Penjelasan Zean tentang kondisi kakeknya membuat Amy iba, raut wajah Zean saat bercerita tentang kakeknya sangat sedih. Zean yang selama ini dia pikir egois dan hanya memikirkan perasaannya sendiri ternyata Amy salah menilai. Malam ini Amy melihat sisi lain Zean yang benar-benar tulus dan takut kehilangan kakeknya, satu-satunya keluarga yang dia punya.
Jika dibanding luka dia saat dikhianati Eza, Zean jelas lebih menderita. Sejak usia 10 tahun dia sudah menjadi yatim piatu, mempunyai tunangan tetapi lebih memilih orang lain dan sekarang kakek yang telah membesarkannya sedang dalam kondisi kritis. Tetapi dia masih bisa bersikap dewasa, tersenyum bahkan seperti seolah-olah dia hidup dengan bahagia.
Amy merasa dirinya sangat kejam, dia pernah dengan sengaja meminta hubungan pertunangannya dibatalkan namun Amy tidak tahu alasan mengapa Zean ingin mempertahankannya.
"Aku minta maaf ya mas"
"maaf untuk ?"
"Iya..aku gak tau selama ini beban kamu gimana, aku sangka kamu ngejar aku demi harta yang mau kamu rebut balik"
"Aku bahkan gak berniat sedikitpun mau ambil lagi perusahaan itu my, aku tau orang tua kamu itu orang yang baik"
"Tapi kan itu hasil orang tua mu toh, masa kamu gak mau ambil alih"
"Ayah sama ibu kamu merawat aku dengan sangat baik, dia mengelola perusahaan orang tua ku juga dengan sangat baik. Bahkan dia rela meninggalkanmu sejak SMP dan tinggal di Perancis itu karena ingin mengajariku ilmu bisnis saat aku baru lulus kuliah.."
"Ohhh..jadi kamu ya yang buat aku kesepian huft"
Amy spontan memotong pembicaraan Zean dan pura-pura mengeluh bahwa dia telah membuatnya kesepian, karena orang tuanya harus meninggalkannya dan pergi ke Perancis demi dirinya. Zean yang tak enak hati kemudian mendekat ke arah Amy, dia mengelus kepala Amy dengan lembut.
"Aku minta maaf ya, kamu jadi ikut merasakan kesepian"
Amy merangkulkan kedua tangannya ke pundak Zean. Dia bahkan sepertinya lupa bagaimana rasa sakit yang tadi dia rasakan akibat Eza. Zean ikut senang kini Amy tak lagi menangisi Eza yang sudah menyelingkuhinya. Dia senang wajah sedih Amy berubah jadi penuh senyuman, suasana yang tadinya sedih pun berubah menjadi romantis karena mereka berdua telah terbuka satu sama lain. Zean terus memandangi wajah Amy, tatapannya penuh dengan cinta. Amy juga menatap mata Zean dia tak sama sekali mengalihkan pandangannya. Perlahan wajah mereka semakin dekat, bak seperti adegan di televisi, apa yang terjadi saat ini adalah Zean akan mencium bibir Amy.
Drrrt..drrrtt..drrrt..drrrt..
Belum sempat bibirnya mendarat di bibir Amy, suara handphone Amy bergetar ada telepon masuk dari ibunya. Amy pun menunjukkan handphonenya ke Zean, lalu dia minta izin untuk mengangkat panggilan tersebut
"Hallo Bu.."
"Hallo my, kamu kemana kok jam segini belum pulang itu loh"
"Hmmh maaf lupa ngabarin aku lagi dikantornya mas Zean Bu"
"Hallo Bu..ini Zean maaf Bu lupa kabarin, Amy lagi sama saya nemenin saya dikantor"
"Oalah sama kamu to nak, yaudah gak apa. Ibu pikir kemana. Yaudah lanjutkan dulu gakpapa"
"ini udah selesai kok Bu, saya mau anter Amy pulang"
"Ohh yaudah oke, hati-hati ya nak"
Ibu pun menutup telponnya, setelah itu Amy dan Zean pun merasa canggung. Adegan tanda cinta manis yang gagal membuat mereka malu. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang.
...----------------...
Keesokan harinya, Amy masuk kuliah seperti biasa. Dia juga pergi berangkat kuliah bersama Zean. Walaupun hari ini Zean tak ada kelas, dia tetap menyempatkan diri untuk mengantar Amy ke kampus. Seperti biasa Zean menurunkan Amy di halte dekat kampusnya lalu pergi ke kantor. Zean seperti tidak punya capek padahal semalam Zean baru sampe rumah jam 3 pagi, tetapi jam 8 dia sudah menjemput Amy di rumahnya.
Amy berjalan dengan membawa buku yang kemarin dia beli dengan Zean. Dia berjalan menyusuri trotoar. Namu tak jauh dari halte rupanya Eza telah menunggunya disana, Amy yang sadar ada Eza di depan kemudian menutup wajahnya dengan buku yang dia bawa. Beruntungnya dijalan Shella menyapanya dari atas motor, dia pun tak banyak basa basi langsung naik ke motor Shella.
"Shell, ayo cepetan jalan"
"Opo seh my, kok cepet-cepet"
"ntar aku ceritakno"
Shella pun menuruti apa kata Amy. Dia langsung tancap gas dengan cepat menuju kampus. Eza yang menunggunya, tak melihat Amy yang sedang dibonceng oleh Shella. Setelah sampai diparkiran, Amy menjelaskan bahwa dia sudah putus dengan Eza. Dia juga menceritakan alasannya mengapa dia memutuskan Eza. Shella pun kaget mendengar penjelasan temannya itu.
"Hah ediaannn tenan..Iyo kan bener dugaanku, mesti mereka itu ada hubungan spesial"
"Iyoo..makane aku seharusnya dengerin apa katamu Shell"
"Tapi aku Yo gak berpikir dia sampe bisa begituan my, padahal wajahe polos loh Yo"
"Aku pun awale gak percoyo,masalahnya Eza pacaran sama aku dia sama sekali gak pernah tuh sentuh aku. Bahkan ciuman aja kita gak pernah"
"Ah..masa sih, ciuman gak pernah my?"
"Iyaa serius..gak bohong aku"
"Hmmhh..eh tapi kok kamu keliatannya santai aja sih? Kamu gak sedih gitu perasaan kamu cinta banget sama monyet itu"
"Sedih ya sedih sih..tapi ya buat apa sedihin orang bejat kayak dia Shell, rugi. Mending aku cari lagi"
"Halaahh palingan kamu emang udah punya yang baru lagi yooo"
Amy hanya tertawa mendengar ocehan Shella, kadang-kadang Shella itu seperti cenayang dia seperti tahu semuanya walaupun cuma menduga-duga tetapi banyak prasangkanya yang tepat sasaran.
"Eh my..terus nanti kalo Eza masih nunggu di gerbang gimana ?"
"Aku nebeng kamu lagi lah"
"Enake nek ngomong, emoh.."
"Shellaaaa...kamu masa tega sih sama temen sendiri"
"Mbayaarrr yooo gak gratis"
"Aku beliin maka siang deh"
"Oke deal"
Tak lama setelah pembahasan tentang Eza, suara handphone Amy bergetar. Rupanya Eza mengiriminya pesan WA, dia mengatakan ingin bertemu dengan Amy dan mengembalikan dompetnya yang belum sempat diambilnya saat pertengkaran kemarin. Seketika Amy teringat, benar memang dompet Amy belum sempat diambilnya.
Amy pun bingung bagaimana caranya agar dia mendapatkan dompetnya kembali. Bisa saja dia menyuruh Eza untuk mengembalikannya via kurir atau dititip di satpam tetapi tentu tak semudah itu. Eza tidak akan mau melakukannya. Sebab point utama Eza adalah bertemu dengan Amy bukan mengembalikan dompetnya.
Amy pun memikirkan cara bagaiman dia akan mendapatkan kembali dompetnya. Jika dia mengiyakan untuk bertemu dengan Eza, dia takut Eza akan berbuat nekat. Amy tahu betul Eza tidak akan semudah itu menyerah walaupun tahu dia salah, dia pasti akan mencoba menjelaskan apa yang terjadi agar Amy kasihan dan berharap akan diberikan kesempatan lagi.
Belum lagi soal Amy mengatakan bahwa Zean adalah tunangannya. Jelas Eza tidak akan terima, pasti Eza berpikir Amy yang justru menyelingkuhinya juga. Laki-laki seperti Eza pasti akan selalu berusaha memposisikan dirinya sebagai orang yang terluka dan merasa dirinya pantas untuk bisa dimaafkan. Cih!
Karena sepertinya tidak ada jalan lain untuk menghentikan Eza. Amy akhirnya bermaksud untuk meminta tolong kepada Zean, agar dia bisa menemaninya bertemu dengan Eza untuk mengambil dompetnya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments