Tepat setelah Kamael mengirim Elysia kembali ke garis waktu dimana seharusnya ia berada, Kamael sendiri segera menoleh kearah Nikke yang saat ini sedang berusaha menenangkan Aisha.
"Melihat semua ini apa kau mulai menyadari sesuatu, Aisha ?" Kamael mulai menjentikkan jarinya dan mengirim mereka kembali ke tempat semula yaitu taman bunga.
Aisha yang mendengar ini mulai menoleh kearah Kamael yang sedang berjalan kearahnya saat ini.
Nikke yang melihat ini mulai melepas pelukannya dan mulai sedikit menjauh untuk memberikan ruang pada mereka berdua.
"A.. Aku.." gumam Aisha dengan kepala tertunduk.
Ia saat ini tidak bisa menatap wajahnya Kamael ketika melihat ujian yang dilakukan Rian sebelumnya.
"Aku mengerti.. kenapa kau menganggap kekuatan Rian itu lemah, itu pasti berkaitan dengan trauma dimasa lalu yang kau miliki bukan ?" tanya Kamael yang berdiri didepannya dengan senyum sedihnya.
Mendengar ini tentu membuat Aisha sontak terkejut dan secara perlahan mulai menatap kearah Kamael yang memasang senyum sedihnya.
"Seorang kakak yang selalu memperhatikan adiknya walau ia tidak memiliki bakat sama sekali"
"Namun ia tetap akan mengorbankan dirinya demi melindungi adik semata wayangnya setelah sang kakak harus kehilangan ibu dan ayahnya tepat dihadapannya"
Aisha yang mendengar ini mulai membeku seakan akan perkataannya itu adalah sebuah kebenaran yang tidak bisa ia hindari meskipun setelah ia mati sekalipun.
"Aku tahu tujuanmu itu demi kebaikan Rian itu sendiri.."
"Namun.. kata kata yang kamu keluarkan itu justru membuat dia tidak bisa menerima kenyataannya"
"Justru Rian berpikir kalau ia memanglah lemah dan tidak akan pernah bisa berubah sama sekali, seberapa kali ia berusaha pada akhirnya itu akan berujung sia sia dengan pola pikir yang seperti itu"
Aisha mulai termenung ketika mendengar perkataannya Kamael, ia tidak tahu kalau sepatah kata yang ia keluarkan waktu itu membuat dampak besar dalam hidupnya Rian selama ini.
"Jika saja ia tidak menemukan tubuhku waktu itu mungkin saja ia akan mati dihutan itu" gumam Kamael yang kemudian berjalan kearah Nikke tanpa melihat kearah Aisha lagi.
Nikke yang sedari tadi mendengar ini hanya bisa terdiam dan mulai menoleh kearah Aisha yang saat ini sedang menangis diam atas semua perbuatannya selama didunia.
"Nikke.. kirim dia, aku tidak ingin ia terlalu lama disini" Kamael melewati Nikke dengan tenang dan dengan cepat ia menghilang dari tempat itu sembari meninggalkan kata kata terakhirnya.
"Karena itu tidak baik untuk mentalnya.."
Mendengar ini Nikke hanya bisa terdiam sambil menghela nafas saja atas sikap Kamael pada Aisha, meskipun nada suaranya lembut namun ia sepertinya terlihat kesal ketika melihat Aisha berada ditempat ini.
"Ais-"
"Dewi Nikke !! aku mohon !!" potong Aisha yang secara tiba tiba dengan wajahnya yang dipenuhi oleh air matanya saat ini.
Tentu melihat ini membuat Nikke terkejut atas tingkahnya Aisha saat ini.
"I.. Iya ?"
"Aku mohon.. biarkan aku bertemu dengan Kak Rian sekali lagi.. aku mohon.." ucap Aisha dengan nada pelannya ketika ia menangis saat ini.
"Aku ingin bertemu dengannya lagi.. dan.. meminta maaf padanya.."
"Aku mohon.."
Mendengar permintaan Aisha tentu membuatnya terharu, dalam sekejap ia mulai berubah pikiran setelah melihat penderitaan yang dialami oleh Rian selama ini.
Hal ini tentu membuat hatinya tergerak apalagi ia bisa melihat kalau jiwanya Aisha yang sebelumnya memiliki 2 warna yaitu putih dan hitam, kini mulai berubah warna menjadi putih seutuhnya.
Melihat ini merupakan sebuah bertanda kalau Aisha benar benar sudah berubah dan membulatkan tekadnya saat ini.
"Baiklah.. aku akan memenuhi permintaanmu itu, Aisha.."
"Namun aku tidak bisa mengatur garis waktu ketika kamu dikirim nantinya, bisa saja umur kalian berbeda 10 atau 20 tahun bila kalian bertemu dimasa depan nanti"
Nikke yang mulai menjelaskan efek samping reinkarnasi Aisha nantinya.
"Tidak apa apa, Dewi Nikke.."
"Itu saja.. sudah lebih dari cukup untukku.."
"Asalkan aku jujur padanya.."
Mendengar ini Nikke mulai tersenyum padanya dan mulai mengusap air matanya Aisha, terlihat kalau tubuhnya Aisha secara perlahan bersinar dan mulai menghilang dari taman itu.
"Semoga kehidupan keduamu lancar, Aisha.."
***
< POV Orang ke 3 >
'Dimana ini..'
Rian yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi saat ini mulai kebingungan.
Terlihat kalau saat ini sebuah bola cahaya yang tidak lain adalah jiwanya Rian sedang melayang disebuah tempat yang sangat gelap.
'Apakah aku benar benar mati kali ini ?'
Rian kemudian melihat seluruh tempat ini gelap, bahkan ia tidak bisa bisa melihat cahaya sama sekali kecuali cahaya yang keluar dari jiwanya itu.
'Tidak yang lebih penting lagi..'
'APA YANG TERJADI DENGAN STORAGE RING ITU !!'
"Anu.. Siapa kau ?"
Rian yang mendengar ini mulai melihat cahaya lain yang baru saja muncul didalam tempat gelap ini bersamanya saat ini, namun cahaya yang dikeluarkannya begitu cerah seakan akan ia masihlah polos saat ini.
'Ehh ? apakah cahaya itu juga mati sebelumnya ? tapi kenapa ia berada ditempat ini ?' Rian terkejut melihat cahaya itu saat ini.
"A.. Anu.." cahaya itu merasa gugup ketika Rian tidak menjawab pertanyaannya saat ini.
"A.. Ahh.. ma.. maafkan ak-"
Namun sebelum Rian menjawab pertanyaannya tiba tiba saja tempat dimana mereka berada sekarang ini mulai mengeluarkan cahaya terang yang membutakan mereka saat ini.
Setelah beberapa menit dibutakan oleh cahaya terang itu, tiba tiba saja mereka dapat mendengar suara wanita.
"Sayang.. lihat anak kita.. ia memiliki iris mata yang berbeda dari kita"
Terdengar kalau suara wanita itu sungguh terbata bata, seakan akan ia kelelahan saat ini.
"Kau benar sayang, mata kiri biru langit itu mirip sepertimu, sedangkan mata merah darah itu terlihat mirip seperti punyaku"
Rian yang mendengar ini seketika terkejut, menyadari kalau ia saat ini sepertinya terlahir kembali menjadi anak kecil.
Namun yang menjadi masalahnya saat ini adalah ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, seakan akan ini bukan tubuhnya walau ia bisa melihat dengan kedua bola matanya itu.
"A.. Anu.. siapa mereka ?"
Rian yang mendengar suara yang ia kenal saat ini mulai menyadari kalau suara itu tidak lain adalah suara cahaya yang ia temui sebelumnya.
'Tunggu.. jangan bilang..'
"???"
'AKU BEREINKARNASI BERSAMA CAHAYA INI !?'
"?????"
***
< Time Skipp >
Tak terasa waktu telah berlalu.
Saat ini didalam hutan terlihat seekor burung sedang bertengger diatas dahan pohon sembari mematuk matuk dahan dimana burung itu bertengger saat ini.
Namun ketika burung itu sedang sibuk dengan urusannya tiba tiba saja sebuah pedang yang memiliki bentuk seperti bor mulai menembus burung itu hingga burung tersebut menancap dipohon yang ada dibelakangnya.
"YEAAAHHHH !! AKU MENGENAINYA !! APA KAU LIHAT ITU KAK !?"
Terlihat dikejauhan seorang anak kecil berumur 9 tahun sedang memegang busur hitam saat ini.
Memiliki rambut hitam dengan iris matanya yang berbeda warna itu, yang kiri berwarna berwarna merah darah sedangkan yang kanan berwarna biru laut.
Tentu kondisi warna mata yang berbeda ini disebut Heterochromia, dimana kondisi matanya itu terjadi dikarenakan faktor keturunan dari kedua orang tuanya.
Meskipun ia saat ini sedang berbicara dengan seseorang, namun disana tidak ada siapa siapa kecuali dirinya sendiri saat ini.
Namun jika mengambil sudut pandang dari anak itu maka saat ini ia bisa melihat refleksi seorang anak kecil yang seumuran dengannya sedang melayang didekat dirinya.
Bisa dilihat kalau ia benar benar mirip dengan anak itu yang membedakan dirinya dengan anak itu tidak lain adalah warna rambutnya berwarna abu juga warna matanya yang terbalik dengan anak yang satunya lagi.
'Selamat Criss, akhirnya kau berhasil mengenai burung itu juga' anak itu tersenyum ketika dirinya melihat adiknya berburu dengan penuh semangat.
"Hehehe.. tentu saja itu berkat kau, Kak Rian.. jika bukan karena kau mungkin aku tidak akan mengenainya" Criss yang tersipu malu karena pujian Rian saat ini.
'Kau ini, sudah berapa kali aku bilang untuk tidak terlalu merendahkan diri ketika dipuji oleh orang lain'
'Jika kau terlalu merendahkan dirimu, nanti orang orang disekitar tidak akan ada yang mau berteman denganmu'
Rian yang mendengar ucapan Criss membuat dirinya merasa kesal, hal ini disebabkan karena ia masih mengingat dirinya dimasa lalu sebelum ia bereinkarnasi ke dunia novelnya itu
"Ma.. Maafkan aku.." Criss yang mulai menyesal ketika mendengar Rian menceramahinya saat ini.
'Ha.. sudahlah.. sebaiknya kita bawa burung itu saja, aku yakin ibu pasti akan memasak burung itu untuk makan malam kita nanti' Rian yang menyesal karena menceramahinya.
"Makan Malam !! aku tidak sudah tidak sabar menunggu masakan ibu nanti malam !!" Criss yang mulai berjalan kearah burung yang ia tembaki sebelumnya.
'Ha.. ada ada saja..' Rian yang menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah adiknya saat ini.
Sudah 9 tahun semenjak Rian bereinkarnasi kedalam tubuh ini bersama cahaya yang ia temui ditempat gelap waktu itu.
Ia tidak menyangka kalau dirinya akan berada dalam satu tubuh yang sama dengan cahaya itu, yang tidak bukan tidak lain adalah adiknya saat ini walau umur jiwanya sangat terpaut jauh darinya.
Selama 9 tahun belakangan ini ia mulai membagikan pengetahuan umum yang ia ketahui pada adiknya Criss, mulai dari bahasa, cara berbicara, etika, sampai yang terbaru yaitu Sorcery.
Tentu adiknya Criss awalnya tidak terlalu mengerti soal apa yang Rian coba jelaskan padanya, namun untung saja Criss anak yang cukup jenius sampai sampai ia bisa mengerti apa yang dijelaskan olehnya walau itu memerlukan waktu yang cukup lama baginya.
Meskipun terdengar aneh bila seorang yang memiliki jiwa berumur 1500 tahun menjelaskan pengetahuan umum pada orang yang baru saja lahir didunia ini.
Namun hal itu tidak berlaku bagi mereka berdua yang mana mereka lahir didalam 1 tubuh yang sama.
Ditambah satu jiwa itu masihlah polos untuk dunia yang kejam ini.
Maka dari itulah kenapa Rian mulai menjelaskan semua pengetahuan umum dunia ini kepada jiwa yang polos itu betapa mengerikannya dunia yang mereka tinggali sekarang ini.
Tepat setelah Criss berhasil memburu burung itu bisa dilihat kalau ia saat ini sedang berada tepat dimana burung itu tertancap saat ini.
"Wahh !! Kak lihat !! burung yang kita buru sangat besar kali ini !!" ucap Criss yang terkagum melihat ukuran burung yang ia buru saat ini.
Tentu ukuran burung itu sepantar dengan ukuran anak kecil berumur 6 tahun itu sendiri, Rian yang melihat ini hanya bisa tertawa kecil atas hasil buruan adiknya itu.
'Aku yakin mereka pasti akan kaget ketika melihat ini' tawa Rian yang canggung ketika melihat ukuran burung itu hampir setara dengan tubuhnya Criss saat ini.
"Hmm.. kau benar, kalau begitu ayo kita bawa burung ini" Criss bersenandung ketika ia mulai menarik burung itu setelah ia menghilangkan senjata yang ia buat sebelumnya.
'Ibu pasti akan memarahinya ketika melihat burung sebesar ini nanti..'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
XuanYi
jadi Rian cuman bisa dilihat Criss yah?
2024-03-20
0