Kebahagiaan yang sedang dirasakan Zean tiba-tiba berubah menjadi kesedihan. Baru saja Zean dan Amy bercanda tawa namun kini Zean merasa sedih dan cemas.
Setibanya Zean di rumah sakit, dia langsung bergegas menghampiri kamar dimana kakek dirawat. Langkahnya tergesa-gesa dia takut kakeknya pergi meninggalkannya. Amy yang juga ikut bersama Zean ke rumah sakit ikut cemas, dia merasakan kesedihan Zean. Ketika sampai di depan kamar, dokter dan perawat sedang memeriksa keadaan sang kakek. Perawat pun menyuruhnya menunggu di luar kamar sampai proses pemeriksaan selesai.
Zean akhirnya duduk diruang tunggu, dia terlihat bingung dan cemas. Amy yang berada di sampingnya mencoba menenangkan Zean yang sedang kalut. Dia memegang erat tangan Zean dang mengusap punggungnya.
"Sabar Yo mas..kakek pasti bisa melewati masa kritisnya, kita doakan terus"
Zean menatap Amy, ekspresi wajahnya benar-benar menyedihkan. Rasanya dia tidak sanggup menerima kenyataan jika nanti ternyata kakeknya pergi meninggalkannya duluan. Amy kemudian memeluk tubuh Zean, laki-laki yang terlihat tangguh itu pun akhirnya meneteskan air matanya di pelukan Amy. Dia tidak sanggup membendungnya lagi.
Sampai akhirnya dokter telah selesai memeriksa keadaan kakek. Dokter terlihat keluar dari ruangan kakek, Zean yang melihatnya langsung menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan keadaan kakeknya.
"Dok, gimana kakek saya ?"
"Syukurlah mas Zean, kakek bisa melewati masa kritisnya"
Zean lega mendengar dokter mengatakan bahwa masa kritis kakek dapat dilewatkannya.
"Tetapi mas, kakek harus segera di tindak operasi jika tidak segera beliau mungkin sudah tidak akan bisa tertolong"
"Saya akan menyetujui apapun itu asal kakek saya sembuh dok, saya akan upaya kan agar kakek mau melakukan tindakan"
"Baik mas, kalau bisa dalam Minggu ini kakek harus sudah melakukan operasi"
Setelah memberikan penjelasan dokter berlalu pergi, Zean segera memikirkan cara bagaimanapun kakek harus mau di operasi. Zean dan Amy masuk ke dalam kamar untuk menemui kakek. Di ranjangnya kakek masih terbaring lemas. Zean duduk kemudian memegang tangan kakek, dia menempelkan kepalanya ke tangan kakek dan mencium tangan yang sudah keriput itu.
Amy yang juga berada di dalam kamar rawat inap, berdiri di samping Zean. Berulang kali Amy mengelus punggung Zean yang sedang bersedih, dia berupaya untuk menguatkan Zean. Meski sudah melewati masa kritisnya tetapi kakek belum sadarkan diri.
Kruyuukkk...kruyyuuukkk..
Disaat suasana melankolis, tiba-tiba suara perut Amy bunyi. Cacing-cacing diperutnya tidak bisa diajak kerjasama, mereka sudah meronta ronta ingin makan. Amy sontak mundur menjauh dari samping Zean sambil memegang perutnya. Zean yang mendengar suara perut keroncongan Amy langsung melihat ke arah Amy. Dia baru sadar setelah bertemu dengan Eza di taman mereka belum sama sekali mengisi perutnya. Saking paniknya Zean saat mendengar kakeknya kritis dia langsung pergi ke rumah sakit dengan membawa Amy.
Wajar saja jika cacing-cacing dalam perut Amy meronta-ronta. Dia memang belum makan apapun dan menemani Zean yang sedang kalut akibat kakeknya kritis.
"maafin aku ya, aku sampe lupa kamu belum makan dari tadi. Tunggu sini dulu ya aku cari makanan dulu di luar"
"Mas..gak usah gak apa aku gak begitu laper kok"
Kruyuukkkkk...kruyuuukkk
Sepertinya cacing dalam perut Amy mendengar bahwa Amy berbohong, saat Amy bilang tidak lapar mereka sengaja berbunyi agar Zean mengetahuinya bahwa Amy berpura-pura tidak lapar. Zean yang mendengar suara cacing dalam perut Amy yang sedang demo lalu tersenyum. Dia tahu Amy sebenarnya lapar namun dia sengaja menahannya karena tidak ingin merepotkan Zean.
"Gak usah ditahan, aku juga laper kok. Tunggu sebentar ya aku beliin makan dulu"
Karena terlanjur malu dan takut perutnya akan berbunyi lagi, akhirnya Amy tidak menolak lagi. Zean pun pergi keluar untuk membeli makanan. Tinggalah Amy dan kakek di kamar itu. Amy duduk disamping kakek sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh kakek. Dia menatap kakek yang sedang tidur, hidungnya diberi bantuan nafas oksigen. Amy tidak tega melihat kakek seperti itu.
Dia membayangkan bagaimana takutnya Zean jika kakek yang adalah keluarga satu-satunya Zean pergi meninggalkannya, pasti dia kn sangat sedih. Amy bahkan baru saja melihat Zean menangis dipelukannya saat kakek sedang dalam masa kritisnya. Dia menyadari betapa tulusnya rasa sayang Zean kepada kakeknya, makanya dia rela melakukan apapun demi kesembuhan kakeknya.
Tak lama kemudian Zean kembali dengan membawakan makanan dan minuman untuk mereka makan. Mereka makan malam bersama di dalam kamar tempat kakek di rawat. Sambil mengobrol sedikit Zean dan Amy menikmati makan malamnya.
Saat menikmati makan tiba-tiba handphone Zean berdering. Ternyata telpon dari ibunya Amy.
"Hallo Nak Zean, Ibu mau tanya apa Amy ada sama kamu ?"
"Ohh..iya maaf Bu lupa kabarin Amy di rumah sakit sama saya"
"Rumah sakit ? Siapa yang sakit nak ?
"Kakek Bu..tadi kondisinya sempat drop tapi sekarang sudah melewati masa kritisnya kok"
"Loalah..ibu turut prihatin ya, kamu yang sabar ya le. Ibu doakan kakek segera pulih kembali kesehatannya. Aamiin"
"Aamiin makasih Bu..ohh iya nanti setelah makan saya akan antar Amy Bu, gak usah khawatir"
"Gakpapa nak, Amy disitu saja temani kamu ibu izinkan kok. Boleh ibu bicara dengan Amy dulu"
"Boleh Bu..tunggu sebentar ya"
Zean pun memberikan handphonenya kepada Amy, dia mengatakan bahwa ibu Amy menelponnya dan ingin berbicara langsung dengan Amy.
"Hallo Bu.."
"My..ibu sudah dengar, kamu malam ini gak usah pulang dulu gakpapa. Temenin mas Zean di rumah sakit jaga kakek"
"Iyaa Bu..Amy temenin Mas Zean disini"
"Besok pagi ibu sama ayah kesana buat jenguk kakek sekalian jemput kamu ya"
"Iya oke Bu, yaudah"
Ibu Amy menutup telponnya lalu Amy memberikan kembali handphone Zean kepadanya. Amy mengatakan bahwa dia di izinkan untuk menemani Zean malam ini untuk jaga kakek di rumah sakit. Dan kebetulan besok hanya ada mata kuliah yang di ajarkan Zean jadi tidak masuk pun tak apa. Karena sudah pasti Zean juga akan izin karena kakeknya masih memerlukan dirinya untuk menjaga.
Mengetahui Amy akan menginap di rumah sakit untuk menemaninya, Zean pun senang. Selagi ada Amy dia merasa lebih kuat untuk menghadapi cobaan yang sedang dia hadapi. Aura positif Amy yang selalu memberikan semangat padanya membuat kesedihan yang dirasakan Zean menjadi tak terlalu menekannya. Mungkin itu sebabnya mengapa Tuhan memberikan rencana sejak awal pertunangan ini terjadi. Zean dan Amy memang saling melengkapi.
"Kamu tidur di sofa aja duluan My, aku nanti tidur di bangku dekat kakek"
"Iya mas.."
Amy pun merebahkan badannya di sofa yang ada di dalam kamar rawat inap kakek. Dia menyandarkan kepalanya di atas bantal sofa, sambil terus memandangi Zean yang sedang duduk dibangku menjaga kakek, mata Amy perlahan sayu dan terpejam. Rupanya Amy sangat lelah, dia sudah mengantuk dan tertidur di sofa.
Pelan-pelan Zean menghampiri Amy yang sudah tertidur di sofa. Dia menyelimuti Amy dengan Jasnya. Sambil memandangi Amy yang sedang tidur, tangan Zean mengelus kepala Amy perlahan dan mengecup kening Amy. Zean pun kembali ke tempat duduknya dan tidur di dekat kakek. Saat Zean dan Amy tertidur pulas rupanya kakek tersadar, dia hanya melihat Zean dan Amy yang tertidur. Tanpa membuat suara dan gerakan kakek memandangi mereka sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments