan pekerjaan," ucap Andra.
"Semoga!"
-
Andra telah berangkat ke kota dan Dita pergi ke kebun menemani Laila bekerja. Ia juga memperkenalkannya kepada pemilik tanah.
"Jadi ini keponakan Bibi yang mau bekerja?" tanya pria yang lebih tua 3 tahun dari Andra.
"Iya, Mas Bayu," jawab Laila.
"Dia sangat cantik," puji Bayu.
Laila hanya tersenyum tipis begitu juga Dita.
"Ya sudah, dia bisa bekerja hari ini," ucap Bayu.
"Terima kasih, Mas!" kata Laila setengah menunduk.
Dita mengikuti Laila dari belakang yang memetik daun singkong. Hampir 20 menit memanen, keduanya lanjut ke kebun pepaya.
Dita memegang keranjang untuk meletakkan buah pepaya yang siap di panen.
"Sudah lama Bibi bekerja di sini?" tanya Dita.
"Hampir lima belas tahun," jawab Laila.
"Mengapa tidak cari pekerjaan baru?" tanya Dita lagi.
"Seusia Bibi pekerjaan apa yang cocok. Kalau bukan ini," jawab Laila.
Dita tak lagi bertanya.
-
Waktunya beristirahat, Laila dan Dita duduk di saung saling berhadapan. Di depan mereka tersaji nasi putih, rebusan daun pepaya dan sambel terasi. Keduanya menikmatinya dengan lahap.
Bayu menghampiri keduanya dan melemparkan senyuman. "Lagi makan, ya?"
"Iya, Mas Bayu," jawab Laila.
"Saya ada ikan goreng dan telur dadar buat kalian!" Bayu menyodorkan piring berisi makanan tersebut.
"Wah, Mas Bayu jadi merepotkan!" ucap Laila basa-basi.
"Tidak merepotkan, kebetulan sisa lauk berlebih," kata Bayu melirik Dita yang masih mengunyah nasi dan rebusan daun pepaya.
"Kalau begitu terima kasih banyak!" ucap Laila.
"Silahkan dimakan!" Bayu berbicara tapi matanya tak lepas dari Dita.
Laila mengangguk mengiyakan.
"Kalau begitu saya pamit!" ucap Bayu kemudian berlalu namun sempat menoleh ke belakang melihat wanita paling cantik di kampungnya.
Setelah Bayu pergi, teman-teman Laila mendekatinya. Salah satu diantaranya berkata, "Tumben sekali Mas Bayu memberikan lauk!"
"Aku juga heran," ucap Laila melihat ikan goreng yang sangat lezat.
"Pasti karena keponakanmu ini!" celetuk yang lainnya.
"Entahlah," ujar Laila. "Kalian mau minta?" lanjutnya bertanya kepada rekan kerjanya.
Kelimanya yang semuanya adalah perempuan mengangguk mengiyakan.
"Ayo kita makan bersama!" ajak Laila.
Dengan senang hati, rekan kerjanya Laila mengerumuninya. Mereka duduk bersama menikmati lauk yang diberikan Bayu.
-
Menjelang pukul 4 sore, Laila dan Dita balik ke rumah dengan berjalan kaki. Mereka harus menempuh perjalanan lebih kurang 1 kilometer.
Diperjalanan Bayu mengendarai motornya, mendekati kedua wanita beda usia itu. "Bibi, biar Dita saya antar pulang. Kasihan kalau berjalan kaki, nanti dia sakit dan kulitnya tidak mulus lagi."
Dita mendapatkan ajakan dari pemilik kebun tempatnya berkerja lantas menolaknya, "Maaf, Mas Bayu. Saya dengan Bibi saja, lebih sehat berjalan kaki!"
"Saya tidak mau kamu kelelahan," ucap Bayu terus merayu.
"Semoga saja tidak!" Dita menolaknya dengan senyuman.
"Baiklah, kalau kamu tidak mau saya antar!" kata Bayu menyalakan mesin motornya dan berlalu.
"Untung kamu tolak!" ucap Laila selepas Bayu pergi.
"Memangnya kenapa, Bi?" tanya Dita.
"Dia itu suka gonta-ganti perempuan," jawab Laila.
"Apa dia sudah menikah?" tanya Dita lagi.
"Belum. Bibi sarankan, jangan mau menerima apapun pemberiannya selama kamu tidak di samping Bibi," jawab Laila.
"Memangnya mengapa, Bi?" Dita mengernyitkan dahinya.
"Bibi takut kamu tergoda dengan bujuk rayunya," kata Laila.
"Oh, begitu," ucap Dita. "Bibi tenang saja, aku tidak akan tertarik," lanjutnya diiringi senyuman.
"Bibi sangat percaya denganmu," kata Laila juga tersenyum.
-
Dita telah selesai membersihkan diri, ia berdiri di depan pintu rumah. Sesekali matanya menoleh ke arah jam dinding yang berada di ruang tamu. "Kenapa dia lama sekali?" gumamnya gusar.
Laila melihat Dita masih berdiri meskipun langit mulai gelap. Ia lantas mendekatinya dan berkata, "Ayo masuk!"
"Bi, apa Andra tidak pulang hari ini?" tanya Dita mengikuti langkah Laila lalu menutup pintu.
"Biasanya 'sih dia tiba sebelum matahari terbenam, tapi sepertinya dia menginap di rumah temannya," jawab Laila.
"Jadi hanya kita berdua di rumah?" tanya Dita.
"Iya, Dita. Kamu 'kan tidur bersama Bibi," jawab Laila.
"Tapi aku mau Andra di rumah, Bi."
"Bibi pun juga mau begitu, Andra butuh pekerjaan. Dia harus membiayai kita berdua, jadi kamu harus sabar," nasihat Laila.
"Kalau begitu aku ikut dengan Andra saja kerja di kota," ucap Dita memberikan usulan.
"Kalian belum menikah, jadi tak bisa satu rumah bersama takutnya malah menjadi fitnah. Apalagi Bibi tak ada di sana," jelas Laila.
"Kalau begitu biarkan kami menikah," ucap Dita.
"Hah! Menikah?" Laila tercengang.
"Bukankah syaratnya harus menikah?" tanya Dita.
"Memang benar, sih. Tapi yang jadi masalahnya -"
"Masalah apa, Bibi?" Dita tampak tak sabar.
"Kami tidak mengetahui dimana keluargamu," ucap Laila.
"Aku punya keluarga? Bukankah kalian adalah keluarga aku?" Dita mencecarnya.
"Bagaimana aku menjawabnya?" batin Laila.
"Bibi--" desak Dita kepada Laila agar segera menjawab.
"Sebenarnya kamu mengalami amnesia," ucap Laila terpaksa.
"Amnesia? Penyakit apa itu?" tanya Dita.
"Lupa ingatan," jawab Laila.
Dita yang mengetahui dirinya amnesia, berusaha mengingatnya dengan keras namun kepalanya terasa sakit, ia lalu memekik, "Argh..."
Laila memegang lengan Dita. "Cukup, Dita! Jangan dipaksa!" Laila berusaha menenangkan.
"Sakit sekali, Bi!" Dita menurunkan tangannya Laila lalu memegang kepalanya.
Laila yang bingung harus melakukan apa, lantas menuntun Dita dan membawanya ke kamar.
"Kenapa kepala aku sangat sakit, Bi?" tanya Dita.
"Lebih baik kamu istirahat saja," jawab Laila.
Dita mengangguk mengiyakan, ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan Laila menyelimutinya.
"Kamu harus tidur, jangan mikirin yang macam-macam!" Laila mengingatkan.
"Iya, Bi."
"Jika lauk sudah masak, nanti Bibi akan bangunkan," ucap Laila kemudian diiyakan Dita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟเภє๓
hati² dita jngn smpe kena jebakan gombalan 🐊 ladang
2024-05-23
1
Murni Zain
Dita, jangan sampai km kena rayuan 🐊 Bayu 🤭
2024-02-04
1