Setelah bu Ratna selesai mengoles saleb pereda rasa nyeri, bu Ratna mengajak ku untuk sarapan.
" Ki kita sarapan yok ibu udah masak makanan enak tau" beritahu bu Ratna.
" Yok bu".
Kami pun sarapan dengan diam, hanya suara dentingan sendok saja yang terdengar. Karena di rumah bu Ratna itu harus tertib dan teratur.
Setelah kami selesai sarapan, aku pun langsung mencuci bekas makan Kami dan merapikan meja makan.
" Bu Kita gak ke pasar hari ini?? sudah jam berapa ini" tanya ku karena Aku tidak melihat tanda tanda bahwa kami akan ke pasar, bu Ratna sepertinya sangat santai.
" Kita di rumah aja dulu Ki, keadaan kamu kayak gini gak memungkin Kita untuk ke pasar. Ibu juga capek habis pesta kemarin" jelas bu Ratna.
" Oh gitu ya bu".
" Sini duduk dulu dekat Ibu Ki" ajak bu Ratna.
" Ada apa Bu" aku bertanya pada bu Ratna, setelah aku mendudukkan bokong ku di kasur dekat bu Ratna.
" Jadi keputusan mu sekarang bagaimana?" Tanya Bu Ratna.
Aku sempat terdiam, mata Ku juga sudah mulai berkaca-kaca mengingat hal yang sedang Ku alami. Lagian tidak mungkin juga Aku lama lama merepotkan bu Ratna.
Karena melihat terdiam, bu Ratna pun mengusap punggung ku.
" Gausah sedih cerita pelan pelan sama ibu okey." Senyum Bu Ratna.
" Aku gak mau lagi balik ke rumah itu Bu, Aku gak mau di jual." karena sudah tidak tahan lagi membendung air mata Ku Aku pun menangis.
" Apa keputusan kamu itu sudah bulat?" Tanya bu Ratna.
" Sudah bu, aku memilih pergi dari kota ini. Lebih baik aku gelandangan di jembatan sana, dari pada aku harus balik lagi ke ibu".
" Hemmm gimana kalau kamu ke rumah adik ibu saja, kebetulan adik ibu tidak mempunyai anak. Pasti dia mau mengasuh mu" tawar bu Ratna.
" Tidak usah bu, aku bisa kok cari tempat tinggal. Aku tidak mau terlalu merepotkan bu Ratna. " Tolak ku, karena bu Ratna sudah terlalu banyak membantu ku.
" Tidak Ki umur mumasih minim bagaimana kamu mencari tempat tinggal sendiri, tidak mungkin kamu tinggal di rumah ibu. Bukan nya ibu tidak mau kamu tinggal disini malahan ibu senang kalau kamu tinggal di sini, anak ibu semua udah pada merantau jadi ibu sendiri suami ibu pun udah gak ada. Tapi yang ada ibu kamu yang gila itu, akan lebih mudah menemukan mu jika kamu di sini." Jelas bu Ratna panjang lebar.
" Yasudah bu aku terima tawaran ibu".
" Tunggu sebentar ibu telfon adik ibu dulu".
Tut Tut Tut
Tanda telfon bu Ratna sudah di angkat oleh adik nya.
" Haloo kak" sapa adik nya.
" Halo Rik" sapa balik bu Ratna kebetulan nama adik bu Ratna itu Rike, cewe ya guyss bukan cowok.
" Eh tumben kak nelfon, ada apa ya kakak?" Tanya adik bu Ratna.
" Emang kakak gak boleh nelfon kamu gituu biar kakak matiin." Sebal bu Ratna.
" Eitss ada yang ngambek nih, gak lah kakak Rike hanya bercanda. Emang ya kakak ku yang satu ini, dari dulu tau nya ngambek mulu." Ledek Tante rike.
" Dih mana ada, oh iya kakak mau ngomong penting Rik" ucap bu Ratna ke mode serius.
" Ada apa ni kakak kek nya serius banget." Kepo Rike.
" Jadi gini.." Potong bu Ratna dan melihat ku terlebih dahulu, sebelum menceritakan nya.
Aku hanya terdiam melihat interaksi bu Ratna dan Rike melalui telfon.
" Apa si kakak kok di potong udah kepo nih." Protes Rike.
" Jadi gini...
Bu Ratna pun menjelaskan semuanya dengan detail, kepada adik nya perihal yang sedang ku alami.
" Jadi gitu Rik, gimana kamu mau gak mengasuh dia.Kebetulan kamu belum punya anak, siapa tau itu jadi jalan rezeki buat Kalian. Lagian bukan kali ini aja Kamu kenal dengan nya, setiap kamu berkunjung ke rumah kakak kamu akrab kan sama dia. Anak nya sopan banget kan Rik. " Jelas bu Ratna, untuk meyakin kan Rike supaya Rike menerima Kia.
" Kasihan banget kak anak itu, aku tanya suami ku dulu nanti sehabis pulang kerja. Aku sih mau banget Dia tinggal di sini, kebetulan aku di rumah sendiri." Jawab Rike.
" Iya Rik kamu kabarin langsung ya, bukan nya kakak gak mau dia tinggal di rumah kakak.Yang kakak takut kan kalau dia di rumah kakak yang ada ibu nya dengan mudah menemukan dia." jelas Bu Ratna.
" Iya kakak betul itu, jahat banget ibu nya itu ya kak. Anak nya gak salah apa apa tapi perlakuan nya gitu banget sama anak nya, gak bersyukur banget dia masih bisa punya anak tapi tidak memperlakukan nya dengan baik. Masih banyak Orang di luaran sana yang tidak bisa memiliki Anak," Balas tante Rike kelewat gondok dengan sikap ibu ku.
" Makanya kakak bantu dia Rik, kasian dia menderita terus terusan. Dia harus banting tulang buat ngasih makan ibu nya sama adik nya."
" Yasudah kakak, nanti Rike kabarin secepatnya ke Kakak. Kalau suami Rike sudah pulang" ucap Rike.
" Oke Rik, sudah dulu ya." Balas bu Rike.
" Kita tunggu kabar dari Rike ya, Ki kamu istirahat saja dulu. Ibu mau keluar sebentar, mau ke apotek sebentar soalnya saleb yang kamu gunakan itu udah mau Habis." Jelas bu Ratna setelah panggilan terputus.
" Okey bu hati hati ya jangan lama, Kia takut soalnya hehe." Ucap ku jujur karena aku takut, nanti tiba tiba ibu ku datang kesini untuk mencari ku.
" Iya Ki gak perlu takut, nanti ibu kunci dari luar biar gak ada yang bisa masuk ibu pergi dulu ya".
" Iya bu".
Bu Ratna pun pergi meninggalkan ku di rumah, aku membaringkan tubuh ku di kasur.
" Walaupun aku di landa rasa Takut, rasa sakit, tapi tuhan masih mempertemukan ku dengan bu Ratna. Orang yang baik." Monolog ku sebelum aku memejam kan mataku.
POV BU RATNA
" Bu Ratna bu Ratna" panggil Dania ibu nya Kia.
" Dih kenapa harus jumpa sama setan ini sih. " Monolog ku.
" Oh iya bu Dania ada apa?" Tanya ku ogah ogahan.
" Kia ada gak datang ke rumah bu Ratna" tanya Dania.
" Oh gak ada Nia, emang Kia kemana biasanya Kia sudah datang untuk bekerja. Aku hanya memintanya cuti sehari, tapi dia gak datang kerumah pagi tadi." Ucap ku pura pura tidak mengetahui dimana keberadaan Saskia.
" Kalau saja kamu tidak membutuhkan Kia sebagai pelunas hutang mu, mungkin kamu tidak akan mencari nya. Dan tidak mau tahu dengan keadaan nya, dasar manusia laknat." Monolog ku.
" Kemana pigi nya tu anak, emang gak pernah bener taunya nyusahin aja kerjaan nya." Ucap Nia dengan nada pelan, tapi masih bisa ku denger.
" Kenapa bu Nia bilang kalau Kia taunya nyusahin" tanya ku karena gondok dengan ucapan Nia yang merasa dia yang benar.
" Iya anak itu nyusahin aja kerja nya, capek aku dari tadi nyari nya buang buang waktu saja." Jawab nya.
" Saya rasa dia tidak terlalu nyusahin, dia masih bisa bekerja di era teman seumurannya bersekolah. Berbeda dengan nya, yang harus bekerja untuk makan kalian, kalian hanya mengandal kan Kia saja." Ucap ku supaya membuat Dania sadar.
" Heh suka suka saya lah, anak anak saya kok jadi kamu yang ngatur gausah nasehatin Orang." sewot Dania.
" Idih dasar ibu tidak tahu syukur, cape nge ladenin orang yang selalu ngerasa benar. Buang buang waktu mending shoping. " Ucap ku merasa kesal, dan sengaja mengucap shoping supaya tidak menaruh curiga pada Dania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments