"Aku senang melihatmu baik baik saja.."
"Ruby.."
Ruby yang mendengar ini tentu membelalakkan kedua matanya dan mulai menoleh kearah lain.
"A.. Aku rasa anda salah orang, n.. nona.." gumam Ruby yang terdengar gugup saat ini.
"Hihi.. kau masih tidak berubah Ruby, setiap kali kau berbohong kau pasti akan menoleh kearah lain ketika aku berbicara denganmu" Veronica yang terkikik melihat tingkah Ruby yang cukup membuatnya nostalgia.
Tentu mendengar ini membuat matanya mengerjap dan mulai menatap Veronica dengan tatapan rindu.
"Ka.. Kak Veronica ?"
Mendengar ini Veronica hanya menganggukkan kepalanya saja sambil memasang senyum sedihnya, melihat ini tentu membuat Ruby melompat kearahnya sambil memeluknya.
Veronica sendiri yang melihat ini tentu terkejut dan mulai memeluknya.
"K.. Kak Veronica, A.. Aku.." gumam Ruby yang mulai mengeluarkan air matanya dan ingin membicarakan kondisinya sebelum ia tiba disini.
"Ruby.. jangan memaksakan dirimu.. jika kau tidak ingin menceritakannya pun juga tidak apa apa, aku bisa menunggu sampai kau siap" balas Veronica sambil mengelus kepalanya.
"H.. Hmm.. tidak perlu" Ruby yang mendengar ini hanya menggelengkan kepalanya dan mulai menghapus air matanya sambil Veronica dengan serius.
"Ruby.." gumam Veronica yang terkejut ketika melihat Ruby mulai serius kali ini.
'Kau sudah berubah ya, Ruby..' batin Veronica yang tersenyum lebut ketika melihat Ruby sudah berubah.
"Jadi.. bisakah kau ceritakan pengalamanmu hingga kau bisa berada disini, Ruby ?" tanya Veronica dengan senyum lembutnya.
Sedangkan tangannya masih mengelus kepalanya Ruby layaknya seorang ibu yang ingin mendengarkan cerita anaknya.
"Hmm.."
***
Disisi lain Freya dan Evan sendiri saat ini sedang bersama wanita yang menggunakan jubah itu, namun kondisinya sangat berbeda dengan Ruby.
Sebab ia saat ini terlihat sedang diikat dikursi dengan bekas luka yang sangat banyak, lebih banyak dari sebelum wanita itu datang kemari sebelumnya, tentu mereka baru saja menyelesaikan interogasi mereka.
Wanita itu sendiri sepertinya sudah tidak sadarkan diri ketika ia diinterogasi oleh mereka berdua.
"Aku tidak menyangka kalau cabang dari 'The Grand Order' ada didekat sini dan musnah dalam semalam" gumam Freya yang saat ini sedang menulis sebuah surat setelah mendengar hasil penyelidikannya.
Dari hasil penyelidikan kalau salah satu markas 'The Grand Order' ada didekat pedesaan Trellik, lebih tepatnya di Selatan sekitar 580 meter dari Desa Trellik.
"Hmm.. tapi aku masih tidak menyangka kalau Ruby yang dibawah oleh wanita itu tidak lain adalah seorang Pahlawan.. Ruby Rose, The Red Hood of Death" balas Evan yang mulai memegang kepala wanita itu hingga muncul sebuah pola Rune yang sedang berputar dikepalanya itu.
"Pahlawan ? tapi aku tidak pernah mendengar nama itu selama hidupku.." balas Freya yang menghentikan pena nya ketika mendengar ini.
"Tentu saja kau tidak tahu.. sebab cerita mengenainya ditutup rapat dari dunia ini dan hanya leluhur kami saja yang mengetahuinya.." ujar Evan yang masih melanjutkan prosesnya.
Freya yang mendengar ini terdiam sebab pahlawan yang diketahui publik hanyalah 2 saja, yaitu Pahlawan Cain Ainsworth, The Wind Knight dan Pahlawan Aisha Silver, The White Valkyries.
Kedua pahlawan tersebut sudah tentu menjadi bagian dari dongeng anak anak hingga dewasa, karena dampak positif yang mereka bawa cukup mempengaruhi dunia ini, namun Freya tidak menyangka kalau masih ada Pahlawan Ketiga yang tidak pernah ia dengar sama sekali.
"Lalu.. apakah kau mau menceritakannya padaku, Sayang ?" tanya Freya yang cukup penasaran dengan Pahlawan Ketiga ini.
"Ha.. mau bagaimana lagi.." gumam Evan yang pasrah ketika mendengar perkataannya Freya.
"Ruby Rose adalah seorang wanita tangguh yang akan membunuh setiap musuhnya dengan sangat cepat menggunakan sebuah Sabit Raksasa yang dirancang khusus hanya untuk dirinya" jelas Evan.
"The Red Hood of Death adalah gelar yang sudah ia raih karena berhasil menghantarkan berbagai nyawa musuhnya menuju alam lain"
"Baik itu monster maupun manusia tidak ada yang lolos dari senjatanya itu"
"Bukan itu saja bahkan rumor mengatakan kalau tudungnya yang awalnya putih mulai berubah warna menjadi merah dikarenakan darah musuhnya yang membasuhi tubuh pahlawan itu"
"Meskipun ia ditakuti karena kengeriannya, namun para leluhurku justru melihatnya sebagai malaikat penuh keceriaan disetiap senyumnya, bahkan leluhur kami pun sampai memujanya sebagai pahlawan yang sesungguhnya"
Mendengar ceritanya Evan, Freya mulai menyadari kenapa pahlawan ketiga tidak begitu menonjol dalam cerita dongeng.
Sebab Pahlawan Ruby merupakan seorang pahlawan yang melakukan penyelamatannya melalui bayangan atau bisa dibilang tidak terang terangan dari kedua pahlawan itu, maka dari situlah kenapa penduduk tidak ada yang mengetahuinya.
"Tapi Evan, kenapa leluhurmu bisa tahu keberadaan Pahlawan Ruby bila ia saja tidak terang terangan menunjukkan dirinya pada publik ?" tanya Freya yang mulai bingung kenapa Evan dapat mengetahui identitas Pahlawan Ruby.
"Ahh.. tentu saja aku tahu, sebab aku mantan anggota 'The Red Cross', hahaha.." gumam Evan yang terlihat malu untuk menceritakan masa lalunya.
"The Red Cross ? bukankah itu-"
"Yahh !! daripada itu bagaimana jika kita temui anak anak saja, aku yakin mereka sudah lama menunggu kita" potong Evan yang mulai kabur sebelum Freya menyelesaikan perkataannya.
"...."
Tentu Freya yang melihat Evan kabur terdiam dan mulai terkikik, sebab ia belum pernah melihat Evan begitu malu ketika menceritakan masa lalunya.
"Aku tidak menyangka kalau suamiku adalah mantan assassin yang ingin membunuhku dulu"
"Jika dia tahu ini.. ekspresi apa yang dia pasang nanti ya.."
***
"Jadi.. kau membuat organisasi khusus yang bernama 'The Red Cross' untuk membantu Cain dan Aisha dari balik bayangan, ya.." gumam Veronica.
"Hmm.. meskipun Cain dan Aisha berhasil mengalahkan musuh diluar sana, namun masih terdapat beberapa tikus yang menggunakan kesempatan ini untuk mengambil keuntungan yang dibuat oleh mereka"
"Maka dari itu aku membuat organisasi ini untuk menyingkirkan hama hama itu agar Kekaisaran Diamonde tidak runtuh dari dalam"
Ruby yang menjelaskan tujuan Organisasi miliknya itu pada Veronica, meskipun Ruby terlihat ceria dan bodoh diluar namun ia tidaklah bodoh seperti yang dipikirkan oleh para hama itu.
"Jadi.. para hama yang membelot ini lah yang ingin mencoba menghancurkan susunan Kekaisaran dari dalam, ya ?" lanjut Veronica sambil menatap Ruby.
Tentu saja Veronica mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Ruby saat ini, para hama ini tidak lain adalah Bangsawan yang berencana untuk mengambil kekaisaran ini dengan cara pemberontakan.
Meskipun diluar terlihat aman, namun didalam kerajaan maupun Kekaisaran sekalipun pasti ada seorang pengkhianat yang mencoba mencari kekuasaan.
"Kau benar Kak, namun sekarang aku tidak tahu apa yang terjadi pada Organisasi yang kubuat itu" balas Ruby sambil memasang raut wajah sedihnya saat ini.
"Tenanglah Ruby.. aku yakin Organisasi yang kamu buat itu masih ada sampai sekarang" ujar Veronica yang mencoba menenangkan Ruby saat ini.
"Benarkah ?" tanya Ruby dengan tatapan berharap.
"Hmm.. pengaruh mereka sangatlah luas seperti yang kau ceritakan, aku yakin tidak akan ada lalat yang berani memasuki sarang mereka" balas Veronica sembari menganggukkan kepalanya.
"Fyuhh.. terima kasih, Kak Veronica.." gumam Ruby yang merasa lega ketika mendengar ini.
"Karena sudah malam sebaiknya kita tidur, tidak baik seorang gadis tidur terlalu malam bukan ?" ujar Veronica dengan senyum diwajahnya.
"Hmm, baiklah" balas Ruby yang tersenyum lebar ketika mendengarnya.
Tentu melihat tingkah Ruby yang tidak pernah berubah membuat Veronica kembali tertawa dan mulai mengelus kepalanya lagi.
"Ahh.. Kak Veronica, kau selalu saja mengelus kepalaku dimana pun aku berada" ujar Ruby yang mencoba menghentikan tingkah Veronica.
"Hihi.. maaf soalnya kau tidak berubah sama sekali, jadinya aku ingin mengelusmu lagi" balas Veronica yang terkikik melihat tingkahnya.
Melihat ini tentu membuat Ruby cemberut, namun tiba tiba saja terlintas pikiran soal anak yang ia lihat sebelumnya.
"Kak Veronica, anak itu.. terlihat mirip seperti Rian, apakah dia Rian ?" tanya Ruby yang penasaran dengan Criss.
"Criss ? hmm.. aku tidak tahu, namun melihat 'Kakak' didalam dirinya aku yakin kalau 'Dia' lah Rian yang selama ini kita cari" gumam Veronica yang melihat Kakak yang ada didalam tubuh Criss saat ini.
"Kakak ? apa dia Alter Ego nya ?" tanya Ruby.
"Alter Ego ? aku rasa tidak, sebab Criss mengatakan kalau Kakaknya itu lahir bersamanya"
"Hmm.. jadi begitu, The Second Soul.." balas Ruby sambil melipat kedua tangannya.
"The Second Soul ?"
***
Beberapa jam telah terlewati dan kini Criss sedang tidur dikamarnya, namun ketika ia sedang tertidur tiba tiba saja seseorang membuka pintunya.
"Criss ? apa kau sudah tidur ?"
Terlihat kalau yang membuka pintu itu tidak lain adalah Veronica yang sedang memakai piyama tidurnya.
Melihat ia tidak mendapatkan jawaban darinya ia mulai menghampiri Criss yang sedang tertidur dengan lelapnya, tanpa menunggu lama lagi ia mulai berbaring disebelahnya sambil menatap wajah tidurnya.
Ketika melihat wajah tidurnya Criss tentu membuat wajahnya Veronica mulai merona kembali, bahkan jantungnya pun mulai berdetak lebih kencang dari biasanya.
'Mau berapa kali dilihat tetap saja Criss sungguh tampan..'
'Sudah kuduga.. kalau aku jatuh cinta padanya..'
'Tapi..'
Ketika melihat Criss ia tiba tiba teringat dengan apa yang dijelaskan Ruby sebelumnya.
The Second Soul adalah gejala atau kelainan ketika seorang wanita akan melahirkan anak kembar.
Kondisi di mana mereka seharusnya melahirkan anak kembar, namun terhalang karena pasokan mana si wanita yang berlebihan itu.
Yang mana hal ini membuat kedua jiwa anak kembar itu harus masuk kedalam 1 tubuh yang sama agar bisa bertahan dari kondisi kelebihan mana sang ibu dan membuat sang ibu berubah menjadi manusia biasa tanpa Mana.
Ketika Veronica sedang memikirkan hal itu tiba tiba saja ia mulai kantuk berat yang mana memaksanya untuk tertidur didekat Criss saat ini.
"R.. Rian.." gumam Veronica sebelum ia benar benar tertidur.
Rian sendiri yang melihat Veronica tertidur didekat Criss hanya bisa terdiam.
"...."
"Jadi kau selama ini mencariku ya, Kak Veronica.."
"Tapi itu sudah terlambat.."
"Karena.. tugasku saat ini hanyalah bertahan hidup sembari melindungi adikku yang bodoh ini.."
"Hatiku pada kalian.. sudah lama kututupi.."
Tepat setelah mengatakan itu tiba tiba saja ia mulai menghilang dari sana, atau bisa dibilang kembali ke Reality Marbles nya.
***
Disuatu tempat yang cukup jauh dari Desa Trellik terlihat sebuah gua kecil yang didalamnya terdapat 3 orang menggunakan jubah dengan berbagai jenis senjata yang mereka bawa sedang melakukan diskusi disana.
"Kau bilang kalau kita kehilangan kontak dengan 2 bawahanmu, begitu ?" tanya pria yang membawa palu besar saat ini.
"Ahh.. padahal sudah kuperingatkan mereka untuk tidak melakukan pemanggilan pahlawan ditengah hutan seperti ini" balas seorang wanita yang membawa anggar saat ini.
"Ditambah pahlawan yang mereka panggil merusak markas cabang di hutan ini, sialan.."
"Cihh.. sudah kuduga, kalau kau yang memegang kendali pasti selalu saja gagal" ujar pria tersebut dengan kesal.
"Ha !? kau pikir kau lebih baik dariku ? bahkan kau saja sampai membunuh bawahanmu sendiri karena salah membawa alkohol untuk dirimu sendiri" balas wanita itu yang juga kesal dengannya.
"KAU BILANG APA HA !? DASAR GENDUT !!"
"KAU !?"
"Kalian berdua.. cukup.."
Suara tersebut terdengar tegas dan juga lembut bagi mereka berdua yang mana hal ini membuat mereka terdiam dan mulai melirik kearah suara tersebut.
"Chiron, Ai, ingat tujuan kita kemari.."
"Kita disini untuk membawa Pahlawan Palsu itu ke markas utama, keberadaannya sangatlah penting bagi ketua kita" ujar wanita dengan suara anggunnya sambil membawa dua pedang dibelakangnya.
Terlihat kalau 2 pedang itu memiliki warna yang berbeda, yang satu berwarna merah darah sedangkan yang satu lagi hanya sebuah pedang besi pada umumnya.
"Kita harus mencarinya sebelum dia benar benar hilang dan lagi malam sudah tiba, aku yakin monster monster diluar sana cukup agresif kali ini.. sebaiknya kita berkemah disini terlebih dahulu"
"Baik, Nona Etra.." balas mereka berdua sembari menundukkan kepalanya pada wanita itu.
"Semoga saja target kita tidak pergi terlalu jauh.."
***
Di Reality Marbles sendiri terlihat kalau Criss saat ini sedang terbaring diatas pasir dengan lelahnya, terlihat kalau didepannya saat ini tidak lain adalah Rian yang sedang memegang pedangnya saat ini.
"Apa hanya ini saja yang ayah ajarkan padamu, Criss ?" tanya Rian yang mulai berjalan kearah Criss yang terbaring karena melawannya.
"Ka.. Kakak.." gumam Criss yang melihat Rian berjalan kearahnya, namun terkejut dengan aksi yang ia lakukan saat ini.
SRIIINGGG !!
"Tunggu apa lagi ? ayo cepat bangun Criss, malam masih panjang untuk orang bodoh seperti mu" ujar Rian yang mengarahkan pedangnya pada leher Criss.
Mendengar ini tentu Criss mulai bangun dari tempatnya dan mulai mengarahkan pedangnya pada Rian, terlihat kalau tatapannya begitu serius ketika ia akan melawan Rian saat ini.
"A.. Aku siap.."
Tentu melihat ini Rian mulai menyeringai dan mulai mengangkat pedangnya.
"Mari kita mulai latihan khusus mu ini, Criss.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments