Eza kaget, apa yang terjadi kepada Amy sehingga dia melemparkan minuman ke wajahnya. Amy tidak pernah melakukan hal yang kasar selama menjadi pacarnya. Eza mencoba menenangkan Amy yang sedang marah. Dia meraih tangan Amy namun justru Amy menampis dan bahkan menampar pipi Eza. Wajah Amy terlihat sangat marah, air matanya terus mengalir dia benar-benar emosi kepada Eza
Setelah mendaratkan tamparan ke pipi Eza, Amy pun pergi meninggalkannya. Eza tetap mengejarnya dan berhasil menarik tangannya saat berada di depan pintu cafe.
"Yang..kamu kenapa? Jelasin aku salah apa?"
"Masih bisa kamu tanya salahmu apa? Gak jijik ta kamu sama kelakuanmu"
"Aku gak ngerti maksudmu, jelasin dulu salahmu dimana"
"Wes lah aku gak sudi hubungan sama kamu lagi, mulai sekarang kita putus"
"Enggak..aku gak mau, aku gak terima kamu gak kasih alasan kenapa"
"Lepasin tanganku..ngapain kamu gak terima urus aja lontemu !!"
Eza menatap Amy dengan perasaan bingung, dia sedang menerka-nerka apa mungkin Amy mengetahui hubungannya dengan Tata. Sambil terus menggenggam tangan Amy, Eza terus berupaya untuk menahannya pergi. Amy pun tak mau kalah dia berontak berusaha menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Eza.
Zean yang sejak tadi memang menunggu Amy di mobil. Melihat pertengkaran antara Amy dan Eza, tak berpikir lama dia langsung turun menghampiri keduanya.
"Lepasin tangannya"
Dengan tegas Zean menyuruh agar Eza melepaskan tangan Amy.
"Anda tidak perlu ikut campur, ini urusan saya dengan Amy"
Eza tak mau melepas tangan genggamannya, Zean pun menjadi emosi dia langsung melayangkan pukulan bogem kepada Eza. Dengan satu pukulan Eza tersungkur, pipinya langsung memar dan berdarah. Tata yang baru saja keluar dari pintu cafe reflek membantu Eza yang tersungkur.
"Dengar ya, apapun yang terjadi dengan Amy. Itu juga menjadi urusan saya"
"Maksudmu opo, siapa kamu berani ikut campur urusanku tua bangka ga tau diri !"
Plakkk !!
Amy kembali melayangkan kembali tamparannya ke pipi Eza.
"Kamu gak pantes ngatain Mas Zean seperti itu !! Kamu yang harusnya tau diri, gak tau malu !"
"My..kok kamu malah belain orang tua ini sih!"
"Jelas..aku akan bela tunanganku bukan laki-laki yang gak tau malu seperti kamu"
Tanpa ada penjelasan lebih Amy langsung menarik tangan Zean dan pergi ke mobil. Dia meninggalkan Tata dan Eza yang kebingungan dengan kata tunangannya. Eza sempat mengejar dan memohon Amy agar turun dari mobil, dia ingin Amy menjelaskan kepadanya apa maksudnya kalau Zean adalah tunangannya.
Namun Zean tak memberi kesempatan Eza, dia langsung tancap gas dan pergi. Tinggalah Amy yang masih dengan muka sembab karena menangisi laki-laki bejat seperti Eza. Amy terus memegangi pergelangan tangannya yang merah dan tergores akibat digenggam oleh Eza terlalu kuat. Zean pun menyadari bahwa pergelangan tangan Amy sedikit terluka.
Mobil Zean tiba-tiba parkir dipinggir, dia mengambil kotak obat yang ada di laci dashboard mobilnya. Kemudian tanpa basa basi Zean mengoleskan salep luka dipergelangan tangan Amy yang terluka.
Dengan muka sembab dan setengah menahan tangis Amy menatap Zean yang sedang membantu mengoleskan obat ke tangannya.
"Sakit..sakit banget"
"Maaf..tahan sedikit ya agak perih"
"Wuaaaaa...wuaaaa..."
Bukannya diam Amy malah menangis tersedu-sedu. Zean berkali-kali minta maaf dia pun memeluk tubuh Amy untuk membuatnya diam.
"Sakit banget..kenapa Eza tega sama aku wuaaaa..wuaaa"
Dalam pelukannya Zean, Amy meluapkan rasa kesal dan sedihnya. Rupanya bukan olesan obat ke lukanya yang membuat sakit, tetapi Eza yang membuat hatinya sakit. Dengan sabar Zean pun mengelus kepala Amy sambil menenangkannya.
"Gak apa luapin aja nangis sekenceng-kencengnya"
"Aku gak nyangka dia kayak gitu, aku sakit hati banget mas"
"Iyaa...iyaa sabar ya, tenang cup cup"
"Pokoknya aku gak mau lagi ketemu sama dia huaaaa..hiks..hiks"
Setelah tangisan Amy mereda Zean pun melanjutkan perjalanan. Dia membiarkan Amy menenangkan dirinya tanpa bertanya apapun. Sepanjang jalan Amy terdiam pandangan mengarah pada jalanan yang terlihat dari kaca mobil. Hatinya terpenuhi rasa kesal, marah juga tidak percaya mengapa Eza bisa melakukan hal kotor dengan Tata seperti itu.
Selama ini Eza tak pernah berani menyentuhnya, dia menganggap bahwa Eza lelaki yang memang akan melakukan hal seperti itu hanya dengan istrinya kelak. Namun tak pernah disangka justru Amy menemukan rekaman CCTV yang memenuhi adegan panas sang pacar dengan teman nya.
Hiks..hikss..hiksss...semakin lama memikirkan dan membayangkan, semakin sesak serta sakit yang Amy rasakan. Tangisannya kembali tumpah, Zean hanya bisa mengelus kepalanya sambil terus fokus mengendarai mobilnya. Dia mengerti bagaimana yang Amy rasakan, jelas sangat menyakitkan jika mengetahui pacar tercintanya telah mengkhianatinya.
"Mas aku gak mau pulang.."
"Maksudnya?"
"Aku gak mau orang tua ku liat aku dengan kondisi yang seperti ini"
"Terus kamu mau kemana ?"
"Terserah..aku mau menenangkan diri dulu"
Zean pun mengiyakan permintaannya, mobilnya terus melaju membawa Amy bersamanya. Sesaat kemudian Amy membuka jendela mobil, lalu dia memejamkan matanya. Air matanya yang tersisa mengalir di ujung sudut kedua mata Amy. Dia membiarkan angin leluasa menghapus air mata yang jatuh di pipinya.
Tak lama setelahnya, mobil Zean sudah masuk ke area parkir lobby gedung. Ternyata Zean membawa Amy ke kantornya.
"Ini kita dimana mas ?"
"Di kantorku.."
"Bukannya kamu kerja satu gedung sama Ayah ?
"Enggak, aku ada perusahaan sendiri"
Amy merasa bingung, yang dia tahu selama ini Zean satu perusahaan dengan ayahnya. Karena orang tuanya Zean memberikan semua saham ke ayahnya harusnya Zean juga ikut andil mengelola perusahaan tersebut. Tetapi mengapa malah dia memiliki perusahaan sendiri pikir Amy.
Sambil berjalan mengikuti Zean, Amy melihat sekeliling kantornya yang sudah tidak ada orang. Hanya ada satpam keamanan yang berjaga di luar dan depan pintu gedung. Mereka menyapa Zean dengan sikap hormat. Zean hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum membalas sapaan para keamanan dikantornya.
Amy terus berjalan mengikuti kemana Zean melangkah, mereka naik lift ke lantai 37. Dia tidak tahu kemana Zean akan pergi membawanya. Untuk menjawab rasa penasarannya Amy bertanya kepada Zean kemana sebenarnya dia akan membawanya. Tetapi Zean tidak menjawab apapun, dia hanya merangkul pundak Amy dan tersenyum.
Lift pun sudah terbuka dan berada di lantai 37. Lorong kantor yang gelap membuat Amy sedikit takut dan khawatir. Sepanjang jalan dia menggenggam erat lengan Zean, tak melepaskan sedikitpun sambil sesekali menengok ke belakang juga sekitarnya. Zean menyadari ketakutan Amy, dia hanya tersenyum dan membiarkan Amy terus menggandeng dan meremas lengannya.
Tibalah mereka di suatu ruangan yang cukup besar. Ruangan itu sepertinya ruang tempat kerja Zean, ada meja kerja yang bertuliskan CEO diikuti nama Zean di atasnya. Amy duduk di sofa seberang meja CEO, sepertinya sofa tersebut dikhususkan untuk tamu yang datang menemui CEO.
"Kenapa kamu bawa aku ke sini mas ?
"Kamu bilang butuh ketenangan kan. Disini tempat yang paling tenang yang bisa aku gunakan untuk menenangkan diri"
"Emangnya kamu pernah patah hati ?sampe hatimu gelisah gak tenang"
"Pernah.."
Mendengar jawaban Zean Amy terdiam, dia berpikir apa mungkin orang seperti Zean pernah patah hati. Sementara satu kampus saja antri untuk bisa menjadi wanitanya. Apa mungkin dia patah hati karena tidak bisa bersama dengan pacarnya karena terikat tunangan dengan Amy. Dipikiran Amy sibuk mencari alasan bagaimana seorang Zean bisa patah hati sampai dia lupa kalau saat ini dia juga sedang patah hati.
"Kedepannya..kalo kamu butuh waktu ketenangan, kamu bisa datang kesini sesuka hatimu"
"Edan..mau ngapain aku dateng ucluk-ucluk ke ruangan kerja mu, cuma buat cari ketenangan"
"Kenapa enggak ? kamu kan tunanganku, sebentar lagi kita juga bakalan menikah kan"
"Enak aja..walaupun aku udah putus dari Eza bukan berarti aku langsung setuju sama pertunangan ini"
"Kamu masih mau harapin Eza balik ?"
Zean kemudian memberikan handphonenya, dia menunjukan semua foto-foto Eza yang berboncengan mesra dengan Tata. Amy terkejut, ternyata Zean sudah tahu tentang hubungan mereka.
"loh kamu udah lama tau mereka ? Kenapa kok diem aja mas"
"Aku sportif, aku gak mau dibilang cari keburukan Eza cuma demi bisa jadiin kamu tunanganku sepenuhnya"
"Kurang ajar emang Eza..gak sudi aku maafin dia"
"Kalo gitu berarti bisa dong kita lanjutkan tunangan ini ?Sejujurnya aku sudah gak punya waktu banyak"
"Maksudmu gak punya waktu banyak gimana ???"
Zean pun menjelaskan bahwa waktunya tidak banyak, lebih tepatnya waktu kakeknya. Saat ini kakeknya sedang sakit keras, beliau dirawat di rumah sakit untuk menjalankan pengobatan yang intensif. Beberapa waktu lalu setelah berkunjung ke rumah Amy untuk makan malam, beliau berpesan pada Zean untuk sesegera mungkin menikahi Amy. Dia ingin melihat Zean menikah sebelum kondisinya semakin buruk.
Itu sebabnya Zean terus menerus mepet Amy agar dia bisa cepat menikahinya. Dia sangat menyayangi kakeknya dan sangat galau ketika kakeknya tiba-tiba kondisinya menjadi drop. Kakeknya adalah satu-satunya keluarga yang dia punya, dia ingin memenuhi harapan terakhir kakeknya untuk segera menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments