"Inget ya Merr, besok lo jemput gue." pesan Mona saat dia menutup pintu mobil.
"Oke." Merry mengacungkan jari jempolnya menyetujui.
Mona melambaikan tangannya saat mobil sahabatnya pergi, dan setelah mobil itu menghilang, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"Aihhh gelap." batin Mona saat memasuki rumah besar milik Adipati.
"Tuh orang sudah pulang gak ya." tanya Mona pada diri sendiri.
Tepat pada saat Mona akan menyalakan senter diponsel miliknya untuk memudahkannya menuju kamarnya dilantai dua, suasana terang menyebar diseantero ruangan tersebut dan itu berhasil membuat Mona silau.
"Dari mana saja kamu."
Mona mengarahkan matanya ke arah sumber suara dan mendapati Adipati menatapnya dengan tatapan horor, namun Mona yang tidak suka diintimidasi balas melotot dan menjawab dengan tanpa beban, "Cari angin."
Adipatikan bukan orang bodoh, dia tahu maksud dari kata cari angin itu hanyalah ungkapan semata, "Sampai tengah malah begini."
Mona mengarahkan pergelangan tangan kirinya yang dilingkari oleh arloji mahalnya untuk memastikan apakah ini beneran tengah malam, "Tengah malam dari mananya, baru juga jam 10 kurang." jawabnya tidak suka, diakan sudah dewasa, jadi sangat wajar kalau jam segitu dia masih berada diluar dan menurut Mona, Adipati sama sekali tidak memiliki hak untuk mengaturnya.
Sejak dulu Adipati ingin menikah dengan wanita penurut, tapi malah wanita yang didapatkanya jauh dari apa yang dia harapkan.
Adipati mendekati Mona, raut datarnya dan tatapan dinginnya sama sekali tidak dilepaskannya dari wajahnya, dia berhenti tepat didepan Mona, "Kamu itu sudah menikah Mona, kamu tidak bisa berbuat sesuka hatimu saat seperti kamu masih lajang." Adipati menekankan fakta tersebut.
Mona menjawab dengan berani, "Pliss deh, lo itu jangan ngatur-ngatur gue, lo itu bukan orang tua gue."
"Aku adalah suami kamu Mona, dan sejak ijab kabul terucap dari bibirku, sejak saat itulah aku memiliki hak untuk melakukan apapun yang aku inginkan kepadamu."
Yahh begitulah ya kalau menikah tanpa adanya cinta, padahal baru saja menikah sudah ribut aja, untungnya rumah mereka gedongan, coba saja kalau mereka tinggal dikomplek perumahan padat penduduk, para tetangga sudah pasti akan terbangun dengan keributan yang mereka ciptakan.
"Jangan sok berkuasa ya lo, suami istri itukan cuma status doank, jadi jangan gunakan hal itu untuk mengekang gue." suara Mona meninggi.
"Aku bukannya mengekang kamu Mona, tapi harusnya kamu lebih bisa menjaga sikap kamu, biar bagaimanapun orang-orang tahunya kamu adalah istriku, bagaimana perasaan keluargaku kalau melihat istriku pergi keluyuran sampai tengah malam begini, dan kalaupun kamu harus keluar, itu harusnya bersama denganku."
"Apaan sieh pakai bawa-bawa keluarga segala, toh mereka gak tahu ya sudah, jangan diperpanjang, dan lagian, gue tuh gak mau keluar dengan lo."
Kata-kata Mona sungguh membuat Adipati habis kesabaran, tapi untungnya dia adalah laki-laki yang bisa mengontrol emosinya dengan cukup baik, dan daripada masalah ini diperpanjang, dia lebih memilih untuk mengalah saja, toh berdebat dengan istrinya yang keras kepala ini tidak akan ada habisnya, lagian ini juga sudah tengah malam, dia seharusnya beristirahat karna besok pagi-pagi dia harus kembali bekerja.
Adipati terlihat menarik nafas sebelum berkata, "Kamu benar, masalah sepele begini memang seharusnya tidak diperpanjang, kamu sebaiknya istirahat, kamu pasti capek."
"Hahh." Mona kaget dengan perubahan sikap Adipati yang tiba-tiba begini.
"Selamat malam." ucap Adipati dan langsung berbalik meninggalkan Mona begitu saja.
"Apa-apaan sieh dia itu, dasar aneh." heran Mona yang menatap punggung Adipati yang menjauh, "Bentar-bentar marah, bentar-bentar sok sabar."
******
Pagi itu dimeja makan, kedua pasangan suami istri itu tengah menikmati sarapan yang telah dihidangkan oleh bik Siti, mereka menyantap sarapan mereka dengan tenang, mereka diam seribu bahasa tanpa ada satupun dari mereka yang berniat untuk mengobrol, hanya suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang terdengar, sampai pada akhirnya Mona membuka bibirnya untuk mengatakan sesuatu.
"Gue nanti mau pergi sama Merry." ucapnya, dia mengatakan hal itu bukan untuk menghormati Adipati sebagai suaminya, dia hanya malas ribut dengan Adipati kalau dia tidak memberi laporan.
Yahh meskipun kalau Adipati tidak memberikannya izin, tapi Mona akan tetap pergi sieh, benar-benar istri durhaka dia itu.
"Pergi kemana." Adipati bertanya.
"Palingan ke mall, jalan-jalan, guekan bosan dirumah, lo ngizininkan." ujarnya penuh paksaan.
"Emangnya kalau aku gak ngasih izin kamu akan nurut sama aku." seolah-olah Adipati bisa membaca fikiran Mona.
"Ngak sieh."
"Hmmm."
"Jadi gimana, iya atau enggak, meskipun lo bilang enggak gue akan tetap pergi sieh."
"Tapi pulangnya jangan malam-malam kayak kemarin."
"Gak janji ya."
"Aku akan menyeretmu kalau kamu sampai pulang malam kayak semalam." suara Adipati mengancam dengan suara menakutkan.
Jujur sieh, Mona agak takut juga mendengar nada suara Adipati, suara Adipati persis seperti suara ketua mafia berdarah dingin, namun Mona berusaha untuk menyembunyikan ketakutannya dengan memberi jawaban, "Dihhh, apaan sieh main ancam-ancam begitu, lo fikir gue takut."
Adipati meletakkan sendok dan garpunya dan memberikan perhatiannya sepenuhnya pada Mona dengan tatapan horor dan itu berhasil membuat Mona ciut.
"Iya iya, gue gak bakalan pulang malam."
Namun Adipati tidak kunjung mengalihkan tatapan menyeramkannya dari Mona yang membuat Mona kembali berkata, "Gue janji, gue gak akan lama kok, udah donk jangan tatap gue dengan tatapan begitu, bikin gue takut tahu gak."
Barulah Adipati mengalihkan perhatiannya dari Mona dan kembali melanjutkan sarapannya.
******
Adipati tengah memeriksa berkas yang diberikan oleh sekertarisnya saat pintu ruangannya terbuka dengan suara keras dan itu berhasil membuat Adipati mengalihkan perhatiannya dari berkas yang tengah dia periksa.
"Kenapa kamu ngasih Rian proyek itu hah, bukankah sudah aku bilang aku yang akan menanganinya." itu adalah Yudha sepupunya, terlihat jelas wajah laki-laki itu merah padam menahan amarah pada Adipati.
"Jangan karna oma menunjuk kamu sebagai direktur diperusahaan sehingga kamu berbuat seenaknya padaku Adipati." kali ini Yudha menunjuk Adipati.
Adipati tahu sepupunya itu tidak akan bisa diusir begitu saja, mungkin butuh beberapa waktu untuk menjelaskannya pada Yudha sehingga Adipati memilih untuk meletakkan berkas yang tengah diperiksanya saat ini, Adipati melepaskan kacamata min yang membingkai wajahnya sebelum berkata, "Duduk Yud, kita bicarakan ini baik-baik." dengan sabar Adipati berusaha untuk mengajak Yudha bicara baik-baik.
Yudha menolak mentah-mentah, "Aku kesini bukan mau duduk dan mendengarkan ceramahmu, yangku inginkan adalah menangani proyek yang memang seharusnya aku tangani, aku ini sepepupumu Adi, masak kamu tidak percaya pada kemampuanku."
"Hmmmm." Adipati menarik nafas panjang, dia memang sudah kenal watak sepupunya itu, keras dan tidak bisa diajak bicara baik-baik, "Maafkan aku Yudha, bukannya aku meragukan kemampuanmu, aku tahu kamu bisa diandalkan, tapi setelah aku pelajari semuanya, sepertinya Rian lebih cocok untuk menangani proyek ini."
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments