Amy berhenti makan dia segera meminum air di gelas yang ada di depan matanya untuk meringankan tersedaknya.
"Mas..kamu ngelindur ta ? Nikah Minggu ini maksudnya loh"
"Aku sadar my, aku serius"
"Aku masih kuliah, umurku juga masih 20 taunan, aku masih mau kerja masih mau main dan..."
Amy bicara seperti rapper tanpa koma, dia masih merasa belum siap menikah karena terlalu muda dan banyak sesuatu yang belum dia lakukan. Ditambah lagi hubungannya yang kandas dengan Eza belum lama dia alami. Hal itu juga masih meninggalkan sedikit rasa trauma, meski Zean berbeda dengan Eza tetap saja Amy tidak mau salah memilih. Dia masih ingin lebih banyak mengenal Zean sampai akhirnya menikah dengannya.
Kemudian saat Amy belum selesai dengan kalimat rappernya, Zean menyodorkan sebuah amplop coklat. Di dalamnya berisikan dokumen kontrak pernikahan yang telah dia buat. Amy kemudian mengambil dan membuka isi dokumen tersebut. Pelan-pelan dia membaca isinya. Dia sangat kaget, seorang Zean bisa berpikir untuk memberinya surat kontrak pernikahan.
"Apa ini maksudnya ?"
"Kamu baca dulu sampai habis, aku kasih itu semua, aku kasih keuntungan banyak kalau kamu mau menikah sama aku"
"Udah gila ya kamu, emang kamu pikir aku apa ?nikah kontrak? Sakit jiwa !"
Amy emosi, dia pergi meninggalkan Zean yang masih terduduk diam. Persis seperti pertama kali mereka makan malam bersama pada akhirnya Amy meninggalka Zean. Semua mata pengunjung restaurant melihat ke arah mereka. Zean yang sudah pusing dengan keadaan yang sedang dia alami hanya bisa terdiam sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Dia bahkan tidak mengejar Amy yang pergi. Rasanya sudah tidak sanggup lagi untuknya menahan Amy pergi, tubuhnya sudah lelah pikirannya sudah penuh dia benar-benar kalut dan dilema. Sementara itu Amy yang masih dalam keadaan emosi yang berkobar, sepanjang jalan menggerutu. Di tidak percaya Zean akan berbuat seperti itu.
"Untung..? Hah..gila kali nikah kontrak. Dipikir nikah itu bisnis ta.."
Amy kemudian memanggil taxi dan pulang kerumahnya. Di dalam taxi dia terus merenung berpikir kenapa Zean jahat sekali menyamakan pernikahan dengan bisnis. Walaupun pertunangannya terkesan seperti cerita drama tapi bukan berarti pernikahannya pun bisa dia buat seperti drama juga. Menikah ya menikah tetapi tidak ada yang namanya pernikahan kontrak. Begitu pikir Amy.
Rasa kesal Amy sudah tidak terbendung, sudah di khianati oleh pacar yang dia anggap baik dan sekarang punya tunangan pun meremehkan arti pernikahan. Untuk meredakan amarah dan rasa kesalnya Amy tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir ke sebuah coffee shop untuk menenangkan pikirannya. Coffee shop tersebut tidak jauh dari rumahnya di berada di dekat gerbang utama komplek perumahan Amy.
Biasanya Amy mampir ke coffee shop itu jika dia selesai jogging sore, kebetulan ruang terbuka di perumahan Amy berada di dekat gerbang utama biasa tempat orang-orang berolah raga jogging atau sekedar main di taman sekitar. Namun kali ini tidak banyak orang yang berada di coffee shop atau pun di sekitaran taman, rupanya dikarenakan cuaca yang mendung dan perkiraan curah hujan 90%. Meskipun begitu Amy tetap saja mampir, toh hanya sebentar saja.
Setelah sekitar setengah jam Amy menikmati kopinya, hujan pun turun. Amy terpaksa menunggu hujan sedikit reda, walaupun dia membawa payung tetapi kalau hujannya terlalu deras tetep saja akan membuat basah bajunya. Maka dari itu dia menunggu sebentar lagi di coffee shop sambil menunggu hujan reda.
Lalu dilain sisi Zean akhirnya memutuskan untuk menemui Amy di rumahnya. Dia pergi dari restaurant dan mengendarai mobil ke rumah Amy. Ditemani hujan yang lumayan deras Zean memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Dia berharap Amy belum tidur karena dia ingin meluruskan maksud tujuannya memberikan dokumen kontrak nikah tersebut.
Sesampainya di rumah Amy, Ibunya menyambut Zean dengan baik. Beliau mempersilahkan Zean masuk ke rumah. Tanpa banyak basa basi, Zean mengutarakan maksudnya ke ibu Amy.
"Tante, saya ke sini bermaksud mau menemui Amy. Apa Amy sudah di rumah ?"
"Loh..Amy belum pulang nak, tadi sore dia pamit katanya mau main sama temannya"
"Amy tadi sebenarnya sama saya Bu, kami makan malam bersama tapi kemudian ada masalah yang buat Amy jadi marah dan pulang duluan"
"Ada apa toh nak ? Kamu yang sabar ya Amy memang keras kepala kadang-kadang suka emosian"
"Ini salah saya sih Bu, saya terlalu cepat mengajaknya menikah tadi"
Zean menceritakan semua tentang kejadian tersebut, kecuali soal pernikahan kontrak. Zean cerita dia terdesak karena kakek harus ditindak secepatnya tetapi syarat yang diberikan agar kakek mau di operasi adalah melihat mereka menikah. Makanya Zean meminta Amy untuk jadi istrinya terkesan sangat terburu-buru. Ibu Amy pun mengerti Zean memang tidak punya pilihan, dilain sisi Amy juga masih terlalu muda untuk menikah. Wajar kalau ini semua membuat Amy menjadi impulsif dan marah kepada Zean.
"Hmmh..gini saja kita tunggu Amy pulang ya, sementara ibu telpon Amy dulu dia dimana"
"Makasih banyak Tante"
Ibu Amy mencoba menelpon Amy, dia ingin memastikan dimana putrinya tersebut. Mengapa belum pulang ditambah lagi di luar sedang hujan deras.
"Hallo..Amy kamu dimana ? Kok belum pulang"
"Bu..tolongin Amy, kayaknya ada yang buntutin Amy dari belakang, Amy takut"
Amy terdengar berbisik di telpon dalam keadaan ketakutan. Rupanya dia sedang dibuntutin oleh seseorang mencurigakan.
"Hah..kamu dimana sekarang my jangan bikin khawatir ?!?"
Ibu Amy teriak panik mendengar putrinya sedang dalam bahaya. Kemudian Zean reflek mengambil handphone dari tangan ibu Amy. Dia sangat khawatir takut terjadi yang tidak-tidak oleh tunangannya tersebut.
"My..kamu sebutin dimana lokasi kamu saat ini, aku kesana sekarang"
"Aku ada di jalan dekat taman komplek hiks..hiks aku takut orangnya ngikutin terus"
"Aku kesana sekarang !"
Zean langsung gerak cepat, dia berlari menuju tempat Amy berada. Dia tak pedulikan hujan deras yang sedang turun, baginya keselamatan Amy sangat penting. Zean menerjang hujan berlari terus. Sampai di dekat taman dia melihat Amy sedang bersembunyi dibalik arena bermain anak-anak.
Zean langsung pergi menghampirinya, sekilas dia juga melihat ada pria yang menggunakan baju hitam berhodie berdiri di dekat taman. Namun saat ingin dihampiri pria tersebut lari. Akhirnya Zean kembali dan memeluk Amy yang sedang ketakutan. Baju nya basah kuyup, tubuhnya gemetar saking ketakutannya.
"Tenang aku disini kamu aman My"
Amy memeluk erat tubuh Zean dia menangis sesenggukan. Zean berusaha untuk menenangkan Amy, sambil memeluk dan mengusap punggungnya. Setelah sedikit tenang Zean mengajak Amy untuk pulang, sambil memapahnya pelan-pelan Zean mengantarkan Amy pulang ke rumah. Tubuh mereka basah kuyup karena hujan tetapi untunglah sesuatu yang buruk tidak terjadi kepada Amy. Zean berhasil menyelamatkannya tepat waktu.
Sesampainya di rumah, ibu Amy sudah menunggu mereka. Beliau sangat khawatir terjadi sesuatu dengan Zean dan Amy. Dengan keadaan basah kuyup Zean masuk sambil memapah Amy yang dibantu oleh ibunya.
"Amy..kamu gakpapa kan nak ?
"Dia gak apa tante, mungkin Amy masih syok saja"
"Kamu sendiri gimana nak Zean? Gak ada yang luka kan "
"Gak apa Tante, saya baik-baik aja. Sebaiknya Amy langsung ganti baju aja takutnya masuk angin Tante"
"Kamu juga nak, baju kamu basah semua"
"Gak usah Tante saya langsung pamit aja, nanti saya ganti baju di mobil aja, ada baju kok di dalam"
Zean pun pergi dan pamit pulang, tubuhnya mulai merasa tidak enak. Selain stress dan lelah ditambah pula hujan-hujanan, membuat dia menjadi tidak enak badan. Sambil menyetir mobil dalam perjalanan pulang Zean tak henti-hentinya bersin. Sepertinya dia terserang flu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments