Pagi pun tiba aku melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, ku lihat Putri masih asyik dengan tidur nya aku tidak berniat mengganggu tidur nya.
Kurkkkk kurkkkk.... suara bunyi perut ku.
" Aduh perutku dah bunyi pengen di isi." Ucap ku sembari berjalan menuju dapur, melihat makanan apa yang sudah di sajikan Kia.
Ku buka tudung saji ternyata kosong.
" Loh kok kosong?" Monolog ku aku pun melihat bekas masakan ternyata masih seperti semalam, kerjaan rumah juga belum ada tersentuh sama sekali. Piring kotor masih di kamar mandi, dan rumah belum kena sapu.
" Kayak gak pernah anak itu begini pergi kerja tapi gak masak terlebih dahulu, dia pasti takut pada ku tapi sekarang dia sudah mulai berani ya." Ucap ku sambil mengeratkan kepalan tangan ku.
"Putri Putri!!!" Teriak ku membangun kan Putri kesayangan ku, sambil mengguncang kaki nya.
" Heungghhhh, ada apa bu aku masih ngantuk" sungut Putri.
" Tadi kamu dengar si Kia ada gak pamit, pas dia mau kerja?" Tanya ku pada Putri.
" Mana lah Putri dengar Putri tidur ko." Ucap nya.
" Kamu tau nya ngebo mulu, kayak nya ada yang aneh dengan anak itu, mana dia harus aku jual kepada bang Jamal untuk melunasi hutang ku lagi. " Ucap ku berbisik.
" Aneh bagaimana bu?" Tanya Putri.
" Gak biasa nya dia pergi gak masak apa apa dan juga kerjaan rumah dia biarin gitu aja, apa jangan jangan dia kabur ya karena omongan ku yang semalam bahwa dia akan ku jual." Ucap ku kepada Putri.
" Oalah mana berani dia itu bu, palingan nginap aja di rumah bu Ratna.Karena lama pulang mungkin " ucap Putri memberikan ku pikirkan positif.
Perut ku sudah semakin lapar, aku juga tidak memiliki uang pegangan. Kemarin lupa banget aku minta uang hasil kerja nya, jadinya gak megang uang kan. Ya aku harus tahan lah, nunggu dia pulang kerja baru bisa makan.
Satu harian aku dan Putri menunggu Kia pulang, tidak ada tanda tanda akan kepulangan nya. padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dia belum pernah pulang selarut ini. Aku pun mulai khawatir, bukan khawatir karena keadaan nya tetapi khawatir karena perut kami berdua yang sudah bergerilya sedari tadi pagi, dan juga khawatir dia tidak pulang pulang dan Bang Jamal marah kepada ku lagi, seharus nya aku tidak memperbolehkan nya untuk keluar lagi dari rumah.
" Yaelah anak ini taunya nyusahin mulu, dasar anak anj* ng. Gak tau diri bikin emosi aja kerjaan nya." Emosi ku meledak ledak sampai ke ubun ubun.
" Bu perut ku dah laper loh gimana ini" keluh Putri padaku.
" Sabar Kia juga belum balik gimana kita mau makan ibu juga laper." Beritahu ku.
" Sabar Sampai kapan bu perut seharian gak di isi bisa mati lah aku." Keluh nya lagi.
Karena Kia belum juga pulang, aku dan Putri hanya meminum air putih banyak banyak.Untuk mengganjal perut kami yang sudah lapar.
" Apes banget hidup ini cuman minum air putih" ucap Putri.
" Sabar Put ibu gak ada megang uang, Kia emang gak punya otak dasar bajingan anak anj*ng." Maki ku karena sudah merasa sangat kesal, ingin menyusul nya ke rumah bu Ratna tidak mungkin juga sudah larut malam takut yang aneh aneh juga di tengah jalan pagi nya aja aku ke situ.
Drttt Drttt
Suara getaran hp Ku, kulihat ternyata itu nomer bang Jamal orang yang akan membeli Kia.
" H-halo bang" ucap ku terbata- bata.
" Hey dasar pembohong, ini sudah malam kenapa kamu belum mengantarkan anak yang kau janjikan itu kepada ku!!!" Teriak bang Jamal.
" Besok Bang aku janji akan mengantarnya, kalau besok sore aku belum datang abang bisa datang ke sini." Ucap ku membujuk bang Jamal.
" Halah dasar pembohong, aku sudah tidak percaya lagi kepada mu bodoh." Ucap bang Jamal pada ku.
" Dia belum pulang bang aku akan langsung mengantarkan nya jika dia sudah pulang" ucap Ku meyakin kan.
" Jangan pernah Kau main main dengan ku Dania, aku bukan orang bodoh. Kalau besok sore anak gadis mu belum datang juga, aku akan meminta tubuh mu sebagai ganti nya" ucap bang Jamal mengancam ku.
" B-baik bang" ucap ku.
Bang Jamal pun langsung mematikan sambungan telfon secara sepihak.
Kami pun tidur dengan tidak tenang karena perut belum terisi selama satu hari, dan aku juga khawatir kalau Kia belum pulang bagaimana dengan janji ku kepada bang Jamal.
Akhirnya pagi pun tiba, kulihat jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Aku berinisiatif untuk menyusul Kia ke rumah Bu Ratna, belum juga aku sampai di rumah bu Ratna aku sudah berjumpa dengan bu Ratna di depan apotik.
" Bu Ratna." Panggil ku.
" Eh ada apa ya?" Tanya nya dengan sinis.
" Kia ada di rumah bu Ratna kan?" Tanya ku.
" Mana ada di rumah saya dia saja tidak bekerja semalam dia libur karena saya menghadiri acara" jawab nya.
" Gak mungkin, Kia hanya benal bu Ratna saja.dia tidak ada mengenal orang lain" ucap ku.
" Makanya kalau nge jaga anak nya yang baik, di sekolahin, bukan di suruh kerja sendiri. ibu nya malah senang senang tidur." Ucap bu Ratna dengan mulut pedas nya.
" Heh suka saya lah anak anak saya kok, jadi suka saya dong mau gimana in anak saya" ucap ku.
" Dah lah malas ngomong sama mak lampir" ucap nya
Aku tidak terima dengan ucapan bu Ratna, yang mengatai ku dengan ucapan mak lampir.
Tapi bu Ratna begitu saja pergi dari hadapan ku, karena tidak berhasil menemukan Kia. Aku pun pulang ke rumah dengan perasaan gelisah dan tangan kosong, gimana kalau bang Jamal benar benar datang kerumah nanti sore. Apa yang akan ku lakukan, itu lah yang ku pikir kan sepanjang jalan.
" Apa aku nanti ke rumah bu Ratna, siapa tau aku menemukan Kia di sana." Monolog ku
" Hufft capek nya, awas aja ya Ki kalau kamu ketemu nanti habis kamu dengan ku. Berani nya kamu bermain main dengan ku" ucap ku dengan emosi.
Karena hari sudah mulai malam, aku pun berjalan menuju rumah bu Ratna.
Sesampai ku di sana, Ku lihat dia sedang menyapu halaman.
" Bu Ratna" teriak ku berdiri di depan gerbang, ku lihat seperti ada yang melogos lari. Dan bersembunyi di balik tong besar yang ada di dekat bunga.
" Kenapa?" Jawab nya.
" Kia di mana pasti kamu sembunyikan dia di rumah ini, kalau gak kamu tunjukkan kepada ku, akan ju lapor ke polisi." Ancam ku, walaupun sebenarnya ucapan ku itu tidak benar.
" Kia gak ada di sini, apa tadi mau lapor polisi silahkan lapor sekarang." Ucap nya, seperti nya dia tidak termakan dengan omongan ku.
" Terus yang lari dari sana itu apa, kamu pasti menyembunyikan kan nya jujur aja." Ucap ku, mengalihkan pembicaraan yang mengkaitkan polisi.
" Kalau di bilang gak ada, ya gak ada pulang saja sana" usir nya.
Aku pun pulang dengan hati yang gusar, karena tidak menemukan nya. Mana udah mulai sore lagi, bagaimana dengan nang Jamal nanti nya itu lah yang ku pikir kan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments