Pagi-pagi sekali ayah dan ibu Amy sudah datang ke rumah sakit untuk menjenguk kakek. Mereka tiba dikamar rawat inap dengan membawa buah-buahan untuk kakek juga sarapan untuk Zean dan Amy.
"Tante..om.. repot-repot to"
"Enggak kok, ini ada sarapan juga buat kamu dan Amy"
"Makasih ya Tante"
"Iya sama-sama, ayo langsung dimakan biar gak keburu dingin"
Zean membawa sarapan yang diberikan oleh Ibunya Amy untuk dimakan bersama Amy. Kebetulan memang mereka belum sarapan pagi itu. Sejak tadi pagi Zean sudah sibuk pekerjaannya, beberapa kali harus keluar masuk untuk menelpon sekretarisnya. Dia nampak kelelahan, semalaman hanya tidur dibangku dengan posisi duduk. Matanya terlihat sayu tetapi dia harus bertahan demi menjaga kakeknya.
Namun kabar baiknya kakek sudah siuman dan sudah bisa diajak bicara. Pagi-pagi saat selesai menerima telpon, kakek terlihat sudah bangun ditemani Amy yang duduk dibangku samping ranjang kakek. Rasa cemas Zean sedikit berkurang, dia bersyukur kakek sudah siuman. Dia hanya tinggal berpikir bagaimana caranya untuk bisa membujuk kakek agar mau di operasi.
"Kek..gimana sudah baikan rasanya?"
"Iyaa..sudah lebih baik rasanya, berkat nak Amy juga yang ikut jaga kakek"
"jangan banyak pikiran kek, biar sehat terus"
"Enggak kok, ini memang penyakit sudah tua Bu, wajar saja kalo sakit-sakitan"
Orang tua Amy dan kakek mengobrol banyak mereka bicara mulai dari kesehatan kakek hingga flashback masa kecil Amy dan Zean. Ibu Amy juga menyemangati kakek agar cepat sembuh. Sementara itu Zean dan Amy sudah menyelesaikan sarapannya, mereka izin keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Semalaman tidur dengan posisi tidak sesuai membuat mereka lelah dan merasa sumpek.
Ketika Amy dan Zean keluar, kakek dan orang tua Amy pun kemudian berlanjut mengobrol dengan serius. Kali ini kakek berbicara soal hubungan Zean dan Amy.
"Anak-anak sepertinya sudah saling dekat ya, semalam saat tersadar saya melihat mereka tertidur di sini untuk menjaga saya"
"iya..kami juga melihat hubungan mereka semakin erat, nak Zean sangat sabar menghadapi Amy yang keras kepala kek"
"Zean memang karakternya begitu Bu, sejak kecil dia sudah ditinggal orang tuanya makanya dia sudah terlatih menjadi anak yang sabar"
"iya..saya berharap sekali bisa punya menantu seperti nak Zean"
"Bu..pak saya pikir bisa jadi ini adalah permintaan terakhir saya"
"Kakek kenapa ngomong gitu, hush gak boleh kek"
"Saya berharap Zean dan Amy bisa segera menikah, saya ingin jadi saksi mereka menikah Bu, dengan kondisi saya yang seperti ini saya takut tidak bisa menunggu lebih lama"
Ayah dan ibu Amy saling menatap mendengar perkataan kakek, beliau ingin agar Amy dan Zean menikah secepatnya. Ini semacam permintaan terakhir sebelum dia pergi. Mereka mengerti kakek memang sudah sangat tua, umurnya tahun ini sudah memasuki ke 76 tahun. Zean pun sudah cukup matang untuk bisa membangun rumah tangga. Tetapi Amy, saat ini masih berusia 21 jelas masih sangat muda untuk bisa menikah.
Namun demikian, melihat kesehatan kakek, ibu dan ayah Amy juga memikirkan itu. Kalau pun harus menikah secepatnya mereka rela mengizinkan Zean menikahi Amy. Toh yang akan menjadi suami Amy adalah seorang Zean yang jelas latar belakangnya mereka tahu, sifat dan baik buruknya Zean mereka juga tahu. Amy pasti akan hidup berumah tangga dengan baik jika itu bersama Zean.
"Baik kek, kami juga tidak keberatan jika mereka menikah segera"
"Iya kek, nanti saya dan ibunya Amy akan membahasan masalah ini dengan Amy juga ya"
Kakek pun mengangguk pelan menanggapi obrolan dengan orang tua Amy. Beliau sangat berharap Amy bisa juga langsung memberikan keputusan setuju seperti orang tuanya, agar jikalau kakek memang sudah tidak ada umur, beliau tidak lagi berpikir Zean akan sedih berkepanjangan karena sudah ada istri yang dapat menggantikannya untuk selalu menemani Zean.
Setelah beberapa menit Zean dan Amy kembali masuk ke kamar, ibu dan ayah Amy nampak masih duduk di sofa sementara kakek rupanya sudah beristirahat tidur.
"Ssstt..pelan-pelan kakek lagi tidur"
Ibu Amy menghimbau untuk tidak membuat kegaduhan agar kakek tidak terbangun. Ayah Amy mengajak keluar dan berbicara di luar kamar supaya kakek tidak keberisikan.
"Nak Zean, kami izin pamit ya dan membawa Amy pulang dulu"
"Ohh iya Om..saya minta maaf sudah merepotkan dan membuat Amy jadi tidak pulang karena menemani saya di RS"
"Gak apa Zean, kami mengerti kok"
"Lalu untuk kesehatan kakek, bagaimana kelanjutannya kata dokter ?"
"hmm..sebenarnya kakek harus menjalani operasi paling lambat Minggu ini tetapi terakhir beliau bilang tidak ingin di operasi, saya harus membujuknya lagi om"
"Baiklah..kami berharap kakek akan mau menjalani operasi, kamu terus bujuk beliau saja agar beliau juga cepat sembuh"
Setelah mengobrol sebentar orang tua Amy pun pulang membawa Amy, Zean mengantar mereka sampai depan lift. Kemudian Zean kembali masuk ke dalam kamar dimana kakek dirawat. Dia menghampiri ranjang tempat kakek berbaring dan membenarkan selimut kakek yang tersingkap. Lalu tiba-tiba kakek terbangun dan memanggilnya.
"Zean.."
"Kok bangun kek, Zean ganggu ya?"
"Enggak..kakek memang ingin bicara sama kamu"
"Ada apa kek ?"
"Bagaimana hubungan kamu dengan Amy ?"
"Baik kok kek, seperti yang kakek lihat kan..semalam Amy juga ikut jaga kakek nemenin Zean"
"Baguslah..lalu apa kamu sudah menemui dokter ?"
"Iyaa..kek, dokter bilang kakek harus segera di operasi. Minggu ini jika hasil test keluar kakek akan dioperasi"
"Hmmh..kakek mau dioperasi tapi dengan satu syarat"
"Apa kek ? Zean akan penuhi semua syaratnya yang penting kakek mau jalani tindakan operasi agar cepat sembuh"
"Kakek mau sebelum operasi, kamu dan Amy menikah"
Zean kaget mendengar permintaan kakek, baginya mungkin tidak masalah untuk menikahi Amy secepatnya toh dia juga sudah berumur. Namun bagaimana dengan Amy, umurnya masih cukup muda untuk menjadi seorang istri. Ditambah lagi dia baru saja merasakan yang namanya patah hati.
Meskipun Zean tidak pernah menyakitinya dan selalu memperlakukannya seperti putri tetap saja ini terlalu cepat untuk Amy. Hubungannya dengan Amy baru saja dimulai, Zean takut jika dia mengajak Amy menikah terburu-buru hanya akan membuat Amy tertekan.
Kendati demikian, Zean tidak punya pilihan lain. Di satu sisi Zean berharap kakek akan sembuh dan mau menjalani tindakan operasi. Zean merasa bimbang, waktunya untuk memutuskan pun hanya tersedia hitungan hari. Kakek harus di tindak dalam waktu maximal Minggu ini. Tapi di lain hal bagaimana caranya dia bisa bicara dengan Amy agar Amy mau menikah dengan Zean di Minggu ini juga.
"Kek..apa harus suaranya seperti itu?"
"Zean, kakek takut tidak banyak waktu untuk kakek bisa terus temani kamu"
"Husshh..kakek gak boleh bilang gitu, kakek pasti sembuh !"
"Kakek sudah tua nak, kakek mau melihat kamu menikah sebelum kakek pergi. Kakek ingin kamu ada yang menemani jika nanti kakek sudah waktunya pergi"
"Kakek...Zean gak mau dengar kakek bilang gitu kakek pasti sembuh pokoknya"
"Kematian itu pasti Zean, entah hari ini atau esok semua pasti akan mati"
Zean terdiam, tatapannya terlihat sedih. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika kakek pergi. Dia akan hidup sendiri tidak punya siapapun kecuali Amy dan keluarganya. Demi untuk membuat kakek menyetujui tindakan operasi dia lalu menganggukkan kepalanya dan berjanji akan menikahi Amy dalam waktu dekat ini, sebelum kakek di operasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments