"Jadi.. bagaimana kondisi dunia saat ini Nikke, Lucy ?" tanya Kamael yang saat ini sedang melihat sebuah kelereng raksasa ditemani oleh pemandangan pohon Sakura disekitarnya.
Didalamnya menunjukkan Criss dan keluarganya sedang sarapan bersama Veronica, terlihat kalau Criss sekarang ini masih memiliki rambut abu yang berarti Rian lah yang sedang sarapan bersama mereka.
"Seperti yang anda lihat disana kalau Veronica Ainsworth telah bereinkarnasi di massa yang sama dengan Rian Akayuki, Avatar anda.. Tuan Kamael" ujar seorang wanita yang sedari tadi berdiri dibelakangnya.
Wanita itu tidak lain adalah Dewi yang telah mengirim Veronica ke waktu yang sama dengan Rian karena wewenangnya.
"U.. Untuk Aisha sendiri.. sepertinya belum ada tanda tanda kemunculannya, Tuan Kamael.." ujar Nikke yang terlihat gugup saat ini.
Mengingat Avatarnya memiliki pandangan buruk dimata tuannya itu.
"B.. Bisa saja ia bereinkarnasi atau dipanggil sebagai Pahlawan dunia ini.."
"Hmm.. jadi belum waktunya, ya.." gumam Kamael yang mengelus dagunya saat ini.
"Lalu, Cain dan Ruby bagaimana ?" tanya Kamael yang mulai melirik kearah mereka berdua.
Tentu Lucy dan Nikke yang mendengar ini mulai menatap sama lain sebelum menjawab pertanyaan Kamael.
"Untuk Cain Ainsworth sendiri.. sepertinya ia sudah bereinkarnasi didalam tubuh barunya dengan namanya yang hampir sama, Cain Runcandel'" balas Nikke yang terlihat gugup saat ini.
"Untuk Ruby Rose sendiri dia.." gumam Lucy yang terlihat ragu ragu untuk berbicara pada Kamael.
Kamael sendiri yang melihat tingkah mereka berdua bingung, namun sebelum ia bertanya tiba tiba saja ia dapat mendengar suara panik dari kelereng besar itu.
Mendengar ini ia mulai melihat seorang wanita bertudung dengan jubah hitam keunguannya penuh luka yang cukup parah sambil membawa seorang gadis yang memiliki luka kecil ke kediaman Criss.
"Ahh.. jadi begitu.. sepertinya dia baru saja dipanggil dalam wujud anak kecil rupanya" gumam Kamael yang mengerti ketika ia melihat situasi ini.
Tentu ia tahu karena ia dapat melihat kemiripan antara anak itu dengan Ruby Rose salah satu pahlawan yang ia pilih untuk menyelamatkan dunia ini.
"Aku rasa tinggal anak itu saja ya, ha.." gumam Kamael yang menghela nafas ketika salah satu pahlawan masa lalu belum bereinkarnasi.
"Tuan Kamael.. jika aku boleh tahu, kenapa anda mengirim Avatar anda, Rian Akayuki kemari ?"
"Setahu saya kalau ia adalah seorang penulis novel didunianya, dan novelnya itu merupakan dunia yang sedang anda lindungi saat ini bukan ?" tanya Lucy yang penasaran soal keputusannya.
"Kalian tahu Aisha Rhaa Silver, bukan ?" tanya Kamael yang masih menatap kelereng besar itu.
Tentu mendengar ini Nikke dan Lucy hanya diam saja dan menunggu jawaban langsung darinya.
"Ia ditakdirkan untuk menjadi seorang Villain atau Antagonis dalam novelnya itu, namun masa depan dan takdirnya yang kulihat justru berbeda"
"Masa depan ? / Takdir ?" tanya mereka berdua yang bingung saat ini.
"Benar, Aisha yang ada didalam novelnya merupakan seorang Villain, maka Aisha didunia ini adalah seorang Pahlawan Sejati yang melebihi Sang MC Cain itu sendiri" balas Kamael yang membuat mereka berdua terkejut ketika mendengar ini.
"Bukankah itu berarti.. Aisha adalah seorang MC yang sebenarnya ?" gumam Lucy yang tidak percaya akan apa yang ia dengar saat ini.
"Yup.. bisa dibilang begitu.." balas Kamael dengan senyum diwajahnya.
"Tu.. Tunggu Tuan, ja.. jadi.. tujuan anda itu.." gumam Nikke yang mulai mengerti apa maksud tuannya itu.
"Benar, tujuanku mengirim Avatarku kemari hanya lah untuk menulis ulang sejarah yang seharusnya tidak dimiliki didunia ini" Kamael seketika mulai menghilangkan kelereng itu dan segera menatap mereka dengan senyum sedihnya.
Hal ini tentu membuat mereka berdua terdiam apalagi ketika mereka melihat senyumnya.
"Bukan itu saja, sebenarnya novelnya itu tercipta karena ulah Dewi Apophis.. ia mengirim sebagian penglihatan dunia tersebut pada Rian agar dirinya menganggap kalau dunia ini adalah novel buatannya"
"Yang mana novel buatannya itu bukan sekedar fiksi belaka saja, melainkan dunia nyata karena ulah Dewi Apophis.."
"Tujuan Dewi Apophis melakukan itu agar Rian bisa terbiasa dengan segala kemampuan yang ada didunia ini.. dan menciptakan kedamaian dunia sesuai keinginan awal kami berdua"
"Namun aku masih tidak mengerti, kenapa Apophis menjadikan Aisha sebagai seorang Villain dalam novelnya Rian"
"Serta alasan sebenarnya ia melakukan itu"
Kamael yang mulai mengeluarkan sebuah kalung dengan Permata berwarna Ungu sebagai aksesorisnya.
"No.. Nona Apophis !! bukankah dia adalah Dewi Mimpi yang hampir setara dengan anda Sang Dewa Pencipta, Tuan Kamael !?" teriak Nikke yang terkejut ketika mendengar fakta tersebut.
Nikke tahu kalau Kamael adalah Dewa Pencipta setelah ia memberikan berkahnya pada Rian apalagi dia sendiri berhasil melewati ujian yang Kamael berikan padanya.
Namun mereka tidak tahu kalau Dewi Mimpi itu juga bakal ikut campur dalam tugas mereka saat ini.
"Ahahaha.. kalian berlebihan, jika saja Dewi Apophis serius, maka ia dapat mengalahkanku dengan mudahnya" balas Kamael yang tertawa mendengar ucapan Nikke dan mulai menyimpan kalung itu.
"Ha ?" Nikke dan Lucy yang mendengar ini seketika mulai terdiam, Kamael sendiri yang melihat ini segera pergi dari tempat itu dan meninggalkan mereka disana.
"Yahh.. daripada itu sebaiknya kalian melanjutkan tugas kalian masing masing, masih ada pekerjaan yang harus kita kerjakan sebelum mereka benar benar datang"
Mendengar ini mereka mulai menyadarkan diri mereka lalu segera mengikuti Kamael tepat dibelakangnya.
'Apophis.. aku harap dia bisa membawa perdamaian seperti yang kau mimpikan selama ini..'
Dan dalam sekejap mereka mulai menghilang dari tempat itu.
***
< POV Ruby >
'Di.. Dimana ini ?'
Tepat setelah aku mati ditangan Cain karena kehilangan dikendalikan, aku berada ditempat gelap yang tentu membuatku takut saat ini.
Karena tempat gelap seperti ini adalah tempat yang aku benci, bahkan ketika aku kecil pun aku selalu bersama Cain agar aku tidak takut tempat gelap seperti ini.
Bukalah..
'Hii !! suara apa itu !!'
Bukalah.. matamu..
'A.. Apa !? apa mau mu suara misterius !?'
Mendengar suara itu tentu membuatku semakin takut bahkan tidak ada tempat bersandar untuk melindungi punggungku saat ini seakan akan keberadaan suara itu bisa datang dibelakangku kapan saja.
Bukalah matamu..
Ruby..
Mendengar suara itu yang menyuruhku untuk membuka mataku tentu membuatku semakin takut, apa aku selama ini menutup mataku ? apa dia akan menerkamku ?.
Namun aku tidak punya pilihan lain dan segera membuka mataku, tepat setelah mendengar suara itu aku mendapatkan diriku sedang berada dikamar yang tidak aku pernah aku lihat sama sekali.
"Di.. Dimana ini.."
'Saat ini kau berada didesa tempatmu tinggal dulu'
Suara itu mulai terdengar dikepalaku, tentu mendengar ini aku mulai mencoba untuk bangun dari tidurku.
"Ughh !!"
'Jangan memaksakan diri, kau baru saja bangun dengan tubuhmu yang penuh dengan luka itu'
Suara itu terdengar sedang memperingatiku untuk tidak terlalu banyak bergerak, sedangkan aku yang mendengar ini hanya bisa menurutinya saja.
Namun satu hal yang baru saja aku sadari, saat ini aku tubuhku terlihat sangatlah kecil, yang mana hal itu membuatku bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi disini.
'Kenapa tubuhku kecil ? seingatku aku memiliki tubuh yang sudah dewasa dan seksi, tidak.. yang lebih penting lagi.. kenapa aku masih hidup ?'
"Ahh.. akhirnya kau sadar juga"
Terdengar suara asing masuk ketelingaku mendengar suaranya yang begitu lembut secara spontan aku menoleh kearahnya, namun betapa terkejutnya aku ketika melihat orang yang ada didepanku saat ini.
'R.. Rian !?'
***
< POV Orang ke 3 >
Sebelum Criss masuk kedalam kamarnya untuk membawakan bubur buatan ibunya, ia dapat melihat kalau Veronica sepertinya memasang wajah rumit ketika melihat gadis itu.
"Kak Veronica, ada apa ?" tanya Criss.
"Criss.., apa kau ingat baju apa yang wanita itu kenakan ketika ia membawa gadis itu kemari ?" tanya Veronica yang terlihat serius kali ini.
Criss yang mendengar ini hanya menggelengkan kepalanya saja ditemani oleh ayahnya Evan yang sepertinya tertarik dengan percakapan mereka.
"Wanita itu.. mantel hitam keunguan dengan pola rune juga bola mata ditengahnya itu, tidak salah lagi.. ia anggota 'The Grand Order' " gumam Veronica.
Evan yang mendengar ini mengerjap dan mulai menatap Veronica mengenai informasinya itu, namun Criss yang mendengar ini justru terlihat bingung dan mulai bertanya padanya.
"Memang 'The Grand Order' itu apa ?"
Mendengar pertanyaan Criss tentu membuat suasana yang sebelumnya tegang diantara Veronica dan Evan seketika buyar membuat suasana mereka terlihat canggung karena kepolosannya.
"E.. Ehmm.. Criss sepertinya kau lupa, kalau mereka pernah diceritakan oleh ibumu dulu" ujar Evan yang mulai mengelus kepalanya.
"Ehh ? benarkah ?" tanya Criss dengan wajah polosnya itu.
"Aku kira itu dongeng.."
"Yahh.. tapi akan aku jelaskan supaya kamu ingat" lanjut Evan yang mulai menjelaskan siapa wanita itu padanya.
"The Grand Order adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan berbagai macam Artefak yang ada diseluruh dunia ini, dan mereka sudah ada sejak 1500 tahun yang lalu" jelas Evan.
"Tapi tujuan mereka bukan untuk hal baik, mereka mengumpulkan Artefak untuk memenuhi hasrat keinginan mereka"
"Uang, wanita, tahta, kekuatan dan masih banyak lagi yang mereka inginkan, bahkan mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Artefak, meskipun jika itu harus membunuh rekan mereka sekalipun"
Criss yang mendengar ini hanya menganggukkan anggukan kepalanya saja begitu juga dengan Veronica.
Sedangkan Rian sendiri yang mendengar ini hanya bisa menghela nafasnya saja karena ia tahu ketika melihat mantel wanita itu.
"Tapi ini aneh.. kenapa wanita itu membawa gadis itu kemari dan bukan membunuhnya ?, kebanyakan para anggota The Grand Order tidak akan peduli dengan nyawa anak kecil sepertinya" gumam Evan yang mulai berpikir keras tentang kejadian tadi.
'Tidak yang lebih penting lagi.. darimana Veronica tahu soal organisasi itu ?' batin Evan yang melihat Veronica berpikir keras saat ini, namun tiba tiba saja Freya datang sambil membawa bubur ditangannya itu.
"Kita tidak akan tahu sebelum kita bertanya padanya, namun sebelum itu Criss bisakah kau cek keadaan gadis itu ? aku yakin sebentar lagi ia akan bangun"
"Baik, bu !!"
Langsung saja Criss mulai bangun dari tempat duduknya dan mulai mengecek keadaan gadis itu sesuai perintah ibunya.
"Ahh.. akhirnya kau sadar juga"
Mendengar ini membuat mereka bertiga segera menghampiri gadis itu dan melihat kondisinya yang terlihat bingung saat ini, namun gadis itu terkejut ketika melihat Veronica begitu juga sebaliknya.
'Melihat ekspresi mereka aku yakin.. kalau gadis ini adalah Ruby Rose' batin Rian yang melihat gadis itu.
"Ka.. Kalian siapa ? dimana ini ?" tanya gadis itu.
"Tenang saja, saat ini kau berada di Desa Trellik" ujar Freya yang mulai menenangkan gadis itu, Evan yang melihat ia sudah sadar mulai menghampirinya dan duduk disebelahnya.
"Kalau boleh tahu.. apa yang sebenarnya terjadi padamu ?" tanya Evan dengan ramah.
"I.. Itu.. aku tidak ingat.."
Tentu hal ini membuat mereka semua terkejut kecuali Rian dan Veronica yang melihat gadis itu sepertinya sedang berbohong saat ini.
"Ka.. Kau tidak ingat ya.. kalau begitu apa kau ingat namamu ?" tanya Evan kembali karena ingin memastikan sesuatu padanya.
"N.. Namaku Ruby, Ruby.. hanya itu yang aku ingat.." ujar Ruby yang sepertinya terlihat gugup ketika berbicara dengan mereka saat ini.
Mendengar nama ini tentu membuat Veronica terkejut karena sepertinya Ruby yang didepannya adalah Ruby yang sama seperti dimasa lalu.
'Sepertinya dia terpanggil oleh mereka yahh..' batin Rian yang melihat bekas luka yang ada dilehernya itu, terlihat bekas luka itu menjalar hingga ke dagunya secara vertikal.
Rian tahu kalau bekas luka itu adalah bekas luka yang diberikan oleh Cain ketika Ruby dikendalikan sebelumnya, sama seperti dinovelnya.
"Ruby.. apa kau ingat siapa wanita yang membawamu kemari ?" tanya Freya dengan senyum ramahnya.
Ruby yang mendengar ini hanya menggelengkan kepalanya, melihat ini Freya dan Evan hanya menatap satu sama lain sambil menganggukkan kepala mereka.
"Ruby, kau pasti lapar.. bagaimana kalau kau makan bubur dulu ?" tanya Freya dengan senyum diwajahnya sambil menawarkan bubur padanya.
Tentu melihat bubur ditangannya Freya membuat perut Ruby berbunyi.
GROOWWWLLL !!
Ia sendiri yang mendengar ini tentu memegang perutnya dan mulai menganggukkan kepalanya dengan malu, Ruby tidak menyangka kalau dirinya akan lapar dalam keadaan seperti ini.
"Ka.. Kalau begitu, biarkan aku saja yang menyuapinya, Nyonya Freya" pinta Veronica.
"Hmph.. sudah kubilang berapa kali untuk berhenti memanggil ku 'Nyonya', panggil aku Ibu saja" ujar Freya yang mengembungkan pipinya ketika mendengar perkataannya sambil memberikan buburnya.
"Ba.. Baiklah, I.. Ibu.." balas Veronica yang menerima bubur dari tangannya Freya.
"Kalau begitu, kami pergi dulu.. ada yang ingin kami bicarakan sebentar dengan Wanita itu" ujar Freya ketika melihat tatapannya Evan.
"Ahh.. kalau begitu aku serahkan Ruby padamu Veronica, Criss" lanjut Evan yang mulai berdiri dan pergi bersama Freya untuk melihat kondisi wanita itu.
Veronica dan Criss yang mendengar ini hanya menganggukkan kepalanya saja ketika melihat mereka pergi, disisi lain Ruby terkejut ketika mendengar nama anak yang ada didepannya itu.
'Apa dia.. benar benar Rian ?' batin Ruby ketika melihat Criss benar benar mirip dengan Rian.
"Criss.. bisakah kau tinggalkan kami sebentar ? ada yang ingin aku bicarakan dengannya" pinta Veronica dengan senyum diwajahnya.
"Tentu saja, kalau Kak Veronica butuh bantuan atau apapun Kak Veronica bisa memanggilku diluar, aku mau latihan dulu dengan Kakak" balas Criss dengan senyum diwajahnya dan mulai pergi dari sana.
Veronica yang mendengar ini menganggukkan kepalanya ketika melihat Criss pergi, sedangkan Ruby yang melihat senyuman mereka mulai berpikir kalau Veronica dan Criss sepertinya sangat dekat lebih dari kakak dan adik itu sendiri.
Langsung saja Veronica mulai menyimpan buburnya dan mulai menatap Ruby dengan tatapan penuh nostalgia miliknya.
"Aku senang melihatmu baik baik saja.."
"Ruby.."
***
Disisi lain Criss terlihat sedang mengayunkan pedang kayunya diluar rumah, terlihat kalau ayunannya begitu stabil dan presisi ketika ia mengayunkan pedangnya itu.
Terima kasih berkat saran yang Rian berikan ia berhasil menyempurnakan teknik pedang dasarnya, namun tiba tiba saja ia berhenti ketika melihat Rian memasang wajah serius sejak tadi.
"Kak.. ada apa ?"
Mendengar ini tentu membuat Rian menoleh kearah Criss yang berhenti mengayunkan pedangnya saat ini.
"Criss.. apa kau ingat Wanita berjubah itu ?"
"Aku ingat.. kenapa ?" tanya Criss.
"Melihat dia berasal dari organisasi berbahaya aku yakin.. cepat atau lambat kita pasti akan ikut terlibat dengan organisasi itu" balas Rian dengan wajah seriusnya.
"Aku ingin kau terus berlatih seperti biasanya, namun dengan porsi latihan yang lebih berat lagi dari yang kita lakukan sebelumnya"
Tentu mendengar ini membuat Criss terdiam dan mulai melihat pedang kayunya itu, ia tahu kalau dirinya masih belum cukup kuat, mengingat apa yang dikatakan Evan sebelumnya entah kenapa ia mulai murung.
"Hmm ? ada apa Criss ?" tanya Rian yang melihat Criss terlihat murung saat ini.
"Kakak.. kau dulu pernah mengatakan kalau The Grand Order itu sangat berbahaya untuk kita, bukan ?" tanya Criss.
"Ya.. mereka sangat berbahaya" balas Rian sambil melipat kedua tangannya itu.
Tentu hal ini berkaitan dengan kekuatan Rian, jika mereka mengetahui eksistensi soal Sorcery nya maka mereka pasti tidak akan segan segan untuk menggunakan Artifact padanya.
Kekuatan Rian sendiri seharusnya sudah diluar akal sehat, jika berada ditangan yang salah maka dia tidak akan bisa hidup dengan tenang karena teror yang Organisasi itu lakukan padanya nanti.
"Apa kau yakin kalau aku bisa bertambah kuat sebelum aku bertemu dengan mereka ?" tanya Criss yang terlihat ragu ketika mendengar nama organisasi tersebut.
Tentu melihat ini Rian mulai menghela nafas dan mulai menjulurkan tangannya kedepan Criss, langsung saja ia memasuki sedikit mana pada jarinya dan mulai menyentil tepat dikeningnya Criss.
"AWWW !! kenapa kau melakukan itu Kak !?" tanya Criss yang terpukul mundur karena disentil oleh Rian sebelumnya.
"Kau ini.. apa kau lupa dengan kekuatan kita ? asalkan kita bersama tidak akan ada yang bisa mengalahkan kita, mengerti ?"
Mendengar perkataannya Rian tentu membuat Criss menyentuh keningnya itu dan mulai menganggukkan kepalanya.
"Bagus.. kalau begitu lanjutkan ayunan pedangmu yang payah itu, dasar adikku yang bodoh.." Rian terlihat senang ketika ia melihat Criss kembali normal, bahkan ia sempat mengejeknya.
"Ehhh !!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments