< POV Aisha >
"AISHA !!"
"AISHA !! BERTAHANLAH AKU AKAN SEGERA MENGELUARKANMU DARI SANA !!"
Ahh.. itu pasti Cain..
Aku tahu kalau dia ingin sekali menolongku saat ini, namun dengan batu besar yang menimpaku sekarang ini itu adalah hal yang mustahil
"C.. Cain.. kumohon.. tinggalkan aku.."
"MANA MUNGKIN AKU AKAN MENINGGALKANMU DISINI !!"
"KAK VERONICA MASIH MENUNGGU KITA DIRUMAH !! DAN LAGI KITA MASIH HARUS MENCARI RIAN !! JADI BERTAHANLAH !!" Cain terlihat masih mencari cara untuk memindahkan puing puing batu ini.
Tapi itu percuma saja Cain..
Sekeras apapun kau mencoba tetap saja aku akan mati, bahkan aku bisa merasakan kalau tubuhku mulai dingin dan lagi pandanganku semakin lama semakin buram.
Namun meskipun begitu aku tetap masih ingin hidup, karena aku masih memiliki penyesalan terhadapnya.
Orang yang sudah kuanggap sebagai kakak.
Orang yang sudah menyelamatkanku dalam kegelapan malam waktu itu.
Orang yang rela mengulurkan tangannya pada orang asing seperti ku.
"Cain.. hentikan.. da.. n.. katakan ini pada Kak Rian.. kalau aku menyesal atas apa yang aku katakan padanya waktu itu.."
"TIDAK !! JANGAN BERKATA SEPERTI ITU !!"
"Dan.. juga.. ka.. takan.. padanya.. kala.. u.. a.. ku.."
Ahhh.. sepertinya sudah cukup sampai disini saja, aku sudah tidak bisa mengeluarkan kata kataku lagi.
"TIDAK !! AISHA KUMOHON BERTAHANLAH !!"
"TIDAK !! AISHA !!"
Kau terlalu berisik, Cain..
Setidaknya biarkan aku tidur dengan nyenyak kali ini saja.
Aku harap.. aku bisa bertemu dengannya lagi.. dan meminta maaf padanya.
Kak Rian..
Aku sungguh menyesal..
Maafkan aku..
***
"Bukalah matamu, wahai anakku.."
Suara Wanita ? dan lagi suaranya begitu lembut untuk didengar seolah olah suaranya seperti suara ibuku.
Siapa ?.
"Kenapa kau tidak membuka matamu terlebih dahulu ?"
Ehh ? membuka mataku ? bukankah aku sudah mati ?.
"Lalu kenapa kau tidak mencobanya saja ?"
Mendengar suara lembutnya lagi mau tidak mau aku hanya bisa menurutinya, tepat ketika aku membuka mataku aku dapat melihat kalau tempatku berada saat ini adalah sebuah taman bunga.
Namun apa yang didepanku lah yang membuatku terkejut hingga saat ini.
Seorang wanita berambut silver yang sama sepertiku namun lebih cerah dan menawan.
Sedangkan bajunya terlihat tertutup layaknya baju biarawan pada umumnya, dengan sebuah selendang tepat ditangannya hingga menyentuh tanah tanpa mengotori selendangnya itu.
Bukan itu saja bahkan paras wajahnya sungguh sangatlah cantik seolah olah ia adalah bidadari itu sendiri.
"Apa kau sudah cukup puas melihat pemandangan ini, anakku ?"
"Ehh ?"
Melihat ini aku langsung menyadari kalau aku masihlah hidup, tapi bagaimana ? bukankah aku tertimpa oleh batu tersebut sebelum dapat keluar dari dungeon itu ?.
"Pasti kau memiliki banyak pertanyaan bukan ? namun sebelum itu biarkan aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu"
"Namaku Nikke, Sang Dewi Kemenangan"
"Senang bisa mengenalmu, Aisha Rhaa Silver"
Aku yang mendengar ini tidak bisa untuk tidak terkejut, sebab ia mengetahui namaku dan lagi aku melihat seorang Dewi tepat dihadapanku untuk pertama kalinya selama hidupku ini.
Melihat ini aku pun langsung bertekuk lutut tepat dihadapannya dan mulai meminta ampun padanya.
"Dewi Nikke, mohon maafkan hamba yang tidak tahu siapa anda sebenarnya"
Betapa bodohnya aku yang tidak dapat mengenal siapa Dewi yang aku sembah saat ini, sebelum aku bertemu dengan Cain dan Kak Rian keluarga ku dulu menyembah Dewi Nikke dan itu sudah terjadi seketikar 1000 tahun lalu.
Keluarga kami meyakini kalau setiap kemenangan yang kita lakukan dimasa perang dingin 500 tahun lalu ketika melawan bangsa iblis adalah salah satu campur tangan Dewi Nikke itu sendiri.
Maka dari itu keluarga kami menyembahnya hingga saat ini.
"Sudah cukup sampai disitu, anakku"
"Aku tidak akan memarahimu karena kau tidak mengetahui siapa diriku ini, sebab tujuanku untuk memanggilmu kemari karena ada sesuatu yang ingin aku pinta darimu"
"Tujuan ?" aku yang bingung dengan situasi ku saat ini.
Aku mengira kalau Dewi Nikke akan marah padaku karena tidak mengetahui siapa Dewi yang kusembah.
"Benar, tujuanku memanggilmu kemari untuk membantu seluruh umat manusi- tidak, untuk membantu seluruh ras yang ada didunia ini tepat 2000 tahun yang akan datang nantinya"
"Ehh ? Dewi Nikke, maaf jika saya menyela, tapi apa yang sebenarnya terjadi di masa depan nanti ?"
"Apa jangan jangan para Demon itu akan menyerang kedunia kami lagi ?"
Tentu mendengar permintaannya aku merasa yakin kalau Demon itu pasti akan bersiap membalas dendam atas apa yang terjadi pada ras mereka.
"Tidak, bukan Ras Demon yang akan menjadi musuh kalian, melainkan 'Penjajah' yang berasal dari dunia lain"
"Penjajah ? siapa mereka ?"
"Mereka adalah makhluk dari dimensi lain yang akan mencoba membunuh siapapun yang menghalangi jalan mereka untuk menjadi ras terkuat dijagat raya"
"Tujuan mereka tidak lain yaitu untuk menguasai dunia ini sebagai batu loncatan mereka"
Tentu aku yang mendengar ini terkejut bukan main, sebab musuh yang akan datang kali ini jauh lebih berbahaya dari Ras Demon yang kami lawan sebelumnya.
Bahkan kami saja kesusahan untuk melawan Demon seperti itu, ditambah lagi kami harus melawan para Penjajah 2000 tahun yang akan datang nantinya.
Apakah kami bisa mengalahkan mereka ?.
"Maka dari itu.. Aisha Rhaa Silver, kumohon tolong semua penduduk didunia ini dari ancaman para Penjajah itu"
"Aku mohon.."
"...."
Mendengar Sang Dewi memohon padaku tentu aku tidak bisa menahan rasa kaget ku lagi, namun.. aku ingin mengetahui sesuatu darinya soal Kak Rian.
"Aku akan menerima permintaanmu itu, Dewi Nikke"
"Benarkah !?" Dewi Nikke yang terlihat antusias ketika aku menerima permintaannya.
"Tapi.. bisakah aku mengetahui apa yang dilakukan Kak Rian saat ini ? "
Tentu ketika aku menanyakan pertanyaan ini Dewi Nikke sontak terkejut ketika mendengarnya, bahkan ia terlihat enggan untuk membicarakan Kak Rian padaku.
"Apakah Kak Rian sudah mati ?" tanyaku yang melihat Dewi Nikke belum menjawab pertanyaanku saat ini.
"Itu.. ehemm.. bukan seperti itu.." balasnya sembari berusaha untuk terlihat tenang saat ini.
"Lalu ? apa yang terjadi padanya ?"
Aku sangat khawatir bila ada suatu hal yang terjadi padanya saat ini.
"Sebenarnya ia saat ini sedang menjalani Ujian langsung dari salah satu Dewa yang memiliki otoritas lebih tinggi dariku"
"Ujian ? Ujian apa itu ?"
Tentu saat ini aku penasaran dengan ujian apa yang Dewi Nikke berikan padanya, dan kenapa Dewa itu.. memberikan ujian padanya ?.
Apakah Kak Rian membuat kesalahan hingga membuat Sang Dewa marah kepadanya ?.
Dewi Nikke yang melihat ini sepertinya tidak punya pilihan lain, ia dengan cepat menjentikkan jarinya hingga pemandangan yang awalnya taman bunga mulai berubah menjadi sebuah hamparan gurun pasir.
"!!!"
Aku yang melihat ini tentu tidak bisa untuk tidak terkejut, sebab aku berada ditempat lain dalam sekejap, seolah olah kami berteleportasi dari satu tempat ke tempat lainnya dengan cepat.
Namun yang membuatku terkejut tidak lain adalah apa yang menancap diatas gurun pasir itu.
Terlihat berbagai jenis senjata mulai dari yang besar, kecil, sedang sampai yang tajam, tumpul, juga yang berbeda bentuk pun ada semua disana, bukan Pedang saja yang ada disana, bahkan Tombak dan Tongkat Sihir pun ada disana.
JLEEEBBB !!
Ketika aku sedang menyaksikan pemandangan yang ada didepanku saat ini, terdengar suara seseorang yang sedang menancapkan sesuatu tidak jauh dari tempatku dan Dewi Nikke berada saat ini.
Tepat ketika aku menoleh kearah suara itu dapat aku lihat seseorang yang sudah aku cari selama bertahun tahun karena kesalahan kecil yang aku buat dimasa lalu.
"K.. Kak Rian.."
Melihat kondisinya saat ini aku sudah tidak bisa menahan rasa rinduku selama ini, bahkan tanpa aku sadari kalau aku telah meneteskan air mata penuh penyesalan padanya.
Dapat dilihat kalau saat ini ditubuhnya terdapat beberapa pedang menancap disana, bahkan tangan kanannya pun sudah bukan tangan daging pada umumnya melainkan tangan besi.
Melihat ini Dewi Nikke segera menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padaku.
"Saat ini, Rian sedang melaksanakan ujian khusus darinya yaitu melawan pahlawan dimasa lalu dengan kemampuannya yaitu Composition"
"Meskipun kita mencoba untuk menghentikan atau menghampirinya pun percuma saja, sebab saat ini kita tidak memiliki izin untuk ikut campur soal ujiannya"
"Dan lagi ia sudah melakukan ujian ini kurang lebih selama 1500 tahun, melihat betapa banyaknya jenis pedang yang ada digurun ini"
Mendengar ini aku hanya bisa tertegun dengan apa yang diucapkan oleh Dewi Nikke padaku.
Kak Rian menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk melakukan sebuah ujian dari Dewa.
Yang mana hal ini seharusnya sangat mustahil karena manusia memiliki batasan tertentu, namun melihat kondisi Kak Rian saat ini aku yakin kalau kekuatannya akan menjadi incaran seluruh ras didunia ini.
Tepat ketika kami sedang melihat Kak Rian lagi menancap pedang yang tersisa ditubuhnya, tiba tiba saja aku melihat cahaya yang keluar dari bekas luka Kak Rian.
Tentu hal ini membuatku semakin khawatir dengan kondisinya saat ini, namun yang terjadi berikutnya membuatku tercengang, sebab bekas luka itu dalam sekejap mulai menghilang seolah olah luka itu tidak pernah ada.
"Ap- ba.. bagaimana bisa ?" gumamku yang tidak percaya akan apa yang aku lihat saat ini.
"Judgement Shield.."
Judgement Shield ? apa itu semacam artifact yang ia dapatkan ketika melawan salah satu pahlawan dimasa lalu ?.
"Judgement Shield adalah sebuah perisai yang dapat melindungi penggunanya dari berbagai macam bahaya"
"Selama kau memiliki perisai itu kau tidak akan kehilangan banyak darah bahkan bekas luka pun tidak akan ada bekasnya sama sekali"
"Bisa dibilang kalau perisai itu adalah benda yang dapat menyembuhkan penggunanya selama ia memiliki artifact itu"
"Bukan itu saja, bahkan perisai itu dapat meniadakan serangan kematian langsung pada penggunanya sebanyak 1 kali"
Mendengar penjelasan Dewi Nikke tentu membuatku terkejut, sebab artifact ini benar benar sangat kuat dari pada artifact tipe misterius yang aku lihat selama ini.
"Dan lagi artifact itu merupakan artifact buatan Rian, walau artifact itu adalah sebuah replika dari pada yang aslinya"
"A.. Apa ? buatannya ? itu.. tidak mungkin, bahkan belum ada cerita jika seseorang dapat membuat sebuah artifact, kecuali.."
"Composition.."
Mendengar ini lagi lagi membuatku tegang, aku tidak menyangka kalau Edeya yang dipandang sebagai Edeya terlemah didunia dapat membuat artifact yang begitu berbahaya didunia.
Tepat setelah Kak Rian menyelesaikan apa yang ia lakukan tiba tiba saja ia mulai menatap kearah langit sore digurun ini, terlihat ia memasang wajah datar ketika menatap langit sore itu.
'Kak Rian..'
Ketika sedang melihatnya tiba tiba saja suasana gurun ditempat kami ini mulai berubah menjadi sebuah jembatan batu dimana ada sebuah kursi singgasana yang diduduki oleh seorang wanita disana.
"Cantiknya.." gumam ku yang melihat betapa cantiknya orang tersebut.
Terlihat seorang wanita menggunakan baju zirah dan terdapat sebuah mahkota kecil tepat diatas kepalanya, memiliki rambut merah muda dengan iris matanya yang berwarna biru muda.
Namun yang menjadi perhatian Aisha tidak lain adalah telinga wanita itu, telinganya itu tidak lain adalah telinga seorang Elf yang terdapat didalam legenda didunianya dulu.
Apalagi ia dapat melihat kalau wanita itu seolah olah sedang menunjukkan kalau dirinya memiliki kekuasaan tertinggi untuk menguasai sesuatu saat ini.
Ia segera bangun dari singgasana miliknya dan secara mengejutkan tiba tiba muncul sebuah tombak spiral ditangan kanannya itu
"A.. Arthur.. Raja Arthur !?" ucap Dewi Nikke yang terkejut melihat wanita itu saat ini.
"Arthur ? siapa dia Dewi Nikke ? aku belum pernah mendengar namanya sama sekali" tanyaku yang melihat Dewi Nikke panik saat ini.
Dan lagi bukankah seharusnya Ratu, kenapa Dewi Nikke memanggil Raja ?.
Namun sebelum Dewi Nikke menjelaskan tiba tiba saja kami mendengar suara Kak Rian, dan lagi tangan kanannya mulai mengeluarkan cahaya biru.
"Switch.. On.."
Disisi lain wanita itu yang melihat Kak Rian mulai mengarahkan tombaknya kearah Rian, terlihat kalau tombaknya mulai berubah warna menjadi emas terang hingga beberapa bola cahaya muncul disekitarnya.
Ia dengan cepat mulai menyerangnya, terlihat bola bola cahaya itu mulai menyerang kearah Rian secara acak hingga meninggalkan jalur serangan yang ditinggalkan oleh bola itu.
Sebuah ledakkan terjadi diatas jembatan itu, tentu hal ini membuatku dan Dewi Nikke terkejut karena kerusakan yang ditimbulkan olehnya cukup besar.
"Seharusnya tidak seperti ini, Rian.. dia seharusnya melawan Raja Arthur setelah ia berhasil mengalahkan seluruh pahlawan dimasa lalu hingga waktu yang ditentukan tiba"
"Ini.. ini terlalu cepat !!"
Namun sebelum aku bertanya padanya tiba tiba saja kami mendengar suara seseorang tepat dibelakang kami.
"Tidak apa apa, Nikke.. biarkan saja.."
Mendengar ini tentu kami segera menoleh dan dapat melihat seseorang pria menggunakan pakaian aneh yang belum pernah aku lihat sama sekali dengan sebuah pedang bambu dipinggangnya.
"T..Tuan Kamael !!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Spencer
bro, give my tear back!!
2024-04-23
0
Ull Ullah
keren min
semoga rejeki lu di lipatgandakan
2024-03-29
0
XuanYi
Kamael, jangan bilang dari Guardian Tales?🤨
2024-03-20
1